Kalsifikasi karang atau hasil pertumbuhan dan densitas karang di kawasan perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, diperkirakan menurun dalam beberapa dekade ke depan. Hal itu menyusul dugaan bakal terlampauinya ambang batas ketahanan karang dari paparan nutrien dan peningkatan suhu.
Peneliti paleoklimatologi Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Intan Suci Nurhati, Selasa (9/1), di Jakarta, menuturkan hal itu berdasarkan kondisi karang dalam 30 tahun terakhir.
Hasil riset yang baru diserahkan seusai pengambilan sampel di dua titik itu menunjukkan kenaikan laju pertumbuhan karang meski densitas diindikasikan turun. ”Jadi (karang) jangkung, tetapi keropos,” kata Intan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Temuan itu berbeda dari dugaan awal dengan asumsi ada penurunan kalsifikasi karang sebagai biota penghasil kapur dalam perkembangan hidupnya selama tiga dekade lampau. Sampel-sampel dalam riset itu diambil dari karang di perairan Pulau Ayer sebagai perwakilan wilayah ”midshore” dan Pulau Jukung sebagai perwakilan data kawasan ”offshore”.
Gambaran kenaikan laju pertumbuhan karang itu menyusul ada kenaikan suhu dan kandungan nutrien (eutrofikasi). Dari sisi analisis iklim, fenomena EL Nino Southern Oscillation (ENSO) juga memengaruhi kalsifikasi karang di Kepulauan Seribu.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Kondisi terumbu karang di salah satu sudut titik selam Bhayangkari, Desa Barat Lembongan, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Selasa (24/10/2017).
Namun, kematian karang secara massal bisa terjadi menyusul kejadian ENSO dengan intensitas tinggi. Laju pertumbuhan karang di Kepulauan Seribu yang terjadi tiga dekade lalu diperkirakan turun menyusul tak ada respons positif pada kenaikan suhu dan nutrien.
Indah menambahkan, sampel-sampel yang diambil tahun 2016 awalnya ingin menyertakan sampel karang dari perairan Pulau Bidadari untuk mewakili area ”nearshore”. Namun, tidak ada lagi koral yang bisa dibor waktu itu.
Daerah perairan Kepulauan Seribu memiliki sejumlah gangguan alami maupun pencemaran antropogenik menyusul aktivitas manusia, seperti industri, transportasi, dan sampah. Adapun proyeksi secara umum, kalsifikasi karang di dunia diperkirakan menurun menyusul kenaikan suhu dan pengasaman air laut.
Penyebab utama
Menanggapi hal itu, Sekretaris Jenderal Community for Maritime Studies Indonesia Nino Krisnan menyebut, penataan dan pengelolaan kawasan Kepulauan Seribu mesti didasarkan pada pengetahuan ihwal karena paling dominan ialah penurunan kalsifikasi karang. Perlu dipastikan apakah itu disebabkan perubahan suhu global terkait efek pemanasan global, pencemaran dari 13 aliran sungai melewati Jakarta dan bermuara ke Teluk Jakarta, atau sebab lain.
Jika penyebab utama berasal dari pencemaran menyusul paparan nutrien dari aliran sungai yang tercemar, maka sumber polusinya harus dihentikan. Contohnya, Denmark membenahi sungai selama bertahun-tahun. ”Mana (sebab) yang dominan? Sungai, misalnya, bisa diperbaiki seperti (pernah) dilakukan di Denmark pada sungai yang rusak parah,” kata Nino.
Adapun Denmark sejak lama memimpin dan fokus pada pengembangan terkait dengan pemulihan (restorasi) sungai. Konferensi internasional tentang restorasi sungai diadakan pada 1996 di Silkeborg, Denmark, dengan bantuan dari European Centre for River Restoration (Madsen & Debois, eds, 2006).
Nino menambahkan, jika pencemaran di aliran sungai itu menjadi sebab utama, maka hal itu akan terkait dengan sebagian program pemerintah. Contohnya, itu terkait dengan rencana dan keinginan Presiden Joko Widodo untuk membenahi kondisi Sungai Citarum. (INK)
Sumber: Kompas, 10 Januari 2018
—————-
Terjadi Pertumbuhan Terumbu Karang di Kepulauan Seribu
Laju pertumbuhan karang di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, terjadi dalam tiga dekade terakhir. Pertumbuhan karang dalam tiga dekade terakhir di Kepulauan Seribu ini di luar dugaan sebelumnya ihwal kemungkinan terjadinya penurunan laju pertumbuhan karang.
Peneliti paleoklimatologi Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Intan Suci Nurhati, Senin (8/1), mengatakan, pertumbuhan karang di Kepulauan Seribu itu menyusul adanya kenaikan suhu dan kandungan nutrien (eutrofikasi) yang terjadi selama ini. Akan tetapi, temuan laju pertumbuhan karang tersebut tidak diiringi dengan kenaikan densitas.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO–Salah satu lokasi transplantasi terumbu karang Sea Garden di sekitar Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Selasa (13/6). Pembuatan sejumlah lokasi transplantasi terumbu karang di beberapa lokasi di Kepulauan Seribu merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kelestarian ekosistem laut di kawasan tersebut.
Sebaliknya, densitas karang justru diketahui mengalami penurunan. Ini membuat karang yang diteliti dari lokasi pengambilan sampel di Pulau Ayer sebagai perwakilan wilayah midshore dan Pulau Jukung sebagai perwakilan data kawasan offshore, itu berbentuk tinggi tetapi keropos.
Akan tetapi, laju pertumbuhan karang tersebut diperkirakan tidak lagi terjadi pada dekade-dekade mendatang. Ini menyusul bakal tercapainya ambang batas toleransi yang membuat tidak ada lagi respons positif dari karang terhadap kenaikan suhu dan nutrien.
Sekretaris Jenderal Community For Maritime Studies Indonesia (CMSI) Nino Krisnan mengatakan, penyebab dominan terjadinya hal tersebut mestilah ditemukan.
”Apakah itu lebih dikarenakan perubahan suhu secara global terkait efek pemanasan global, pencemaran dari 13 aliran sungai yang melewati Jakarta dan bermuara ke Teluk Jakarta, ataukah penyebab lain,” kata Nino.–INGKI RINALDI
Sumber: Kompas, 9 Januari 2018