Internet Alat Eksperimen Sosial

- Editor

Selasa, 13 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peneliti Tanah Air Terbukti Bermutu
Sifat dan perilaku manusia yang sebelumnya tidak terlihat kini terekam di internet dan berskala miliaran. Karena itu, ilmuwan bisa memanfaatkan internet untuk eksperimen sosial yang sebelumnya sulit dilakukan. Keteraturan pola dalam ilmu sosial pun semakin mendekati ilmu alam atau ilmu pasti karena internet.

“Pertama kali dalam sejarah kita punya akses data perilaku manusia dalam skala begitu besar,” kata pengajar pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Roby Muhamad, dalam seminar “Merayakan Capaian Sains Indonesia” yang diadakan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Senin (12/10), di Jakarta. Hadir mantan Presiden BJ Habibie, mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim, dan Ketua AIPI Sangkot Marzuki.

Internet jadi sarana manusia berinteraksi dengan sesama di seluruh dunia dan jadi media mengungkapkan sesuatu. Data sifat dan perilaku manusia tersimpan hingga miliaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Roby optimistis, melalui data itu, hukum fenomena sosial akan muncul suatu saat karena meningkatnya keteraturan pola dari hasil eksperimen. Saat ini, hanya ilmu alam dan ilmu pasti yang punya hukum terkait fenomena tertentu karena lebih mudah mendapatkan keteraturan pola di hasil percobaan.

Sebelum ada media sosial berbasis internet, peneliti fenomena sosial bersandar survei. Tingkat kesulitan bertambah jika survei perlu lebih banyak orang. Dengan media sosial, peneliti mudah dapat data dari banyak orang, misalnya lewat Twitter yang digunakan 50 juta orang Indonesia. “Jika ingin survei kesukaan orang Indonesia terhadap sesuatu, seribu responden sangat sulit. Dengan Twitter, mudah,” ujarnya.

SXI 2Di sisi lain, individu menyampaikan sesuatu di media sosial secara sukarela, tanpa ditanya. Dengan metode survei, peneliti harus tanya dulu kepada responden satu per satu. Data dari media sosial bisa lebih akurat dibanding survei mengingat responden bisa bohong saat wawancara atau survei karena merasa tidak enak.

Potensi internet sebagai pendorong revolusi dalam ilmu sosial terungkap saat Roby terlibat di Studi Eksperimental terhadap Pencarian di Jejaring Sosial Global. Studi dipublikasikan di jurnal Science tahun 2003.

Studi bertujuan memverifikasi teori Stanley Milgram tentang enam derajat pemisahan (six degrees of separation) pada tahun 1967. Milgram bereksperimen, untuk tahu berapa rantai pertemanan harus dilewati saat seseorang di Nebraska diminta mengirim pesan melalui pos ke orang di Massachusetts yang dipilih acak. Orang itu hanya boleh mengirim ke orang dikenal.

Riset Milgram melibatkan 300 orang. Hasilnya, pesan sampai setelah melewati rata-rata 6,5 rantai pertemanan. Roby dan tim pun mencoba hal serupa. Bedanya, mereka memanfaatkan internet. Mereka mendapat peserta dari 13 negara lebih dari 60.000 orang. Target pesan 18 orang, menciptakan 24.163 rantai pesan dan 384 pesan mencapai target. Panjang rantai pertemanan tidak jauh berbeda, sekitar lima rantai pertemanan. Namun, teori terkonfirmasi dengan skala lebih besar sehingga meningkatkan keakuratan teori.

Pemanfaatan
Menurut Roby, peluang internet sudah dimanfaatkan banyak pihak untuk eksperimen sosial, salah satunya industri digital. Facebook, misalnya, menampilkan iklan spesifik dari perusahaan jasa jual-beli barang daring di linimasa Facebook.

Data terkait perilaku dan sifat manusia di internet pun bisa untuk memprediksi sesuatu. Roby mencontohkan, Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) bekerja sama dengan beberapa peneliti memprediksi peristiwa politik pada masa mendatang dengan mempelajari data internet.

Sangkot Marzuki mengatakan, Roby membuat terobosan dalam ilmu sosial lewat penelitiannya. Jurnal Science yang memuat hasil riset Roby dan tim lain jadi bukti Indonesia punya peneliti berkualitas internasional.

AIPI juga mengundang tiga peneliti lain berbicara di seminar. Mereka Adi Utarini yang terlibat riset potensi pencegahan demam berdarah menggunakan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia; Daniel Murdiyarso riset potensi hutan mangrove dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; serta Sri Widiyantoro peneliti pemindaian isi perut bumi dengan teknik tomografi. (JOG)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Oktober 2015, di halaman 13 dengan judul “Internet Alat Eksperimen Sosial”.

———–

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB