Berbagai riset adaptasi bencana banyak dilakukan. Namun, jumlah bencana kian banyak dan tersebar. Padahal, sebagian besar bencana itu, khususnya yang dipicu cuaca ekstrem, bisa dicegah dan dikurangi risikonya.
”Implementasi hasil riset kebencanaan sulit dilakukan,” kata Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Wawan Gunawan A Kadir saat dihubungi dari Jakarta, Senin (24/2). Implementasi riset itu adalah kewenangan pemerintah selaku pengambil kebijakan, bukan ranah ilmuwan.
Secara terpisah, Kepala Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada (UGM) Djati Mardiatno menambahkan, rekomendasi riset tentang daya dukung lingkungan, kependudukan, konservasi sumber daya alam hingga teknologi pencegah dan pengurangan risiko bencana sudah diberikan ilmuwan dan perguruan tinggi. Eksekusi rekomendasi itulah yang sering terkendala sehingga bencana di mana-mana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Ini bukan persoalan keterbatasan dana, melainkan soal kemauan politik,” ujarnya.
Tidak kontinu
Djati mengatakan, program adaptasi bencana mencegah keberulangan memang bukan isu menarik dalam pembangunan. Program ini bersifat jangka panjang yang dampaknya sulit didapat hanya dalam kurun waktu lima tahun masa kepemimpinan pemerintah di pusat dan daerah.
Oleh karena itu, program pencegahan bencana harus dilakukan bertahap, tidak bisa instan. Namun, kontinuitas program ini sering kali bermasalah saat pemerintahan berganti.
Tahapan pencegahan yang sudah dilakukan pemerintahan sebelumnya diulang pemerintahan baru. Akibatnya, upaya adaptasi harus kembali dari nol tanpa hasil akhir yang jelas. Padahal, dana terbatas dan daya dukung lingkungan terus turun.
Otonomi daerah juga menyulitkan implementasi rekomendasi. Pencegahan bencana menuntut penanganan lintas daerah. Lemahnya koordinasi antardaerah ini sering menimbulkan konflik antara wilayah hulu dan hilir daerah aliran sungai. ”Kuatnya ego setiap daerah membuat bencana sulit ditangani secara komprehensif dan terintegrasi,” ujar Djati.
Wawan menambahkan, rendahnya implementasi riset kebencanaan sebenarnya juga terjadi pada hasil riset bidang lain. Persoalannya, kelambanan penerapan rekomendasi riset berdampak langsung pada masyarakat.
Akibatnya, jumlah kerugian materiil tiap tahun membesar. Ancaman penyakit, stres, serta hilangnya produktivitas dan peluang bisa berdampak ekonomi lebih besar bagi negara. (MZW)
Sumber: Kompas, 25 Februari 2014