Mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie saat memberikan pidato utama dalam penganugerahan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Award 2010 di Jakarta, Rabu (22/12), mengatakan, hampir semua pusat perbelanjaan di Indonesia dipenuhi barang-barang luar negeri. Hal itu berarti rakyat Indonesia harus membayar ongkos pekerja luar negeri untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Tersisihnya produk dalam negeri menciptakan defisit jam kerja antara pekerja di Tanah Air dan di luar negeri. Ironisnya, kondisi itu terjadi saat banyak masyarakat Indonesia mengeluhkan kecilnya lapangan kerja dan naiknya pengangguran.
”Membeli produk buatan dalam negeri itu sama dengan mengamankan lapangan kerja serta menjamin pemerataan dan kesejahteraan bangsa,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Defisit jam kerja itu dapat diatasi dengan meningkatkan daya saing industri manufaktur melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan teknologi. Langkah ini membutuhkan perencanaan jangka panjang yang konsisten serta produk hukum yang melindungi industri dan mengamankan pasar dalam negeri.
”Ini bukan proteksionisme, tetapi untuk menciptakan lapangan kerja. Negara-negara lain juga melakukannya,” tuturnya.
Insinyur Indonesia
Peningkatan daya saing industri manufaktur harus ditopang oleh kualitas sumber daya manusia yang memadai. Namun, hal ini masih sulit karena hanya ada 16.435 insinyur per Mei 2010 dari 237 juta rakyat Indonesia atau 0,006 persen.
Menteri Koordinator Perekonomian M Hatta Rajasa mengatakan, bidang rekayasa (engineering) Indonesia mengalami perkembangan pesat pada era 1980-an. Kini, potensi perekayasa Indonesia harus dibangkitkan kembali agar bisa memberi nilai tambah hingga mampu bersaing secara global.
Pada kesempatan itu, diberikan penghargaan PII Award 2010 kepada individu dan industri berprestasi dalam bidang teknologi dan rekayasa. Penghargaan diberikan dalam lima kategori. Untuk kategori lifetime achievement, penghargaan diberikan kepada dua tokoh dan ahli konstruksi Wiratman Wangsadinata dan GM Tampubolon. Sementara itu, Adhiwarta Rekayasa diberikan kepada Redaktur Senior Kompas Ninok Leksono. (MZW)
Sumber: Kompas, Kamis, 23 Desember 2010 | 04:12 WIB