Gunung Dieng di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, statusnya kini masih waspada. Kemarin terjadi peningkatan kandungan gas CO2 di Kawah Timbang, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur. Rata-rata gas CO2 yang keluar dari kawah sudah melebihi batas aman.
Berdasarkan data pada pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng, peningkatan kandungan gas CO2 terjadi pada pukul 11.17, sebanyak 0,86 persen volume. Sedangkan batas aman kandungan CO2 hanya 0,5 persen volume.
Untuk intensitas gempa vulkanik, hingga pukul 17.00, baru terjadi 13 kali gempa dengan skala kecil. Kandungan gas CO2 pada sore hari juga berangsur menurun pada kisaran 0,11-0,13 persen volume seperti satu hari sebelumnya.
Intensitas gempa vulkanik ini, menurut Kepala Pos PGA Dieng Tunut Pujiarjo, menunjukkan penurunan dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya. Satu hari sebelumnya tercatat terjadi 24 kali gempa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam seminggu terakhir, intensitas gempa vulkanik paling tinggi terjadi pada Rabu (25/5) lalu, yakni 81 kali. Namun tidak seluruh gempa yang terjadi bisa dirasakan oleh masyarakat karena skala kecil.
”Kawah Timbang masih kami pantau. Saat ini statusnya masih tetap waspada,” ujar dia.
Papan Peringatan
Kabag Kesra Pemkab Banjarnegara Dwi Suryanto mengatakan, pihaknya sudah memasang papan peringatan di sekitar lokasi kawah.
Selain itu, pemkab juga sudah menyiapkan jalur evakuasi bagi warga di sekitar lokasi kawah bila terjadi sesuatu, seperti semburan gas.
Untuk memudahkan proses evakuasi, rencananya jalan dari Kawah Timbang menuju permukiman terdekat yang saat ini masih berupa batuan akan diperbaiki.
”Mobil ambulans dan truk pengangkut sudah disiagakan 24 jam di kantor kecamatan dan puskesmas,” ujar Dwi.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Sarwo Pramono ketika meninjau Kawah Timbang bersama timnya, meminta kepada Pemkab Banjarnegara, Batang, dan Wonosobo untuk menyikapi serius terhadap peningkatan status Gunung Dieng ini.
”Paling tidak, pemkab harus bisa memberi rasa aman kepada warga yang terancam peningkatan aktivitas kawah,” terangnya.
Kepala Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, Ibrahim mengatakan, warga yang biasa beraktivitas di sekitar Kawah Timbang sudah diminta untuk tidak berlama-lama di sekitar kawah.
Ia menginstruksikan warga agar begitu melihat asap putih keluar dari kawah, segera pergi.
”Begitu pula jika turun kabut mendadak, warga sudah kami minta untuk turun dan menjauh dari kawah,” terangnya.
Saat ini, radius 500 meter sekitar kawah ditetapkan sebagai kawasan berbahaya. Ketentuan tersebut dikeluarkan oleh
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 23 Mei pukul 14.00. Tingkat konsentrasi gas CO2 terus berkembang secara fluktuatif hingga saat ini.
”Sampai sekarang status waspada masih diberlakukan. Peningkatan konsentrasi gas terjadi pasca-gempa 22 Mei malam dengan kekuatan 3,6 skala Richter (SR). Gempa susulan terjadi pada tanggal 25 Mei dengan kekuatan 2,8 SR. Secara pasti kami belum bisa memprediksi kapan status waspada akan dicabut,” tambah Tunut Pujiarjo.
Dia menjelaskan, sampai saat ini belum ada laporan mengenai korban jiwa akibat gas beracun. Daerah terdekat kawah yakni Dusun Simbar, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, telah mengenal sifat Kawah Timbang. Keluarnya gas beracun dari kawah sudah terjadi sejak lama.
”Warga telah mengetahui kapan gas beracun tersebut keluar. Biasanya gas beracun keluar pada malam hari, mulai dari maghrib sampai matahari terbit. Namun demikian tetap harus waspada,” ujarnya.
Dijelaskan, selain Kawah Timbang, terdapat lokasi yang mengeluarkan gas beracun yakni Kalisat di Dusun Krajan Sumberejo dan kawasan proyek Dieng Jaya.
”Ketiga tempat itu merupakan satu jalur struktur tanah. Namun kadar gas beracunnya rendah,” tegasnya.
Sementara itu, Kadus Simbar, Suharso (44), mengatakan, warga yang terdiri atas 145 KK telah diimbau untuk waspada. Namun, warga terpaksa menerobos kawasan terlarang yang ditetapkan. Pasalnya, lokasi kawah berdekatan dengan jalan menuju lahan pertanian kentang.
”Mau bagaimana lagi, tiap hari aktivitas warga dikebun ngurus kentang,” tuturnya.
Pada tahun 1979, Kawah Timbang pernah mengelurkan gas beracun dan mengakibatkan 149 jiwa melayang. Musibah tersebut menimpa warga Desa Kepucukan, namun sekarang desa tersebut telah dihapus dan menjadi kawasan terlarang bagi pemukiman.
”Semoga jumlah gas yang keluar cepat menurun sehingga warga kembali tenang dalam melakukan aktivitas,” harapnya. (J3,har-43)
Sumber: Suara Merdeka, 28 Mei 2011