Kajian lingkungan hidup strategis terhadap Pegunungan Kendeng di Jawa Tengah dan Jawa Timur tengah dikebut dan segera diserahkan kepada Presiden Joko Widodo. Hasilnya diharapkan bisa mengakhiri polemik pembangunan pabrik semen dan kegiatan penambangan yang sudah berlangsung di kawasan ini.
“Hasil KLHS (kajian lingkungan hidup strategis) akan dilaporkan ke Presiden. Berharap ini akan mengakhiri polemik,” kata San Afri Awang, Ketua Tim Penyusun KLHS Kendeng Utara yang juga Direktur Jenderal Planologi dan Tata Ruang dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Minggu (26/3), di Jakarta.
San Afri memastikan proses penyusunan KLHS ini sangat independen, melibatkan sejumlah ilmuwan, dan bersifat ilmiah dengan data yang tersedia. “Tunggu saja, maksimal April hasilnya secara resmi,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ahli ekologi manusia Institut Pertanian Bogor yang menjadi anggota Tim Penyusun KLHS, Soeryo Adiwibowo, mengatakan, prosesnya masih di tahap akhir analisis dan penyusunan rekomendasi. “Untuk tahap pertama difokuskan di ekosistem Watuputih (Rembang, Jateng). Setelahnya tahap kedua, yang meliputi seluruh Pegunungan Kendeng Utara, termasuk Pati (Jateng) dan Tuban serta Lamongan di Jawa Timur,” katanya.
Sudharto P Hadi, Guru Besar Manajemen Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang, yang juga Ketua Tim Ahli Penguji Hasil KLHS, mengatakan, melalui KLHS akan dipetakan bagian Pegunungan Kendeng yang merupakan kawasan bentang alam karst (KBAK) yang harus dilindungi dan bagian yang boleh dieksploitasi. Sesuai peraturan, kriteria yang dipakai untuk menentukan KBAK, antara lain, meliputi fungsi ilmiah, imbuhan air tanah, fungsi penyimpan air tanah, dan goa yang membentuk jaringan sungai bawah tanah.
Ketua Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Gunritno mengatakan masih percaya Presiden bisa menegakkan keadilan lingkungan untuk masyarakat di Kendeng Utara. JMPPK terus berjuang dan menanti sikap Presiden terkait polemik pembangunan pabrik semen di Kendeng.
Sebagai bukti perjuangan petani Kendeng terus berlanjut, bertepatan dengan peringatan tujuh hari meninggalnya Patmi, salah satu perempuan Kendeng yang turut dalam aksi menyemen kaki di depan Istana Negara, JMPPK mendirikan “Monumen Patmi Kendeng”, Minggu. Monumen ini berupa tanaman jati yang dikelilingi batu-batu karst dari Pegunungan Kendeng.(AIK/CAS/SON)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Maret 2017, di halaman 13 dengan judul “Kajian Lingkungan Akhiri Polemik”.