Inovasi, Menulis Masa Depan

- Editor

Minggu, 20 Desember 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Inovasi menjadi kata kunci untuk bertahan dan berkembang di era perubahan dan lanskap masyarakat informasi saat ini. Inteligensia kolektif menyusul masifnya penggunaan media baru berbasis internet memungkinkan kolaborasi dalam bingkai konvergensi teknologi dilakukan lebih mudah.

Seluruh skenario perubahan peradaban itu terutama diperankan oleh generasi muda, atau penduduk asli peradaban digital (digital natives), yang menggantikan generasi sebelumnya dan sebagian termasuk dalam kelompok digital immigrants. Digital natives adalah remaja yang kini masih bersekolah dan jumlahnya bakal mendominasi seiring dengan keniscayaan demografis.

Terkait hal itulah kehadiran 300 pelajar dari 100 SMA/sederajat yang dikumpulkan Sabtu (28/11) dan Minggu (29/11) untuk menelurkan sejumlah inovasi menjadi relevan. Mereka ialah para ketua, wakil ketua, atau sekretaris OSIS dari sejumlah SMA di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang yang bergabung dalam kegiatan bertajuk Cerita Inovasi Tanah Air Indonesia dengan tema teknologi dan lingkungan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kegiatan diselenggarakan Yayasan Planet Inovasi bekerja sama dengan Staf Teritorial TNI AD di Resimen Induk Kodam Jaya dan Batalyon Infanteri Mekanis 201/Jaya Yudha, Jakarta. Komunitas pelajar yang dibagi ke dalam 10 kelompok itu diberi materi dari sejumlah pembicara yang merupakan inovator berbagai bidang.

0f95c27969ad48ca9a4d0135713ee5a5KOMPAS/INGKI RINALDI–Sebagian aktivitas dalam kegiatan Cerita Inovasi Tanah Air (Cinta) Indonesia yang diselenggarakan Yayasan Planet Inovasi dan Staf Teritorial TNI AD di Jakarta, 28-29 November. Sebanyak 300 pelajar yang merupakan ketua, wakil ketua, atau sekretaris OSIS SLTA/sederajat di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang menjadi peserta kegiatan tersebut.

Proses pendampingan juga dilakukan dalam beberapa bidang profesi dan keilmuan untuk menghasilkan 10 inovasi produk berupa barang, jasa, atau nilai. Skema inovasi berupa input-proses-output-outcome terus-menerus dipompakan Ketua Umum Yayasan Planet Inovasi Dr Avanti Fontana dalam sejumlah sesi.

Avanti, yang bergelar doktor dalam ilmu manajemen (Docteur en Sciences de Gestion) dengan kajian Manajemen Inovasi dan Teknologi pada Departemen Strategi dan Manajemen ESSEC Business School Paris, menyebutkan bahwa program Cinta Indonesia dimaksudkan untuk menyebarkan semacam “virus” inovasi bagi para pelajar di tingkat SMA/sederajat. Sebelumnya, Cinta Indonesia I dilangsungkan di Cirebon pada Maret 2015 dan Cinta Indonesia II di Bogor pada Mei 2015. Keluar dari zona nyaman dan keberpihakan pada pencarian perubahan menjadi nilai utama yang terus-menerus disuntikkan. Ini misalnya terjadi saat satu kelompok mengusulkan ide pemanfaatan batang tanaman ganja (Cannabis sativa) sebagai energi alternatif. Sekalipun bukan ide baru, usulan itu terbilang berani karena mengguncang pemahaman soal legalitas ganja.

Untuk ide itu, pengusungnya diberi penghargaan sebagai inovator di sisi input karena material dasar yang dipilih merupakan sesuatu yang berada di luar kesepakatan dan pemahaman tentang norma umum. Sembilan kelompok lain diganjar penghargaan karena berhasil menghasilkan inovasi yang terbagi di antaranya ke dalam sejumlah kategori, seperti inovasi sosial dan inovasi teknologi lingkungan.

Inovasi lain yang menarik bernama Orange Bullying Solution (OBS), berupa aplikasi mobile. Aplikasi yang kelak diharapkan bisa diunduh gratis di sejumlah platform seperti Google Play dan App Store itu bakal menghubungkan korban bullying (perundungan) di seluruh Indonesia.

Mereka diharapkan bisa saling berbagi cerita dan menguatkan satu sama lain dengan sejumlah fitur khusus, seperti konsultasi dengan psikolog untuk versi premium. Dengan target pasar para pelajar SMP dan SMA, gagasan OBS dinilai memiliki relevansi tinggi, antusiasme pasar yang bagus, dan segera bisa diwujudkan. Apalagi satu tujuannya juga segera dibentuk, disahkan, serta diterapkannya Undang-Undang Anti Perundungan ketika aplikasi itu diunduh banyak orang.

Namun, sebagian besar inovasi yang dihasilkan cenderung belum memperhatikan konteks sosial, politik, budaya, dan ekonomi yang melingkupinya. Relatif belum terdapat inovasi yang dikaitkan dengan perspektif payung seperti diutarakan Grant dalam Grant dan Meadows.

Ini diibaratkan dengan bentuk payung mengembang berikut gagangnya. Gagangnya mewakili pengguna individual. Lapisan “kembangan” payung di atas gagang ialah sisi “hardware” dan “software”. “Hardware” merupakan peralatan fisik dan “software” adalah konten atau pesan yang ditransmisikan.

Lapisan di atasnya adalah infrastruktur organisasi. Adapun lapisan teratas ialah sistem sosial yang di dalamnya dapat termasuk pula sistem politik. Ini bisa diartikan pula bahwa struktur industri organisasi tidak dengan begitu cepat selayaknya perubahan “hardware” dan “software” karena perannya memang sebagai penaung perubahan alat-alat dan kegunaan teknologi komunikasi.

Seluruh proses dihasilkannya inovasi-inovasi itu terjadi dengan pendampingan sejumlah orang seperti Arnaldo Soares, Ayman Husni, Gabriel Michael Kia Tolok, Henry MP Siahaan, Jufri Alkatiri, Kris Wijoyo Soepandji, Miftah Adi Ikhsanto, Phillip Gobang, dan Rudianto Sumarwono.

Hadir juga beberapa orang penyuntik motivasi, yaitu Daniel Surya (WIR Global), Satria Patriosiando (pemilik galangan kapal SS Boatyard), Esa Ghanim Fadhallah (penemu material organik penyerap gelombang radar), dan Susanto Tan (Ketua Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia).

“Semakin ide itu tidak dihargai dan dibilang gila, maka itu semakin bagus,” kata Daniel yang menekankan tujuan utama acara ini bukan uang, melainkan pada proses belajar untuk berinovasi.

Sementara Satria menekankan pentingnya menjalani passion untuk memelihara motivasi selama proses menghasilkan inovasi dijalani terus-menerus. Ia juga menegaskan tentang pentingnya memelihara impian di masa kecil dan terus menghidupkannya hingga dewasa.

Karena itulah, kepemimpinan visioner atau kepemimpinan digital menjadi kunci bagi inovasi di masa kini. (INGKI RINALDI)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Desember 2015, di halaman 26 dengan judul “Inovasi, Menulis Masa Depan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB