IDI Jangan Mengurusi Pendidikan

- Editor

Senin, 15 Mei 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ikatan Dokter Indonesia diminta agar tidak terlibat dalam menentukan standar ujian dan kelulusan sertifikasi dokter. Hal tersebut merupakan kewenangan kolegium kedokteran beserta perguruan tinggi.

“Saat ini, IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memonopoli segala urusan kedokteran dari hulu hingga hilir,” kata Laksono Trisnantoro, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang tampil sebagai saksi ahli dalam uji materi Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran, di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu (14/6). Ia mewakili saksi pemohon Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Yoni Syukriani dan mantan Ketua Kolegium Dokter Indonesia Pandu Riono.

Menurut Laksono, kurikulum pendidikan kedokteran, standar kompetensi, dan materi ujian untuk menentukan kelulusan para sarjana kedokteran menjadi dokter hendaknya disusun oleh kolegium. Kolegium merupakan kumpulan dokter dan dosen yang ahli pada bidang-bidang tertentu. Mereka bekerja sama dengan fakultas kedokteran untuk membuat materi perkuliahan dan ujian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ahli lain, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia R Sjamsuhidajat menekankan, kolegium tak boleh berada di bawah pengaruh asosiasi profesi, seperti IDI. “Artinya, standar materi disusun secara independen yang mengacu pada bahan ajar serta standar kedokteran global,” ujar Sjamsuhidajat.

Menurut Pandu, dalam uji kompetensi, terdapat materi dari Asosiasi Institut Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) dan ujian oleh IDI. Ujian AIPKI dipermasalahkan karena banyak yang tidak lulus. Padahal, untuk mengambil pendidikan spesialis, universitas mewajibkan ada nilai AIPKI.

Saat ini, kolegium yang ada masih berada di bawah pengaruh IDI dalam pembentukan materi ujian dan standar kompetensinya. Padahal, idealnya organisasi profesi hanya mengurusi soal kesejahteraan anggota. Misalnya, menentukan tarif Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang adil untuk dokter, memastikan dokter mendapat perlindungan hukum yang layak, serta memudahkan dokter untuk memenuhi sarana dan prasarana kesehatan dalam berpraktik.

Laksono menekankan, hal ini tidak untuk mengerdilkan keberadaan IDI. Justru agar IDI fokus menjalankan tugas pelayanan terhadap anggota.

Sidang dihadiri hakim-hakim MK. Hakim Saldi Isra mengatakan, organisasi masyarakat yang memiliki kewenangan terlalu besar dan nyaris tanpa batas sangat rawan terjadi penyimpangan di dalam penerapan aturan. (DNE)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Juni 2017, di halaman 14 dengan judul “IDI Jangan Mengurusi Pendidikan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB