Indonesia Kuasai Tiga Besar Kompetisi Mobil Konsep Urban

- Editor

Kamis, 2 Mei 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tim Indonesia berhasil masuk ke peringkat tiga besar di semua kategori mobil konsep urban pada Shell Eco-Marathon Asia 2019. Akan tetapi, hal ini baru setengah jalan karena kemenangan sejati baru ditentukan hari Kamis ini pada perlombaan khusus pengemudi.

Pengumuman pemenang untuk kategori mobil konsep urban Shell Eco-Marathon (SEM) Asia 2019 dilakukan di Sirkuit Internasional Sepang, Selangor, Malaysia pada hari Rabu (1/5/2019). Sebelumnya, selama dua hari mereka mengikuti lomba yang terbagi kategorinya berdasarkan jenis bahan bakar, yaitu batere listrik, hidrogen, dan pembakaran internal (bensin, solar, dan ethanol).

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Tim mobil konsep urban Sapuangin dari Institut Sepuluh Nopember menjuarai Shell Eco-Marathon Asia 2019 di kategori bahan bakar pembakaran internal di Sirkuit Internasional Sepang, Selangor, Malaysia, Rabu (1/5/2019). Mereka masih harus berlomba pada Drivers World Championship agar bisa menjadi juara umum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di kategori pembakaran internal, seluruh peringkat tiga besar dikuasai oleh Indonesia yaitu Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan mobil Sapuangin XI Evo 2, Universitas Negeri Yogyakarta dengan Garuda Gasoline, dan Universitas Indonesia dengan Sadewa.

“Ini masih setengah jalan. Pemenang SEM Asia 2019 ditentukan di Drivers World Championship (DWC) yang mengadu semua tiga besar di seluruh kategori mobil konsep urban. Tiga pemenang DWC lah yang nanti akan berangkat ke SEM global,” kata manajer Tim 5 ITS Muhammad Hafis Habibi yang juga salah satu pengemudi Sapuangin. Mobil ini merupakan pemenang SEM Global 2018 di London, Inggris.

Meski dirinya mengemudikan Sapuangin menuju kemenangan di Inggris, Habib mengaku tetap tegang ketika turun di SEM Asia 2019. Saingan terberat di kategori mobil konsep urban adalah para peserta dari Indonesia. Setiap perguruan tinggi di Tanah Air menunjukkan kemajuan pesat dalam riset di kategori ini, terutama Universitas Gadjah Mada (UGM), UI, dan UNY yang terus mengejar ITS dari segi capaian efisiensi bahan bakar.

Sapuangin berhasil menorehkan rekor pemakaian bensin 395 kilometer per liter. Garuda UNY menyusul dengan angka 383 kilometer per liter dan Sadewa UI 348 kilometer per liter.

Pembakaran internal
Untuk kategori pembakaran internal, Indonesia tidak bisa diremehkan. Bahkan, pemenang sepuluh besar mobil konsep urban pembakaran internal dikuasai oleh Indonesia. Kecuali posisi nomor tujuh yang diduduki Universitas Tongji dari China. Perguruan tinggi yang sebelumnya tidak pernah masuk sepuluh besar seperti Universitas Negeri Semarang dan Universitas Lampung kini menduduki peringkat kedelapan dan kesembilan.

Pada DWC, Sapuangin akan berhadapan dengan saudara sesama ITS, yaitu Antasena yang juara kedua di kategori hidrogen dan Nogogeni pada posisi kedua di kategori batere. Persaingan ini sangat ketat karena apabila ketiga mobil ITS berhasil merebut tiga besar DWC, juri hanya memilih juara satu sebagai perwakilan ITS ke SEM Global.

Posisi kedua dan ketiga akan digantikan oleh tim dari perguruan tinggi lain yang sebenarnya berada di peringkat keempat dan kelima. “Kami tidak akan mengalah meskipun dengan teman sendiri,” tegas Habibi.

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Tim Bumi Siliwangi 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia yang dengan mobil mereka, Turangga Cheta, berhasil meraih peringkat ketiga di kategori mobil konsep urban berbahan bakar batere listrik di Shell Eco-Marathon Asia 2019 di Sirkuit Internasional Sepang, Selangor, Malaysia, Rabu (1/5/2019).

Sementara Tim Bumi Siliwangi 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia berhasil meraih juara ketiga di kategori batere listrik dengan mobil Turangga Cheta. Anggota tim, M Dimas mengatakan, DWC akan sangat menantang karena akselerasi mobil bertenaga baterai lebih lama daripada mobil bertenaga pembakaran internal dan hidrogen.

“Meskipun begitu, semua tergantung dengan pengemudi dan strategi di sirkuit. Saat ini semuanya akan berusaha sekuat tenaga untuk menang,” ujarnya.

Oleh LARASWATI ARIADNE ANWAR

Sumber: Kompas, 2 Mei 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB