Investasi Manusia Jadi Modal Utama

- Editor

Kamis, 16 Januari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Inovasi menjadi kunci dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Untuk menumbuhkan inovasi, maka pembangunan manusia sebagai modal utama. Sektor pendidikan dan kesehatan akan jadi tumpuan utama, namun itu saja tidak cukup.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO–Suasana Diskusi Panel Kompas 2020 bertema “Menuju Indonesia 2045” di Menara Kompas, Jakarta, Rabu (15/1/2020). Diskusi tersebut menghadirkan pembicara Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies Philip J Vermonte, Guru Besar Ekonomi Universitas Brawijaya, Ahmad Erani Yustika, Kepala Lembaga Demografi Univerisitas Indonesia Turro S Wongkaren, Rektor Unika Atmajaya Jakarta A Prasetyantoko, dan Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Satryo Soemantri Brodjonegoro.KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam diskusi Menuju Indonesia 2045 yang diselenggarakan Harian Kompas di Jakarta, Rabu (15/1/2020), mengatakan, untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah, maka peningkatan produktivitas berbasis inovasi menjadi kunci.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Berdasar pengalaman Eropa, pengembangan industri yang inovatif atau bernilai tambah tinggi berbasis teknologi bisa meningkatkan pendapatan domestik bruto (PDB) hingga 10 kali lipat dalam 25 tahun,” katanya.

Pembicara lain dalam diskusi tersebut adalah Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies Philips J Vermonte, Rektor Universitas Katolik Indonesia Atmajaya Jakarta A Prasetyantoko, Guru Besar Ekonomi Universitas Brawijaya Malang Ahmad Erani Yustika, dan Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia Turro S Wongkaren.

Pembangunan ekonomi yang digerakkan inovasi hanya bisa terwujud jika Indonesia memiliki modal manusia berkualitas. Data Bank Dunia tentang Indeks Modal Manusia (HCI) 2018 menunjukkan mutu manusia Indonesia ada di peringkat 87 dari 157 negara. Situasi itu menunjukkan pembangunan pendidikan dan kesehatan Indonesia belum berdampak besar bagi peningkatan produktivitas penduduk.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO–Kepala Lembaga Demografi Univerisitas Indonesia Turro S WongkarenKOMPAS/TOTOK WIJAYANTO 15-01-2020

Sistem pendidikan
“Peningkatan modal manusia merupakan agenda kompleks dan butuh waktu lama,” tambah Satryo. Peningkatan sistem pendidikan di seluruh jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan tinggi dan pendidikan seumur hidup harus dilakukan.

Turro menambahkan perbaikan sistem pendidikan itu penting mengingat survei LDUI pada 2015 menujukkan 48 persen lulusan perguruan tinggi bekerja dengan kualifikasi pekerjaan lebih rendah dibanding pendidikannya, 22 persen bekerja tidak sesuai jurusannya, dan 40 persen bekerja di bidang yang bisa menampung lulusan semua jurusan.

Namun, perbaikan pendidikan itu tidak cukup dengan hanya memperbaiki kompetensi teknis yang mereka miliki. “Etika dan keterampilan lunak, seperti kemampuan bekerja sama, penting untuk diajarkan,” kata Turro.

Persoalan etika dan kompetensi lunak hampir selalu masuk faktor penghambat kemudahan berbisnis di Indonesia yang diterbitkan dalam Indeks Daya Saing Global (GCI) yang diterbitkan Forum Ekonomi Dunia (WEF) tiap tahun.

Pemberian kompetensi lunak dan etika sejak dini kepada anak Indonesia juga penting karena hal itu tidak bisa digantikan mesin, robot, maupun kecerdasan buatan. Di tengah berlangsungnya revolusi industri 4.0, pembekalan kompetensi yang unik itu akan membuat mereka bisa terus bertahan di tengah banyaknya jenis pekerjaan yang hilang maupun terbukanya banyak peluang kerja baru.

Selain pendidikan, pembangunan kesehatan juga perlu menjadi fokus. Pada 2045, masa bonus demografi telah lewat dan jumlah penduduk tua yang berumur lebih dari 65 tahun akan meningkat pesat. “Jumlah penduduk tua meningkat karena bertambahnya usia harapan hidup. Namun, mereka ringkih atau sakit-sakitan,” kata Turro.

Mereka yang menjadi penduduk tua pada 2045 adalah yang lahir sebelum 1980, sedangkan yang jadi penduduk produktif adalah yang lahir antara 1980 hingga 2030. Jumlah penduduk produktif pada 2045 akan mencapai sekitar 250 juta orang. Tiap 100 penduduk usia produktif 15-64 tahun akan menanggung 53 warga tak produktif, yang terdiri dari 32 penduduk muda dan 21 penduduk tua.

Ringkihnya penduduk tua itu akan membuat produktivitas mereka yang sebenarnya masih bisa dioptimalkan akan semakin rendah. Rendahnya produktivitas penduduk tua itu karena sejak lahir mereka sudah dibebani berbagai persoalan yang menurunkan kualitas kesehatannya, terutama tengkes. Pertumbuhan tubuh yang tidak optimal sejak janin hingga usia dua tahun membuat mereka lebih berisiko menderita berbagai penyakit degeneratif sejak usia dini.

Situasi itu akan membebani pembangunan ekonomi dan meningkatkan biaya kesehatan, termasuk beban Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan. “Pembangunan manusia perlu dilakukan secara terintegrasi sesuai alur hidup manusia, mulai dari 1.000 hari pertama kehidupan sejak dalam janin, anak-anak, remaja, dewasa, hingga penduduk lanjut usia,” tambah Turro.

Selain itu, peningkatan modal manusia juga bisa dilakukan dengan memberikan jaminan keamanan, baik menyangkut pekerjaan, masa depan hingga rasa aman dari kemungkinan konflik. Pengangguran masih akan menjadi momok yang menakutkan bagi penduduk usia produktif karena pendidikan tinggi yang dimiliki tidak bisa dijadikan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan layak.

“Besarnya pengangguran berpendidikan dan penduduk yang makin banyak tinggal di kota akan meningkatkan risiko konflik,” katanya. Berbagai konflik sosial, termasuk radikalisme, bisa menganggu pertumbuhan ekonomi dan berdampak besar pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, pemerintah perlu memastikan semua orang bisa bekerja dan memperoleh penghidupan secara layak.

Oleh M ZAID WAHYUDI

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 16 Januari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB