Penelitian ilmiah mahasiswa di jenjang magister dan doktoral sejatinya tak hanya berhenti di meja ujian, tetapi juga harus dikembangkan hingga bisa diterapkan di masyarakat. Selama ini, penelitian ilmiah di perguruan tinggi cenderung hanya sekadar memenuhi persyaratan kelulusan mahasiswa di jenjang tertentu, tanpa memikirkan jangka panjang.
“Umumnya penelitian di perguruan tinggi hanya untuk mengejar kelulusan. Kalau sudah dapat kredit poin, nilai kelulusan bagus, itu dianggap sudah cukup,” kata Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemristek dan Dikti Jumain Appe, Selasa (3/5), di Makassar, Sulawesi Selatan.
Jumain hadir di Makassar sebagai penguji eksternal dalam promosi doktor mahasiswa pascasarjana Universitas Hasanuddin, Nasruddin Aziz. Nasruddin dalam penelitiannya memanfaatkan gas buang mesin penggilingan padi untuk pengeringan hasil pertanian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jumain mengatakan, hasil penelitian di perguruan tinggi perlu pengembangan agar benar-benar bisa diterapkan. Hasil penelitian harus terus-menerus diuji dan dioptimalkan agar dapat digunakan dalam skala ekonomi.
Salah satu peran Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi adalah menjembatani hasil penelitian perguruan tinggi atau lembaga penelitian untuk masuk ke sektor industri. Di sini perguruan tinggi berperan menghasilkan penelitian yang bisa segera diaplikasikan menjadi penting.
Kesejahteraan rakyat
Nasruddin yang lulus dengan yudisium cum laude menyatakan hasil penelitiannya yang memanfaatkan gas buang sebagai sumber energi alternatif dapat segera diterapkan. “Hasil penelitian ini diharapkan berperan dalam konservasi energi, meningkatkan efisiensi pasca panen, mengurangi waktu tunda antara masa panen dan pengeringan, serta pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Nasruddin merancang penukar kalor berbasis gas buang mesin diesel yang terintegrasi dengan unit penggilingan padi untuk pengeringan hasil pertanian. Gas buang yang digunakan berasal dari mesin diesel berkapasitas 120 HP sebagai pembangkit daya untuk unit penggilingan padi. Dari hasil perhitungan, energi gas buang mampu mengeringkan 2 ton gabah kering panen pada temperatur udara pengering 53 derajat celsius selama delapan jam. (NAR/LAM)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Mei 2016, di halaman 13 dengan judul “Giatkan Penelitian sampai Tahap Aplikasi”.