Kajian Lingkungan Akhiri Polemik Lahan Kendeng

- Editor

Senin, 27 Maret 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kajian lingkungan hidup strategis terhadap Pegunungan Kendeng di Jawa Tengah dan Jawa Timur tengah dikebut dan segera diserahkan kepada Presiden Joko Widodo. Hasilnya diharapkan bisa mengakhiri polemik pembangunan pabrik semen dan kegiatan penambangan yang sudah berlangsung di kawasan ini.

“Hasil KLHS (kajian lingkungan hidup strategis) akan dilaporkan ke Presiden. Berharap ini akan mengakhiri polemik,” kata San Afri Awang, Ketua Tim Penyusun KLHS Kendeng Utara yang juga Direktur Jenderal Planologi dan Tata Ruang dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Minggu (26/3), di Jakarta.

San Afri memastikan proses penyusunan KLHS ini sangat independen, melibatkan sejumlah ilmuwan, dan bersifat ilmiah dengan data yang tersedia. “Tunggu saja, maksimal April hasilnya secara resmi,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ahli ekologi manusia Institut Pertanian Bogor yang menjadi anggota Tim Penyusun KLHS, Soeryo Adiwibowo, mengatakan, prosesnya masih di tahap akhir analisis dan penyusunan rekomendasi. “Untuk tahap pertama difokuskan di ekosistem Watuputih (Rembang, Jateng). Setelahnya tahap kedua, yang meliputi seluruh Pegunungan Kendeng Utara, termasuk Pati (Jateng) dan Tuban serta Lamongan di Jawa Timur,” katanya.

Sudharto P Hadi, Guru Besar Manajemen Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang, yang juga Ketua Tim Ahli Penguji Hasil KLHS, mengatakan, melalui KLHS akan dipetakan bagian Pegunungan Kendeng yang merupakan kawasan bentang alam karst (KBAK) yang harus dilindungi dan bagian yang boleh dieksploitasi. Sesuai peraturan, kriteria yang dipakai untuk menentukan KBAK, antara lain, meliputi fungsi ilmiah, imbuhan air tanah, fungsi penyimpan air tanah, dan goa yang membentuk jaringan sungai bawah tanah.

Ketua Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Gunritno mengatakan masih percaya Presiden bisa menegakkan keadilan lingkungan untuk masyarakat di Kendeng Utara. JMPPK terus berjuang dan menanti sikap Presiden terkait polemik pembangunan pabrik semen di Kendeng.

Sebagai bukti perjuangan petani Kendeng terus berlanjut, bertepatan dengan peringatan tujuh hari meninggalnya Patmi, salah satu perempuan Kendeng yang turut dalam aksi menyemen kaki di depan Istana Negara, JMPPK mendirikan “Monumen Patmi Kendeng”, Minggu. Monumen ini berupa tanaman jati yang dikelilingi batu-batu karst dari Pegunungan Kendeng.(AIK/CAS/SON)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Maret 2017, di halaman 13 dengan judul “Kajian Lingkungan Akhiri Polemik”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB