Pesawat baling-baling berkapasitas 80 penumpang akan memasuki tahap desain detail tahun depan. Pengerjaannya selama setahun itu membutuhkan dana 200 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,6 triliun. Dana itu diharapkan dari investor di dalam dan luar negeri, termasuk menghimpun dana dari masyarakat.
Penggalangan partisipasi dari masyarakat dalam pendanaan (crowdfunding)itu dilaksanakan PT Regio Aviasi Industri (RAI). Itu dilakukan bekerja sama dengan Kitabisa.com yang menyediakan platform bagi proses pengumpulan dana melalui akses Kitabisa.com/pesawatR80.
Pencanangan kampanye untuk menggalang dukungan bagi pesawat R80 dilaksanakan BJ Habibie selaku Chairman PT RAI, di Jakarta, Kamis (28/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Direktur Utama PT RAI Agung Nugroho menjelaskan, dari penggalangan partisipasi masyarakat itu diharapkan muncul dukungan politik. “Dukungan masyarakat ini diharapkan mendorong keluarnya instrumen kebijakan pemerintah terkait aspek pendanaan, perpajakan, riset, pengembangan teknologi, dan industrinya. Dukungan dari pemerintah diharapkan karena sifat industri pesawat terbang strategis,” ujarnya.
Selama tiga pekan laman Kitabisa.com dibuka, dana dari masyarakat yang terhimpun lebih dari Rp 460 juta yang berasal dari 1.572 orang. Dana publik itu untuk membantu para insinyur mengembangkan pesawat. “Para donatur itu nantinya ditampilkan fotonya di badan pesawat dan mendapat jaket jika menyumbang lebih dari Rp 1 juta rupiah,” kata Manajer Program Kitabisa.com, Djordy Iskandar.
Uji terbang
Prototipe pesawat itu akan diuji terbang tahun 2021 untuk mendapat sertifikasi. Selanjutnya, R80 akan diproduksi secara massal pada 2025. “Targetnya untuk melayani penerbangan jarak pendek hingga menengah pada bandara dengan landas pacu 1.300 meter,” kata Agung.
“Satu tahun ke depan, diupayakan komitmen investasi 1,5 miliar dollar AS atau hampir Rp 20 triliun,” ungkap Desra Firza Ghazfan, Chief Invesment Officer PT RAI. Dana itu dibutuhkan untuk desain, analisis tingkat keamanan, dan sertifikasi.
Agung memaparkan, pada fase atau tahun kedua, desain detail dan persiapan manufaktur atau produksi mulai digarap. Pada tahun ketiga, pengerjaan memasuki tahap produksi dan pembuatan komponen oleh vendor. Pada 2021, pengerjaan pesawat bisa selesai untuk perakitan penuh dan integrasi sistem.
Pesawat itu diklaim lebih baik daripada pesawat sekelasnya, ATR 72 dan Bombardier Dash 8 series 400. Sebab, kecepatannya menandingi dua pesawat itu. Menurut Habibie, pesawat jenis baling-baling itu lebih efisien bagi jarak pendek karena kecepatan rata-rata 500 knot atau 926 kilometer per jam.
Pesawat didesain bisa terbang hingga kecepatan maksimum 800 knot atau 1.480 km per jam. Di Indonesia, kecepatan maksimal pesawat umumnya sekitar 70 persen di bawah 400 knot atau 340 km per jam karena jarak antarkota pendek.
PT RAI berencana memproduksi 400 pesawat dalam 15 tahun dan 50 persennya ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Pengembangan desain rinci butuh 1.500 tenaga kerja. “Jika ini jalan, pada 2018 bisa masuk tahap pembuatan prototipe,” kata Agung. (YUN)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 September 2017, di halaman 13 dengan judul “Habibie Galang Dukungan Masyarakat”.