Jajak Pendapat: Lanjut S-2 atau Kerja Dulu?

- Editor

Selasa, 29 Maret 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bagi sebagian besar anak muda masa kini, mendapat gelar S-1 saja dirasa enggak cukup. Supaya punya ”nilai jual” yang lebih tinggi di tengah ketatnya persaingan dunia kerja, mayoritas anak muda merasa perlu melanjutkan kuliah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Demikian salah satu kesimpulan yang berhasil ditarik dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas yang digelar pekan lalu (23-26/3/ 2011). Survei jajak pendapat ini dilakukan untuk menghimpun opini masyarakat, khususnya pendapat anak muda, terkait minat mereka melanjutkan pendidikan tinggi.

Dari 1.127 responden yang dijaring tim Litbang Kompas, tak kurang dari 210 orang adalah anak muda alias mereka yang usianya di bawah 25 tahun. Bahkan, tercatat ada 115 responden di antaranya yang berusia 17-21 tahun dan masuk dalam kategori usia mahasiswa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Minat anak muda tampak cukup besar untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Lebih dari 70 persen dari responden yang usianya 17-21 tahun menyampaikan minat mereka untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Sementara itu, kebanyakan responden yang tidak antusias untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi adalah kelompok responden yang usianya sudah lebih dari 30 tahun.

Beragam alasan mereka, di antaranya karena sudah berkeluarga, prioritas alokasi keuangan dan waktu yang tercurah untuk urusan keluarga. Alasan lain, ”faktor U” alias faktor umur. Mereka merasa sudah terlalu tua untuk belajar lagi. Mereka enggan untuk memulai lagi bersentuhan dengan dunia pendidikan formal.

Kerja dulu?

Seberapa penting sebenarnya melanjutkan kuliah itu? Mayoritas anak muda spontan menjawab penting! Tetapi, kalau ditanya, ”Setelah lulus kuliah S-1, sebaiknya langsung meneruskan kuliah ke jenjang S-2 atau kerja dulu?” Ternyata sebagian besar anak muda berpendapat lulus kuliah sebaiknya kerja dulu, kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Sedikitnya 62 persen responden dalam jajak pendapat ini yang menyuarakan pendapat tersebut. Mayoritas responden beralasan bahwa titel alias gelar yang tinggi belum tentu bisa dijadikan pegangan kalau kita tak punya pengalaman kerja yang cukup.

Alih-alih mendapat pekerjaan yang sesuai dengan modal gelar yang sudah diraih, banyak lulusan S-2 tetap harus memulai kariernya dari nol dengan menggunakan standar gelar S-1-nya.

Tetapi kalau melihat sisi yang lain, tuntutan berbeda dihadapi oleh mereka yang berkarier di dunia akademisi. Salah seorang responden yang diwawancarai Litbang Kompas, Ilwa Nuzul Rahma (26), menjadi salah satu contoh anak muda yang penuh semangat menuntut ilmu.

Ilwa mengaku sudah merasa mantap untuk berkarier di dunia akademisi sebagai dosen. Maka tidak heran kalau bagi Ilwa, gelar yang tinggi adalah sebuah keharusan. Untuk itu, setelah sukses meraih gelar sarjana ekonomi di Universitas Padjajaran, Ilwa langsung mendaftar kuliah di program pascasarjana Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia (UI).

Begitu lulus S-2 saat Ilwa berusia 24 tahun, dia lalu melanjutkan studi ke jenjang doktoral (S-3) pada program studi yang sama di UI. Sekarang Ilwa tengah sibuk menyelesaikan disertasi.

Contoh lain adalah Muhammad Fariz (23) yang sedang menyelesaikan tesis untuk meraih gelar magister manajemen di Universitas Gadjah Mada. Fariz memilih melanjutkan kuliah begitu dia lulus S-1 dari Universitas Bina Nusantara, Jakarta.

Menurut Fariz, sebetulnya orang lebih baik bekerja dulu supaya punya pengalaman, baru kemudian melanjutkan kuliah untuk memantapkan karier. Tetapi Fariz memutuskan langsung mengambil pendidikan S-2 atas dorongan orangtuanya.

”Mumpung ada kesempatan, kenapa enggak dimanfaatkan sebaik-baiknya?” ujar Fariz.

Meningkat

Fenomena maraknya minat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi tampak dari jumlah mahasiswa baru yang tercatat di sejumlah universitas di Indonesia. Kalau kita simak data dari Kementerian Pendidikan Nasional, jelas sekali tergambar peningkatan minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Jumlah pendaftar perguruan tinggi, baik di jenjang S-1, S-2, maupun S-3, melonjak cukup signifikan selama beberapa tahun terakhir. Begitu juga jumlah lulusan pada setiap jenjang pendidikan tersebut.

Memang, data tersebut cuma sebatas menunjukkan kuantitas atau paparan berbasis jumlah. Ilustrasi lewat angka-angka semacam ini tidak dengan serta-merta menggambarkan kualitas dan daya saing lulusan lembaga perguruan tinggi di negeri ini.

Meskipun begitu, gambaran soal meningkatnya minat masyarakat untuk meraih pendidikan tinggi cukup memberi semangat positif dalam memandang masa depan bangsa ini. Semakin banyak masyarakat yang berpendidikan tinggi, berarti makin besar potensi sumber daya manusia berkualitas untuk membangun bangsa menjadi lebih baik di masa mendatang. (SUWARDIMAN/LITBANG KOMPAS)

Sumber: Kompas-Kampus, 29 Maret 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB