PT INKA (Persero) dan Politeknik Negeri Madiun telah menerapkan model pendidikan sistem ganda. Kerja sama ini bertujuan untuk mewujudkan keterhubungan dan keselarasan antara industri dan pendidikan tinggi.
KOMPAS/MEDIANA—(ki-ka) : Direktur Pengembangan PT INKA (Persero) Agung Sedayu dan Direktur Politeknik Negeri Madiun Muhammad Fajar Subkhan
PT INKA (Persero) dan Politeknik Negeri Madiun sudah menerapkan model pendidikan sistem ganda sejak 2018. Kedua institusi juga telah bekerja sama mengembangkan kurikulum yang sesuai perkembangan industri manufaktur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Direktur Pengembangan PT INKA (Persero) Agung Sedayu menyampaikan hal itu di sela acara bincang-bincang secara daring “Praktik Baik Sinergi Vokasi dan Industri Mewujudkan SDM Unggul Menuju Indonesia Maju”, Senin (10/8/2020), di Jakarta.
Model pendidikan sistem ganda berarti mahasiswa Politeknik Negeri Madiun belajar dan praktik di PT INKA (Persero). Mahasiswa semester tiga wajib mengikuti model pendidikan itu. Selama tiga hari, mereka belajar di dalam PT INKA (Persero), mereka juga bisa sekaligus magang bekerja.
“Mereka belajar langsung cara kami bekerja, absensi, sampai cara makan di dunia usaha/dunia industri. Filosofi kerja sama kami sejak awal adalah mentransformasikan mahasiswa agar cepat berperilaku profesional,” ujar dia.
Agung mengatakan, model pendidikan sistem ganda mendorong pengajaran hardskill dan softskill yang diharapkan dunia usaha/dunia industri lebih mudah disampaikan ke peserta didik.
Menurut Agung, pihaknya bersama Politeknik Negeri Madiun saling kompromi saat menyusun kurikulum. Dari hasil kerja sama itu, harapannya adalah mahasiswa siap bekerja ketika lulus. Lebih jauh, politeknik sebagai pendidikan tinggi bisa menghasilkan riset-riset yang berguna bagi industri.
“Kami pun bekerja sama dengan perusahaan perkeretaapian di Swiss. Kami harap, kerja sama kami dengan Politeknik Negeri Madiun kelak bisa dikolaborasikan dengan perusahaan itu. Jadi, mahasiswa lulusan dapat terserap di pasar luar negeri,” kata Agung.
Dia menambahkan, tantangan industri manufaktur sama dengan sektor lainnya adalah era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan otomasi. Era ini membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan kompetensi.
Direktur Politeknik Negeri Madiun Muhammad Fajar Subkhan mengatakan, kerja sama dengan PT INKA (Persero) mendapat animo positif dari mahasiswa dan keluarganya.
Kerja sama kedua institusi juga berpeluang mendorong anak usaha PT INKA (Persero) berkolaborasi dengan program studi lainnya di Politeknik Negeri Madiun. Model sistem pendidikan ganda membuat mahasiswa bisa merasakan langsung kondisi industri.
“Dosen berasal dari pihak mereka. Para profesional selama ini belum mengeluh, dalam artian jadwal bekerja mereka bentrok dengan mengajar,” kata Fajar.
Dosen harus berubah
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Vokasi Wikan Sakarinto menekankan, apabila industri dan pendidikan tinggi vokasi sepakat membuat kurikulum bersama, konsekuensinya adalah dosen harus berubah. Misalnya, pola pikir dan cara mengajar mengikuti.
“Mereka (memposisikan) menjadi mentor, pelatih, atau fasilitator mahasiswa. Kalau tidak berubah sikap ataupun pola pikirnya, keterhubungan dan keselarasan dunia usaha/dunia industri dengan pendidikan tinggi ya tidak akan terjadi,” tegas Wikan.
Selain itu, Wikan mendorong, dosen-dosen pendidikan tinggi vokasi lebih aktif riset yang berhubungan dengan permasalahan nyata, terutama menyangkut industri. Dengan demikian, hasil risetnya bermanfaat dan sejalan dengan visi link and match.
“Saya berharap, semakin banyak dunia usaha/dunia industri dan perguruan tinggi vokasi bisa meniru contoh yang dilakukan PT INKA (Persero) dan Politeknik Negeri Madiun,” katanya.
Oleh MEDIANA
Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Sumber: Kompas, 11 Agustus 2020