Pandemi Covid-19, yang diikuti karantina wilayah bahkan lockdown di beberapa negara, telah menurunkan aktivitas manusia. Akibatnya, polusi berkurang, langit lebih jernih. Bintang dan planet pun kini lebih mudah diamati.
KOMPAS/ESA/SENTINEL-5–Perubahan kualitas udara di atas wilayah Indonesia Barat pada Maret 2019 (kiri) dan Maret 2020. Selama Maret 2019, sebagian besar wilayah Sumatera mengalami kebakaran hutan dan lahan, sedangkan di Jawa aktivitas ekonomi sedang tinggi. Namun sejak diberlakukan karantina wilayah di sejumlah daerah pada Maret 2020 untuk menghambat penyebaran Covid-19, aktivitas manusia dan ekonomi turun hingga menurunkan tingkat polusi udara.
Penyebaran penyakit Covid-19 yang cepat dan diikuti karantina wilayah serta berkurangnya aktivitas ekonomi di berbagai negara telah mengubah wajah Bumi. Tak hanya polusi udara yang menurun tajam, bintang dan planet juga lebih mudah diamati, dan getaran lemah lempeng Bumi pun kian mudah terdeteksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/ESA/SENTINEL-5–Perubahan kualitas udara di China yang dideteksi oleh satelit Sentinel-5 mulai dari Desember 2019 (paling atas) hingga Maret 2020 (paling bawah). Sejak Covid-19 menyebar pada akhir Desember 2019, aktivitas ekonomi di China terus turun hingga menurunkan pula jumlah polutan nitrogen dioksida di udara. Puncak menurunnya aktivitas ekonomi di China terjadi pada Februari 2020 dan pada Maret 2020 polusi mulai meningkat lagi seiring mulai dibukanya penguncian wilayah dan bangkitnya ekonomi.
Penurunan konsentrasi partikel halus, khususnya nitrogen dioksida (NO2), itu berlangsung di seluruh dunia, terutama wilayah pusat penyebaran Covid-19, seperti China, Italia, Spanyol, dan Perancis. Perbedaan konsentrasi partikel pencemar antara Maret 2019 dan Maret 2020 itu terekam dalam citra satelit Sentinel-5 milik Badan Antariksa Eropa (ESA).
Situasi serupa juga terjadi di Indonesia. Sejumlah wilayah di Sumatera pada Maret 2019 sudah bertarung dengan kebakaran hutan dan lahan. Kini, seiring dengan berkurangnya aktivitas manusia, ekonomi, industri dan transportasi, konsentrasi partikel udara berukuran kurang dari 10 mikrometer (PM10) ikut turun.
“Konsentrasi PM10 di Jambi saat kebakaran hutan pada Maret 2019 mencapai 300 mikrogram per meter kubik (µg/m3). Kini pada Maret 2020 turun jadi 20 µg/m3,” kata Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional M Rokhis Khomarudin di Jakarta, Jumat (3/4/2020).
KOMPAS/PLANET-C PROJECT TEAM/JAXA–Citra planet Venus yang diambil oleh wahana antariksa Akatsuki milik Jepang. Selama Maret-Mei 2020, Venus akan terlihat di langit barat, sesaat setelah Matahari terbenam dan akan tenggelam sekitar pukul 7 malam.
Berkurangnya polutan menjadikan langit siang lebih bersih, berwarna biru cerah saat tidak hujan. “Matahari terbit juga tidak semerah seperti biasanya,” kata dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung Hakim L Malasan. Merahnya Matahari atau Bulan saat terbit dan tenggelam jadi tanda tingginya polusi udara atau banyaknya debu di udara.
Di Bandung, langit yang bersih membuat sejumlah obyek langit malam yang terang lebih mudah diamati, seperti Venus dan rasi Orion. Selama Maret-Mei 2020, Venus dan Orion terlihat di langit barat sesaat setelah Matahari terbenam. Venus akan tenggelam sekitar pukul 7 malam dan Orion sekira pukul 9 malam.
“Bagian t
rapesium Orion terlihat lebih jelas dengan mata telanjang,” tambahnya. Bagian trapesium itu merupakan bagian bawah tubuh sang pemburu Orion, tempat Nebula Orion atau M42 berada.
KOMPAS/STELLARIUM–Posisi planet Venus dan rasi Orion di arah barat langit Jakarta, Jumat (3/4/2020) menggunakan piranti lunak Stellarium. Namun, kenyataannya langit malam Jakarta pada Jumat malam tidak seperti itu karena mendung dan terangnya langit akibat besarnya polusi cahaya.
Meski langit lebih bersih, polusi cahaya sepertinya tidak berkurang. Pembatasan sosial membuat semua orang tinggal di rumah sehingga penggunaan lampu di permukiman menjadi maksimal. Namun tata lampu yang belum sesuai membuat masih banyak cahaya lampu terhambur percuma dan mengotori langit.
Tak hanya di udara dan angkasa saja yang berubah, lempeng Bumi pun menunjukkan perilaku berbeda dibanding biasanya. Studi sejumlah seismolog di beberapa kota dunia menunjukkan berkurangnya aktivitas manusia membuat derau seismik, dengungan getaran di kerak Bumi, turun.
Derau itu ditimbulkan oleh getaran gerak kendaraan, mesin industri, atau sumber lain yang menimbulkan getaran, sama seperti gempa. Turunnya derau seismik membuat seismograf bisa mendeteksi gempa, aktivitas vulkanik, atau peristiwa seismik lain dengan kekuatan lebih kecil.
KOMPAS/STELLARIUM–Selama masa karantina wilayah, rasi Orion atau Lintang Waluku menjadi terlihat lebih jelas. Selama Maret-Mei 2020, rasi Orion terlihat di langit barat sesaat setelah Matahari terbenam dan akan tenggelam sekitar pukul 9 malam.
Seismolog Observatorium Kerajaan Belgia di Brussel, Thomas Lecocq mengatakan pembatasan gerak manusia membuat derau seismik di kota itu turun sepertiga dibanding sebelumnya. “Saat ini, Belgia benar-benar tenang,” katanya seperti dikutip Nature, Selasa (31/3/2020).
Perubahan situasi itu menunjukkan himbauan pemerintah agar warga di rumah saja guna menghindari penyebaran Covid-19 dipatuhi. Data polusi, kebersihan langit dan getaran lemah itu juga bisa digunakan pembuat kebijakan untuk menentukan daerah mana yang warganya tak mematuhi himbauan demi menghambat Covid-19.
KOMPAS/NASA, ESA, M. ROBBERTO (SPACE TELESCOPE SCIENCE INSTITUTE/ESA) AND THE HUBBLE SPACE TELESCOPE ORION TREASURY PROJECT TEAM–Nebula Orion yang terletak di rasi Orion ini merupakan wilayah pembibitan bintang. Dalam langit yang gelap sempurna, nebula ini bisa dilihat dengan mata telanjang.
Oleh M ZAID WAHYUDI
Editor ILHAM KHOIRI
Sumber: Kompas, 4 April 2020