Hidroksiklorokuin dikombinasikan dengan antibiotik azitromisin meningkatkan mortalitas pasien hingga 27 persen. Sebab, kombinasi obat itu justru meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular akut.
Obat hidroksiklorokuin tidak terbukti bisa menurunkan angka kematian pada pasien Covid-19. Bahkan, jika hidroksiklorokuin dikombinasikan dengan antibiotik azitromisin, hal itu justru meningkatkan mortalitas pasien hingga 27 persen.
Padahal, kombinasi dua obat ini termasuk yang diklaim Universitas Airlangga bisa menyembuhkan pasien Covid-19. Studi dengan pendekaan meta-analisis ini dipublikasikan di Clinical Microbiology and Infection, jurnal resmi European Society of Clinical Microbiology and Infectious Diseases (ESCMID) dan dirilis pada Rabu (26/8/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Meta-analisis ini menunjukkan hidroksiklorokuin bukan hanya tidak efektif untuk pengobatan pasien Covid-19, tetapi kombinasi hidroksiklorokuin dan azitromisin justru meningkatkan risiko kematian,” kata Thibault Fiolet, peneliti Center for Research in Epidemiology and Population Health, Institut Gustave Roussy dan Paris-Saclay University.
Hasil kajian ini mendukung rekomendasi klinis dari Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) yang tidak lagi menggunakan hidroksiklorokuin atau dikombinasikan dengan azitromisin untuk pasien Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru.
Klorokuin digunakan untuk mencegah dan mengobati malaria, sedangkan hidroksiklorokuine merupakan metabolit klorokuin yang kurang toksik dan digunakan untuk mengobati penyakit reumatik seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), rheumatoid arthritis (RA), juvenile idiopathic arthritis (JIA) dan sindrom Sjogren. Hidroksiklorokuin sebelumnya banyak dipakai untuk pengobatan Covid-19.
Sementara azitromisin sebelumnya digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri, tetapi juga telah dicoba sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19 karena dianggap memiliki sifat antivirus atau anti-inflamasi.
Namun, dalam kajian baru ini, penulis menemukan bahwa klorokuin ataupun hidroksiklorokuin tidak terbukti menurunkan mortalitas dari Covid-19. Dari 29 artikel ilmiah yang dianalisis, tiga adalah uji coba terkontrol secara acak, satu adalah uji coba non-acak, dan 25 adalah penelitian observasi, termasuk 11 dengan risiko bias ’kritis’ dan 14 dengan risiko bias ’serius atau sedang’.
Setelah mengecualikan studi dengan risiko kritis bias, peneliti melakukan meta-analisis terhadap 11.932 pasien yang masuk dalam kelompok diberi hidroksiklorokuin, 8.081 pada kelompok hidroksiklorokuin dengan azitromisin dan 12.930 pada kelompok kontrol (yang tidak menerima obat).
Hasil penelitian menunjukkan hidroksiklorokuin tidak terkait mortalitas, dalam semua uji coba gabungan, atau dalam analisis terpisah dari uji coba terkontrol secara acak atau studi observasi. Risiko relatif kematian untuk penggunaan hidroksiklorokuin 17 persen lebih rendah daripada kontrol untuk semua studi gabungan, tetapi 9 persen lebih tinggi dalam uji coba terkontrol secara acak. Dalam kedua kasus itu, hasil ini dianggap tidak signifikan secara statistik.
AFP/GEORGE FREY—Dalam dokumen foto yang diambil pada 20 Mei 2020 ini, sebotol dan pil hidroksiklorokuin diletakkan di meja di Rock Canyon Pharmacy di Provo, Utah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada 25 Mei 2020 bahwa mereka ”sementara” menunda uji klinis hidroksiklorokuin sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19.
Namun, kombinasi hidroksiklorokuin dan azitromisin pada pasien dengan Covid-19 bisa dikaitkan dengan peningkatan mortalitas 27 persen yang signifikan secara statistik dibandingkan dengan kontrol. Para penulis menyimpulkan, ”Hasil ini mengkonfirmasi temuan awal dari beberapa studi observasi yang telah menunjukkan kombinasi hidroksiklorokuin dan azithromisin meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular akut yang mengancam jiwa.”
Sebagaimana diwartakan Kompas (20/6/2020), hidroksiklorokuin merupakan salah satu dari lima kombinasi obat yang diklaim Univesitas Airlangga bisa menyembuhkan pasien Covid-19. Saat ini, kombinas obat mereka sedang diperiksa Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kelima kombinasi obat tersebut meliputi loprinavir-ritonavir-azitromisin, loprinavir-ritonavir-doksisiklin, loprinavir-ritonavir-klaritomisin, hidroksiklorokuin-azitromisin, dan hidroksiklorokuin-doksisiklin.
Oleh AHMAD ARIF
Editor: EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 27 Agustus 2020