Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menilai Tim Sapu Angin XI yang gagal bertanding pada ajang Divers World Championship (DWC) di London, tetap menjadi “pemenang”, karena kegigihan luar biasa meski tertimpa musibah terbakarnya mobil itu.
“Kami tetap menyebut mereka pemenang dan berhak bangga atas capaian selama di London,” ujar Wakil Dekan Fakultas Teknologi Industri ITS, Dr. Tri Arief Sardjono, ST, MT, di sela penyambutan tim di Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo, Rabu.
Penyambutan yang dilakukan dengan mengalungkan bunga tersebut diikuti sejumlah pejabat staf di ITS, kerabat serta keluarga tujuh anggota Tim Sapu Angin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketujuh anggota tim yakni Rizkiardi Wilis Prakoso, Satria Bayu Mangkunegoro, Haidir Ali Murtadlo, Gilas Kurnia Taufik, Abdillah Hadi Alif Ilhami, Fatih Nurudin dan Sutrisno Wibowo, serta seorang dosen pembimbing Ir. Witantyo M.Eng.Sc.
“Saya kira tidak berlebihan penyambutan ini karena sebagai apresiasi dan penghargaan bahwa tim sudah bekerja maksimal, serta menunjukkan semangat pantang menyerah,” ucapnya.
Menurut dia, menjadi pemenang tidak harus dibuktikan dengan hasil dalam perlombaan, namun proses menuju ke arah itu juga wajib mendapat apresiasi.
Seperti diketahui, kata dia, Tim Sapu Angin ITS tak kenal lelah berupaya merakit kembali mobil agar tetap bisa ikut dalam perlombaan, dan dibuktikan lolos pengujian teknis serta kesempatan mengikuti dua race, meski akhirnya tak bisa dilanjutkan.
“Menjadi seorang pemenang tak harus juara. Setelah mobil terbakar, tim tetap semangat bekerja agar bisa ikut pertandingan meski waktunya sangat mepet. Mereka berhasil membuktikan dan itulah pemenang,” katanya.
Insiden terbakarnya mobil Sapu Angin yang dipersiapkan untuk kejuaraan dunia tersebut, lanjut dia, di luar perkiraan dan menjadi evaluasi, sekaligus pengingat agar ke depan tak terjadi lagi.
“Tapi pihak kampus tetap akan menindaklanjuti apa yang menjadi penyebab terbakar agar tak memunculkan berbagai spekulasi di publik. Dari kejadian ini, kami juga bisa mengambil hikmah,” katanya.
Sementara itu, Manajer Tim Sapu Angin ITS, Rizkiardi Wilis Prakoso mengaku kecewa atas insiden tersebut, namun karena tak ingin terlalu larut maka dilakukan berbagai upaya agar mobil Sapu Angin tetap ikut dalam perlombaan.
“Kami tidak ingin jauh-jauh datang ke Inggris hanya menjadi penonton. Meski sempat kecewa, tapi kami bangga bisa kembali merakit dan menunjukkan kesiapan tim,” katanya.
Mahasiswa semester 8 Teknik Mesin tersebut berharap ke depan tidak terulang lagi kejadian serupa, dan kebakaran mobil Sapu Angin menjadi pelajaran penting agar lebih teliti, terutama saat pengemasan.
Sesuai jadwal, Tim Sapu Angin rencananya mewakili Indonesia dalam ajang Divers World Championship (DWC) di Stadion Olympic, London pada 30 Juni hingga 3 Juli 2016.
Tim Sapu Angin seharusnya berlaga bersama tiga tim dari Indonesia, ITS, UI, dan UPI, lalu dua tim lainnya dari Singapura dan Filipina yang mewakili Asia, kemudian bersaing dengan para juara dari benua lainnya, yakni Eropa dan Amerika.
“Tapi akhirnya batal mengikuti kompetisi tingkat dunia DWC yang pertama kali diadakan sejak 30 tahun diselenggarakan Shell Eco-Marathon itu, karena mobil terbakar,” kata dosen pembimbing, Ir. Witantyo M.Eng.Sc.
Ia menjelaskan, kebakaran diketahui saat petikemas mobil Sapu Angin akan diturunkan dari truk pengangkut di arena lomba.
“Kami melihat saat akan diturunkan sudah terlihat asap mengepul, kami curiga ada sesuatu yang tidak beres. Dugaan kami benar, mobil dalam petikemas sudah terbakar,” katanya.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Pewarta: Fiqih Arfani
Sumber: Antaranews.com, Rabu, 6 Juli 2016