Hindari Melintas Pada Pukul 21.00-05.00
Jumlah kendaraan bermotor yang melintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek melebihi kapasitas jalan tol tersebut. Hal itu menyebabkan pembangunan Jalan Layang Tol menjadi cukup mendesak guna mengurai kepadatan di sepanjang jalan itu mendesak.
Umumnya, rasio volume kendaraan dibandingkan kapasitas jalan tol hampir di seluruh Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi berada di atas batas kepadatan, yaitu 0,8. Kecepatan kendaraan rata-rata hanya 10-20 km per jam. (Kompas, 25 Agustus 2017)
Pimpinan Proyek PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) Iwan Dewantoro mengatakan, rasio antara volume kendaraan dan jalan (V/C) yang terdapat pada Jalan Tol Jakarta Cikampek tidak seimbang. Ia menyampaikan, lalu lintas terhitung lancar bila rasionya di bawah satu. Namun, yang terjadi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, rasionya telah mencapai 1,3.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dengan angka itu, otomatis kendaraan bermotor melaju di bawah kecepatan ideal. Di Jalan tol, kecepatan idealnya adalah 60 km per jam. Tetapi, karena adanya kepadatan itu, kendaraan hanya bisa melaju 30-40 km per jam,” kata Iwan, saat ditemui di Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu (31/1).
NINO CITRA ANUGRAHANTO UNTUK KOMPAS–Lokasi proyek Jalan Layang Tol Jakarta-Cikampek, Jawa Barat, pada Rabu (31/1).
Oleh karena itu, kepadatan berusaha diuraikan dengan proyek Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II yang diinisasi oleh Jasa Marga, melalui anak perusahaannya PT JJC. Jalan sepanjang 34,6 km itu membentang di Ruas Cikunir-Karawang Barat yang merupakan titik padat di Jalan Tol Jakarta-Cikampek.
Jalan layang tol itu dibuat di tengah median jalan tol dengan mengambil masing-masing satu lajur jalan dari arah Jakarta menuju Cikampek maupun sebaliknya. Ia beranggapan, bila harus membebaskan lahan membutuhkan waktu yang lama sementara kepadatan sudah cukup tinggi.
Iwan menyampaikan, proyek tol ini ditargetkan rampung pada Maret 2019 dan diharapkan bisa beroperasi mulai April 2019. Nilai kontrak proyek ini sebesar Rp. 13,5 triliun termasuk dengan pajak pertambahan nilai (PPN).
Dihubungi secara terpisah, Kepala Badan Pengelola Jalan Tol Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Herry Trisaputra Zuna mengatakan, proyek itu bersifat mendesak. Ia menilai, kepadatan yang tinggi di kawasan sekitar Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang membuat proyek itu urgensinya tinggi.
“Proyek ini sangat mendesak. Kepadatan kendaraannya makin tinggi saja. Jika 10 tahun lalu, itu yang padat hanya dari arah Cikampek menuju Jakarta di pagi hari, saat ini kedua jalur itu sama-sama padat,” ujar Herry, saat dihubungi, Rabu petang.
Herry menjelaskan, kepadatan itu disebabkan pula oleh mulai terbentuknya kota-kota kecil serta dijadikannya kawasan industri di sekitar sana. Berdasarkan pantauan, jalan tol itu didominasi oleh truk-truk dibandingkan mobil-mobil penumpang. Keberadaan truk itu tidak hanya memenuhi jalan tetapi juga memperlambat laju.
“Truk-truk banyak yang overload. Jadi lajunya melambat. Jumlah mereka juga banyak. Nantinya, kalau ada jalan layang tol itu, arus lalu lintas bisa dipecah, ada yang lewat bawah, ada pula yang lewat atas,” kata Herry.
Percepatan pengerjaan
Saat ini, kemajuan pengerjaan proyek itu sudah mencapai 21,793 persen per 27 Januari 2017. Angka itu melebihi rencana realisasi proyek yaitu 21,77 persen. Lama pengerjaan adalah dua tahun sejak dimulai pada Maret 2017 lalu.
Berdasarkan pantauan, di sepanjang Jalan Tol Jakarta-Cikampek, pilar-pilar penyangga jalan layang itu sudah mulai terbangun. Pilar itu tingginya bervariasi, mulai 10-18 meter. Beberapa pilar masih dibalut kerangka-kerangka karena masih dalam tahap konstruksi.
Melihat progress yang melebihi rencana realisasi, Herry merasa optimistis bahwa proyek ini dapat selesai tepat waktu. “Di waktu kurang lebih satu tahun lagi, saya rasa masih bisa terkejar dan bisa beroperasi April 2019 nanti,” kata Herry.
Namun, Iwan menilai, waktu dua tahun sebenarnya masih kurang untuk pengerjaan proyek semacam itu. Bagi dia, tiga tahun adalah waktu yang paling ideal. Ia pun melakukan upaya percepatan pengerjaan.
NINO CITRA ANUGRAHANTO UNTUK KOMPAS–Iwan Dewantoro, Pemimpin Proyek PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek.
Hal yang ia lakukan adalah menggunakan kontrak dengan jenis design and build. Dalam jenis kontrak itu, proyek dapat dikerjakan langsung bersamaan dengan pendesainan. Revisi desain dilakukan sembari proyek berjalan.
Selain itu, pola pengerjaannya secara paralel. Dalam proyek itu terdapat 10 zona proyek. Pengerjaan proyek dilakukan berbarengan tanpa menunggu satu zona selesai terlebih dahulu.
Akibat dari percepatan pengerjaan itu, mulai Selasa (30/1), hingga proyek itu selesai, sejumlah titik pengerjaan proyek akan mengalami penyempitan jalan dengan memakan satu lajur jalan sepanjang 200 meter. Penyempitan itu berlangsung setiap pukul 21.00 hingga 05.00.
Hal itu dikarenakan pengerjaan proyek mulai memasuki tahap pengerjaan konstruksi alat berat seperti pondasi bore pile, pile cap, pilar, pier head, dan pengecoran slab lantai jembatan. Adapun lokasi-lokasi yang terdampak adalah di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 45 arah Cikampek (sisi utara), KM 32 hingga Cikarang Timur, Karawang Barat hingga KM 39 arah Jakarta (sisi selatan), dan KM 46 Karawang Barat arah Cikampek (sisi utara).
Pihak Jasa Marga mengimbau kepada para pengemudi untuk melewati jalur alternatif untuk menghindari kepadatan yang mungkin terjadi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Terdapat dua jalur yang bisa dipilih.
Pertama, perjalanan menuju Cikampek atau Cipularang dapat keluar di Gerbang Tol Cikarang Barat, kemudian melewati Jalan Arteri, dan masuk kembali ke melalu Gerbang Tol Karawang Barat. Kedua, perjalanan menuju Jakarta dapat keluar di Gerbang Tol Karwang Barat, lalu melewati Jalan Arteri dan masuk kembali melalui Gerbang Tol Cibatu atau Gerbang Tol Cikarang Barat.
Terkait kemacetan yang diprediksi terjadi, Iwan menyatakan, kawasan sekitar Jalan Tol Jakarta-Cikampek, itu sudah terlanjur padat karena menjadi sentra industri. Di samping itu, kota-kota kecil serta perumahan-perumahan mulai tumbuh di sekitar kawasan itu. Ia pun berharap agar proyek yang dikerjakannya dapat selesai tepat waktu untuk mengurai kemacetan itu.
Iwan menambahkan, setelah jalan layang tol itu jadi, jalan itu bisa dilalu oleh mobil penumpang maupun truk pengangkut. Ia memprediksi, kepadatan lalu lintas bisa berkurang hingga 40 persen karena berpindah ke jalan layang tol. Selain itu, rasio kendaraan dibandingkan dengan jalan tol dapat menyentuh angka 0,75. (DD16)
Sumber: Kompas, 1 Februari 2018