Sembilan hari sejak diluncurkan dari Bandar Antariksa Guyana di Kourou, GuyanaPerancis, pada Sabtu (18 6), satelit BRIsat sudah mencapai orbit geostasioner pada ketinggian 35.766 kilometer dari permukaan Bumi. Satelit milik Bank Rakyat Indonesia itu akan menjalani uji di orbit (in orbit test/IOT) pada titik 150,65 derajat bujur timur hingga 15 Juli.
Setelah itu, satelit pertama di dunia yang dimiliki dan dioperasikan bank itu akan menjalani tahap operasional bayangan. ”Proses operasi masih dikendalikan tim Space Systems Loral (SSL) selaku pembuat satelit dan diikuti tim pengendali satelit Bank Rakyat Indonesia (BRI),” kata Sekretaris Proyek BRIsat Lukman Hakim yang berada di Amerika Serikat saat dihubungi, Kamis (14/7).
Berikutnya, satelit akan digeser ke posisi sebenarnya pada 150,5 derajat bujur timur (BT). Proses itu butuh waktu sekitar tiga hari. Kemudian, BRIsat akan menjalani proses operasional peralihan yang akan mengalihkan pengendalian satelit secara perlahan dari tim SSL ke tim BRI. Satelit akan diserahterimakan ke BRI pada 29 Juli 2016, sebelum dikendalikan penuh BRI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Perancangan dan perizinan
Jauh sebelum mencapai posisi sekarang, BRlsat menjalani perjalanan panjang. Meski sempat diragukan kemampuannya untuk mengelola dan mengoperasikan satelit secara mandiri karena bukan inti bisnisnya, perlahan BRI menjawab tantangan itu.
Ide agar BRI memiliki dan mengoperasikan satelit secara mandiri, tak lagi sewa dari operator satelit lain, muncul sejak 2011. Sebab, ada ketidakpastian pengguna slot atau kapling 150,5 derajat BT untuk meneruskan atau menghentikan penggunaan kapling itu. Padahal, tenggat penggunaan kapling itu hanya sampai akhir Desember 2015.
Kapling satelit geostasioner adalah sumber daya terbatas. Saat ini, Indonesia hanya punya tujuh kapling di orbit geostasioner. Jika Indonesia tak lanjut menggunakan kapling 150,5 derajat BT, sejumlah negara siap menempatinya karena prinsip penggunaan orbit geostasioner adalah ”siapa cepat dia dapat”.
”BRI hanya punya waktu merancang, membuat, dan meluncurkan satelit sekitar tiga tahun,” kata Direktur Proyek BRlsat yang juga Senior Executive Vice President Strategi Teknologi Informasi dan Satelit BRI Hexana Tri Sasongko.
Bersamaan dengan pembuatan satelit, BRl harus mengurus perizinan satelit ke pemerintah dan International Telecommunication Union (ITU). BRI juga harus menegosiasikan spesifikasi satelit, khususnya penggunaan transponder pada frekuensi Ku-band untuk keperluan nonkeuangan, dengan operator satelit lain yang posisinya berdekatan. Kesepakatan itu diperlukan agar keberadaan BRlsat nantinya tidak mengganggu kinerja satelit lain.
Izin penggunaan kapling 150,5 derajat BT itu akhirnya diberikan Kementerian Komunikasi dan Informatika ke BRI, pertengahan 2014. Kesepakatan penggunaan Ku-band dengan operator satelit Jepang yang mengoperasikan satelit di kapling 150,0 derajat BT baru diperoleh pada April 2015.
Pembuatan-peluncuran
Setelah melalui konsultasi dengan sejumlah konsultan, meninjau proposal dan pabrik sejumlah perusahaan pembuatan satelit di AS dan Eropa, pilihan jatuh ke SSL, produsen satelit berbasis di Palo Alto, California, AS. Produsen satelit komersial terbesar di dunia itu mampu menyelesaikan pembuatan BRIsat dalam waktu 22 bulan plus dua bulan untuk pengirimannya menuju orbit.
”BRIsat dirancang dengan spesifikasi khusus sesuai kebutuhan BRI,” kata Wakil Presiden Program SSL David J Pidgeon. BRIsat merupakan satelit pertama asal Indonesia yang dibuat SSL. Saat ini, SSL mengerjakan dua satelit Indonesia lainnya: Telkom 4 milik PT Telkom dan PSN VI milik PT Pasifik Satelit Nusantara.
Dari Palo Alto, BRIsat diangkut pesawat Antonov An-124 menuju lokasi peluncuran di Guyana-Perancis, Amerika Selatan. Setiba di Bandara Félix Eboué, Cayenne, GuyanaPerancis, satelit dimasukkan kontainer khusus dan dikirim ke Bandar Antariksa Guyana di Kourou, sekitar 60 kilometer dari Cayenne.
Di Bandar Antariksa Guyana yang dikelola Badan Antariksa Nasional Perancis (CNES), satelit diisi bahan bakar dan digabung dengan roket peluncur Ariane 5. Selain BRIsat, peluncuran dengan nomor peluncuran VA 230 itu juga membawa satelit EchoStar XVIII milik operator satelit asal AS DISH Network LLC. Peluncuran dilakukan perusahaan peluncur Perancis, Arianespace.
BRIsat adalah satelit ke-534 yang diluncurkan Arianespace dan satelit telekomunikasi ke-5 asal Indonesia yang diluncurkan daribandar antariksa di tepi barat Samudra Atlantik itu. Saat ini, lebih dari separuh satelit telekomunikasi di orbit diluncurkan Arianespace menggunakan beberapa jenis roket peluncur.
Semula, kedua satelit itu akan diluncurkan 8 Juni petang waktu Guyana-Perancis atau 9 Juni subuh waktu Jakarta. Namun, peluncuran tertunda tiga kali dan baru bisa dilakukan 18 Juni pukul 18.38 waktu setempat atau 19 Juni pukul 04.38 WIB.
Dalam waktu 42 menit sejak peluncuran, BRIsat dilepaskan dari roket peluncurnya pada ketinggian 4.300 kilometer di atas Samudra Hindia di barat Sumertera. Setelah itu, satelit menjejaki orbit transfer geostasioner, yaitu orbit perantara sebelum menuju orbit geostasioner. Sejak lepas dari roket Ariane 5, kendali BRIsat ada pada tim SSL di Palo Alto sebelum diserahkan ke BRI.
Orbit transfer itu sangat Ionjong, dengan jarak ke Bumi 250-35.766 km. Selama sembilan hari, ketinggian terendah satelit terus ditambah sehingga orbit yang lonjong perlahan semakin bulat. Akhirnya, orbit satelit bulat penuh dan ketinggian satelit stabil di 35.766 km dari muka Bumi atau di orbit geostasioner.
Di orbit geostasioner, untuk sementara BRIsat diletakkan pada posisi 150,65 derajat BT atau 0,15 derajat lebih timur dari posisi sebenarnya di 150,5 derajat BT. Itu menjalani uji di orbit (in orbit test/IOT) 18 hari. Setelah itu, BRIsat memasuki tahap operasional bayangan, pemindahan ke posisi sebenarnya, dan operasional peralihan, sebelum dikendalikan penuh tim BRI.
Setelah diserahterimakan 29 Juli, satelit perbankan pertama di dunia itu siap dimanfaatkan. Dengan bahan bakar berlebih satelit yang dirancang dengan masa operasi 15 tahun itu diperkirakan mampu bekerja 18 tahun.
”BRIsat akan mengubah budaya dalam BRI dan perilaku konsumen dalam mengakses layanan perbankan,” kata Hexana. Bagaimanapun satelit hanyalah peranti teknologi penunjang kinerja dan layanan perbankan BRI. Agar bermanfaat sempurna, dibutuhkan berbagai inovasi produk dan sistem kerja sehingga 41 transponder dari 45 transponder di satelit bisa maksimal. Demi nasabah dan peningkatan kinerja BRI (M ZAID WAHYUDI)
Sumber: Kompas, Minggu 17 Juli 2016