Indonesia perlu menggali kekhasan inovasinya selaras dengan kekayaan atau keragaman hayati dan ekosistemnya. Langkah ini untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang berkelanjutan.
Untuk menjadi negara maju, pertumbuhan ekonomi Indonesia harus dihela oleh inovasi. Namun, inovasi Indonesia harus memiliki ciri khusus yang membedakan sekaligus menjadi keunggulan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro dalam pembukaan Sidang Paripurna Dewan Riset Nasional (DRN) di Jakarta, Kamis (27/8/2020), mengatakan, inovasi itu diperlukan Indonesia untuk melompat menjadi negara ekonomi maju pada 2045. Lompatan itu diperlukan agar Indonesia tidak terjebak dalam negara berpendapatan menengah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal senada diungkapkan Kepala DRN Bambang Setiadi. Studi Bank Dunia terhadap sejumlah negara menunjukkan investasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu memunculkan inovasi mampu menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi. Pengalaman sejumlah negara maju, seperti Korea Selatan, maupun studi para ahli menunjukkan hal serupa.
Karena itu, tidak ada jalan lain mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia selain dengan mengembangkan inovasi. Pola pengembangan industri manufaktur seperti yang dilakukan Orde Baru pada dekade 1990-an akan sulit mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat.
Namun, Bambang Brodjonegoro mengingatkan inovasi Indonesia harus memiliki keunggulan yang bisa menjadikannya sebagai kekuatan dalam persaingan global. Kekayaan alam yang melimpah di atas tanah maupun di bawah laut adalah modal besar bangsa Indonesia. Karena itu, inovasi Indonesia perlu difokuskan pada pengembangan sumber daya alam atau keanekaragaman hayati.
”Kekayaan alam Indonesia itu harus dicari nilai tambahnya dengan sentuhan teknologi serta kegiatan riset dan pengembangan,” katanya.
Peningkatan nilai tambah melalui rekayasa sumber daya alam itu akan bisa menghasilkan produk yang bisa menjadi substitusi impor. Upaya ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada produk negara lain, sekaligus menghemat devisa.
Upaya pengembangan inovasi yang bisa menjadi substitusi impor itu juga bisa menciptakan kestabilan ekonomi karena kestabilan itu tidak bisa hanya dicapai melalui kebijakan moneter dan fiskal semata. Peningkatan nilai tambah itu sekaligus bisa membantu mewujudkan kemandirian bangsa.
Inovasi digital
Selain inovasi berbasis sumber daya alam, Bambang Brodjonegoro juga ingin menjadikan inovasi digital sebagai keunggulan Indonesia di masa depan. Inovasi digital jadi pilihan karena saat ini menjadi penggerak ekonomi negara-negara besar, seperti Amerika Serikat dan China. Selain itu, valuasi tertinggi perusahaan dunia saat ini juga dikuasai oleh perusahaan-perusahaan digital.
Meski demikian, inovasi digital Indonesia masih perlu dicari kekhasannya. Jika tidak, Indonesia dipastikan akan sulit bersaing dengan industri digital raksasa dunia. Di samping itu, Indonesia tidak bisa hanya menjadi pengikut dalam industri digital karena akan membuatnya sulit mencari terobosan. Karena itu, Indonesia harus bisa menjadi pemain utama industri digital, setidaknya di ASEAN.
Untuk mengembangkan inovasi digital, Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia yang memadai. Banyak anak muda keranjingan digital yang ingin punya kiprah lebih besar dalam sektor ekonomi digital.
Indonesia juga menjadi negara terbesar di ASEAN yang memiliki perusahaan rintisan berbasis teknologi (start up) dengan kategori unicorn. E-dagang di Indonesia pun berkembang pesat meski aktivitas transaksinya lebih banyak dikuasai negara lain. Karena itu, arah dan fokus inovasi digital Indonesia perlu segera dirumuskan.
Bambang Setiadi menambahkan, pengembangan inovasi itu tidak bisa ditunda. Inovasi itu bisa dimulai dengan mengembangkan hal-hal yang sederhana hingga bisa menjadi produk yang bernilai. Selain itu, sinergi triple helix di antara peneliti, pemerintah, dan industri untuk mengembangkan inovasi perlu terus dibangun.
Program pendanaan riset pun harus mulai dikembangkan secara matang. Selama ini, pemerintah hanya mengenal pola insentif pajak untuk mendorong industri mau melakukan riset dan pengembangan. Padahal, banyak pola lain yang bisa jadi pilihan, seperti hibah proyek dan pembebasan bea masuk alat riset.
Oleh MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 27 Agustus 2020