Hujan Ekstrem di Musim Pancaroba

- Editor

Rabu, 23 September 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Teknologi Pemantauan dan Mitigasi Bencana - Peneliti dan teknisi mengawasi tampilan data penginderaan jauh untuk pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana di Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di Jakarta, Kamis (25/7). Data didapat dari citra satelit atau pemantauan pesawat nirawak yang diolah para peneliti untuk disajikan dalam Sistem Informasi Mitigasi Bencana Alam (SIMBA). Beberapa hasil yang disajikan di SIMBA antara lain: pemetaan titik panas dan pergerakan asap kebakaran lahan, potensi banjir, dan aktivitas gunung berapi.

Kompas/Iwan Setiyawan (SET)
25-07-2013

Teknologi Pemantauan dan Mitigasi Bencana - Peneliti dan teknisi mengawasi tampilan data penginderaan jauh untuk pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana di Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di Jakarta, Kamis (25/7). Data didapat dari citra satelit atau pemantauan pesawat nirawak yang diolah para peneliti untuk disajikan dalam Sistem Informasi Mitigasi Bencana Alam (SIMBA). Beberapa hasil yang disajikan di SIMBA antara lain: pemetaan titik panas dan pergerakan asap kebakaran lahan, potensi banjir, dan aktivitas gunung berapi. Kompas/Iwan Setiyawan (SET) 25-07-2013

Hujan ekstrem di sebagian Jawa bagian barat sehingga memicu banjir dipengaruhi kondisi atmosfer yang labil akibat fenomena gelombang Rosby ekuatorial, bukan oleh pergerakan Monsun Asia. Hujan masih berpeluang terjadi.

Hujan ekstrem di sebagian Jawa bagian barat sehingga memicu banjir dipengaruhi kondisi atmosfer yang labil akibat fenomena gelombang Rosby ekuatorial, bukan oleh pergerakan Monsun Asia yang menandai masuknya musim hujan. Hujan deras yang menandai pancaroba ini masih berpeluang terjadi hingga musim hujan bulan Oktober mendatang.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan terjadi cukup merata di wilayah Jakarta dalam dua hari terakhir. Curah hujan tertinggi di Jakarta dan sekitarnya pada Selasa (22/9/2020) terjadi di Setiabudi, Jakarta Selatan, yakni 201 milimeter (mm) per hari. Curah hujan ini bisa dikategorikan ekstrem.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berikutnya, hujan dengan intensitas 120 mm per hari tercatat di Karet, Jakarta Pusat dan 108 mm per hari terjadi di Tanjungan, Jakarta Utara. Sementara di Depok tercatat 48 mm per hari dan Katulampa, Bogor, 31 mm per hari.

”Saat ini kategorinya masih pancaroba, tetapi hujannya memang cukup ekstrem. Gelombang Rossby ekuatorial meningkatkan labilitas massa udara. Selain itu, ada pengaruh La Nina yang menguat,” kata Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto.

Selain menguatnya La Nina, menurut dia, saat ini terjadi Indian Ocean Dipole (IOD) negatif yang menjadikan wilayah di sebelah barat Pulau Sumatera mengalami tekanan yang rendah karena suhunya lebih panas dibandingkan dengan perairan sebelah timurnya. Akibatnya, massa udara akan berkumpul di daerah tersebut dan memicu timbulnya awan-awan penghasil hujan dalam jumlah yang banyak.

Siswanto menambahkan, hingga saat ini aliran angin Monsun Asia, yang biasanya menandai terjadinya musim hujan di Jawa dan sekitarnya, belum terlihat. ”Saat ini masih masuk kategori pancaroba. Musim hujan biasanya didefinisikan jika curah hujan di atas 50 mm per minggu, diikuti dua dasarian berikutnya secara berturut-turut,” tuturnya.

Menurut dia, banjir bandang juga berdampak terhadap 299 keluarga, 210 orang mengungsi, dan 20 orang luka-luka. ”Banjir bandang ini disebabkan hujan dengan intensitas tinggi dan meluapnya Sungai Citarik-Cipeuncit pada hari Senin (21/9/2020) sore,” ujarnya.

Banjir juga dilaporkan terjadi di Bogor, Jawa Barat, pada Senin sore. Sementara di Cilacap, Jawa Tengah, menurut Raditya, terjadi angin kencang.

Masih berpeluang
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan, hujan di musim pancaroba ini pada umumnya terjadi pada siang hingga sore atau malam hari. ”Peluang hujan lebat masih ada setidaknya sampai sepekan ke depan. Kami akan terus pantau perkembangannya,” ujarnya.

Untuk periode 22-28 September, menurut Fachri, hujan lebat berpeluang terjadi di sebagian Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, hampir di seluruh Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.

Menurut Fahcri, musim hujan tahun 2020 ini diprediksi akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia pada bulan Oktober-November. Sementara selama September-Oktober masih periode peralihan atau pancaroba. Pada situasi ini hujan dapat terjadi, tetapi tidak merata dengan durasi sedang hingga lebat dalam durasi pendek.

Selama masa pancaroba ini yang juga perlu diwaspadai adalah terjadinya hujan ekstrem disertai kilat dan angin kencang. Biasanya puting beliung dan hujan es juga terjadi pada periode ini.

Meskipun di sejumlah daerah, khususnya di bagian barat Jawa, sudah kerap hujan, data BMKG menunjukkan, beberapa daerah di pulau ini masih kemarau. Sragen dan Grobogan, Jawa Tengah, misalnya, belum mendapat hujan selama 30-60 hari. ”Secara umum 90,94 persen wilayah Indonesia masih musim kemarau dan 9,06 musim hujan,” kata Siswanto.

Oleh AHMAD ARIF

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 23 September 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB