”Perubahan iklim tampaknya mendistribusikan kembali terumbu karang, sama seperti menggeser banyak spesies laut lainnya,” kata Nichole Price, seorang ilmuwan peneliti senior di Bigelow Laboratory for Ocean Sciences, dan penulis utama makalah ini dalam Sciencedaily, 9 Juli 2019.
Perubahan iklim yang membuat suhu perairan kian menghangat membuat terumbu karang tak bertahan di perairan tropis. Larva-larva karang yang terdistribusi akhirnya mampu menetap di perairan subtropis yang awalnya relatif dingin dan kini menghangat.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO (ICH)–Pemandangan penyu hijau dan penyu sisik di Taman Pesisir Kepulauan Derawan menjadi salah satu andalan daya tarik tujuan wisata bahari. Tampak penyu hijau bermain-main di ekosistem terumbu karang di Pulau Maratua yang berada di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Sabtu (13/12/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penelitian terbaru membawa kabar kurang baik bagi perairan tropis serta membawa kabar baik bagi perairan subtropis di lintas selatan dan utara. Menurut penelitian baru dalam jurnal Marine Ecology Progress Series, para peneliti menemukan jumlah karang muda di terumbu tropis telah menurun hingga 85 persen selama empat dekade terakhir.
”Kejelasan dalam tren ini menakjubkan, tetapi kami belum tahu apakah terumbu baru dapat mendukung keanekaragaman sistem tropis yang luar biasa.”
Kejelasan dalam tren ini menakjubkan, tetapi kami belum tahu apakah terumbu baru dapat mendukung keanekaragaman sistem tropis yang luar biasa.
Terumbu subtropis ini dapat memberikan perlindungan bagi spesies lain yang ditantang oleh perubahan iklim dan peluang baru untuk melindungi ekosistem yang masih muda ini. Para peneliti percaya bahwa hanya jenis karang tertentu yang dapat mencapai lokasi baru ini, berdasarkan seberapa jauh larva mikroskopis dapat berenang dan hanyut pada arus.
Komposisi baru dari jenis-jenis karang yang membentuk terumbu baru di perairan subtropis ini belum diketahui karena keterbatasan biaya pengumpulan data keanekaragaman genetik dan spesies.
Transisi ekosistem
”Kami melihat transisi ekosistem ke campuran spesies baru yang tidak pernah hidup berdampingan, dan belum jelas berapa lama waktu yang dibutuhkan sistem ini untuk mencapai keseimbangan,” kata Satoshi Mitarai, seorang associate professor di Okinawa Institute of Science and Technology Graduate University dan penulis penelitian.
Terumbu karang baru tumbuh ketika larva menetap di dasar laut yang cocok jauh dari terumbu tempat mereka berasal. Tim peneliti memeriksa garis lintang hingga 35 derajat utara dan selatan khatulistiwa, dan menemukan bahwa pergeseran terumbu karang tecermin sempurna di kedua sisi.
Makalah ini menilai di mana dan kapan ”karang pengungsi” dapat menetap di masa depan, berpotensi membawa sumber daya dan peluang baru seperti memancing dan pariwisata.
Para peneliti berasal dari tujuh institusi di enam negara, menyusun basis data penelitian global sejak 1974. Mereka berharap ilmuwan lain akan menambah basis data, membuatnya semakin komprehensif dan berguna untuk pertanyaan penelitian lainnya.
”Hasil makalah ini menyoroti pentingnya studi jangka panjang yang benar-benar mendokumentasikan perubahan dalam komunitas terumbu karang,” kata Peter Edmunds, seorang profesor di University of California Northridge, dan penulis makalah tersebut.
”Kecenderungan yang kami identifikasi dalam analisis ini sangat sulit untuk dideteksi, tetapi sangat penting dalam memahami bagaimana terumbu akan berubah dalam beberapa dekade mendatang,” katanya.
Terumbu karang merupakan sistem yang saling berhubungan secara rumit, dan merupakan interaksi antarspesies yang menjalankan fungsi alami masing-masing. Tidak jelas spesies lain mana, seperti alga coralline yang memfasilitasi kelangsungan hidup larva karang yang rentan, juga berekspansi ke daerah baru atau seberapa sukses karang muda tanpa mereka.
Price ingin menyelidiki hubungan dan keanekaragaman spesies di terumbu baru untuk memahami dinamika ekosistem yang berkembang ini. ”Masih banyak pertanyaan tentang spesies mana yang sedang dan tidak sampai ke lokasi baru ini, dan kami belum tahu nasib karang muda ini dalam jangka waktu yang lebih lama,” kata Price.
Beberapa penelitian yang menginformasikan penelitian ini dilakukan di situs Riset Ekologi Jangka Panjang Terumbu Karang Moorea National Science Foundation dekat Polinesia Perancis, salah satu dari 28 lokasi penelitian jangka panjang di seluruh negeri dan di seluruh dunia.
”Laporan ini membahas pertanyaan penting apakah air yang menghangat telah menghasilkan peningkatan populasi karang,” kata David Garrison, seorang direktur program di Divisi Ilmu Kelautan Yayasan Ilmu Pengetahuan Nasional, yang mendanai penelitian ini.–ICHWAN SUSANTO
Editor EVY RACHMAWATI
SUMBER: KOMPAS, 15 Juli 2019