Harimau jawa di ambang kepunahan. Meski populasinya terus menyusut, keberadaan satwa dilindungi ini masih ditemukan jejaknya di sejumlah kawasan hutan.
Harimau jawa atau Panthera tigris sondaica dinyatakan punah pada 1980-an. Namun, berdasarkan investigasi dan penemuan sejumlah bukti, harimau jawa diyakini belum punah. Penelitian dan investigasi lanjutan perlu segera dilakukan guna melindungi satwa langka ini dari ancaman perburuan.
Direktur Peduli Karnivora Jawa, Didik Raharyono, dalam webinar ”Harimau Indonesia: Masa Lalu, Sekarang, dan Proyeksi Akan Datang”, Minggu (9/8/2020), menyampaikan, berdasarkan investigasinya selama 20 tahun, ditemukan beberapa bukti bahwa harimau jawa masih ada dan belum sepenuhnya punah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bukti tersebut berupa sisa pembunuhan harimau, seperti kuku dan kulit yang diperoleh dari sejumlah daerah pada periode 1995-2013. Namun, sisa pembunuhan itu belum teridentifikasi secara pasti karena uji spesimen yang dilakukan Lembaga lmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan bahwa DNA dalam kulit harimau tersebut telah rusak.
Bukti masih adanya harimau jawa ditunjukkan dari plastercast jejak kaki harimau di Ujung Kulon yang ditemukan Uni Konservasi Fauna Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2009. Sembilan tahun berselang atau pada 2018 juga ditemukan garutan khas harimau di tanah dan pohon yang terekam di wilayah Jawa bagian selatan.
”Banyak sekali kesaksian dari teman-teman yang berinteraksi di alam bahwa mereka berjumpa dengan harimau jawa. Pada 2018, warga tepi hutan juga mampu menunjukkan foto harimau jawa yang terekam di wilayah Jawa Tengah,” ujarnya.
Foto harimau Jawa itu telah diklarifikasi dan diverifikasi oleh Didik dengan menanyakan langsung kepada warga yang mengambil foto tersebut dan mendatangi habitat hutan.
Perlindungan habitat
Ia pun menegaskan, adanya jejak dan foto tersebut telah cukup membuktikan masih adanya harimau jawa yang belum punah. Ke depan, perlu dilakukan perlindungan habitat guna melanjutkan upaya konservasi harimau.
Ketua Forum Harimau Kita (FHK) Ahmad Faisal menyatakan, pihaknya siap melakukan upaya konservasi jika nantinya benar-benar terbukti harimau jawa masih ada. Saat ini, FHK yang didirikan pada 2008 itu baru fokus melakukan upaya konservasi harimau sumatera.
Harimau sumatera dan satwa liar lainnya terancam punah akibat sejumlah faktor, di antaranya deforestasi, perburuan, perdagangan, dan konflik dengan manusia. Adapun strategi konservasi yang dilakukan ialah mempertahankan populasi, membangun dukungan infratstruktur, dan memperkuat pengelolaan di luar kawasan konservasi.
Pengajar di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Ali Imron, mengatakan, harimau tidak hanya membutuhkan pakan dan pasangan, tetapi juga ruang yang luas. Oleh karena itu, menjaga dan memperluas habitat sangat penting guna mempertahankan dan memperbanyak populasi harimau.
Oleh PRADIPTA PANDU
Editor: EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 10 Agustus 2020