Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memberikan penghargaan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) 2010 kepada Dr Eko Fajar Nur Prasetyo, pendiri industri desain chipset pertama di Indonesia. Peneliti termuda ini tercatat sebagai orang kelima yang memperoleh BJHTA yang digelar sejak 2008.
Menurut Kepala BPPT Marzan Azis Iskandar, penghargaan ini perlu diberikan kepada pelaku teknologi yang berinovasi. Diharapkan pula dapat memberikan dorongan dan inspirasi bagi pelaku teknologi di Indonesia agar terus berinovasi.
“Kami memandang sangat perlu memberi penghargaan kepada para pelaku teknologi di seluruh pelosok Tanah Air dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemajuan bangsa,” kata Marzan dalam ajang penganugerahan BJHTA 2010 di Jakarta, Selasa (28/9). Pada pergelaran penganugerahan yang telah diselenggarakan untuk ketiga kalinya sejak 2008 ini hadir mantan Presiden RI BJ Habibie serta Menristek Suharna Surapranata.
Marzan mengatakan, penguasaan teknologi akan memberikan nilai tambah dan meningkatkan daya saing bangsa. Sebab, cukup mengherankan apabila negara sebesar Indonesia tidak memiliki industri cip.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Eko Fajar Nur Prasetyo, pria kelahiran Jakarta tahun 1971, mengambil S-1 di bidang elektronika dan ilmu komputer di Kyusu University, Jepang. Kemudian melanjutkan S-2 dan S-3 di sana mendalami riset tentang software configurable processor yang merupakan teknologi terkini.
Menurut Eko, teknologi menjadi tulang punggung suatu bangsa terutama dalam menghadapi persaingan global. Oleh karena itu, menurut dia, Indonesia harus maju dan menguasai teknologi. “Cita-cita saya adalah Indonesia menjadi negara mandiri dalam bidang teknologi informasi. Banyak siswa asal Indonesia yang menjadi juara dalam Olimpiade Fisika dan mereka harus dijaga sebagai aset berharga milik bangsa,” tuturnya.
Dia mengatakan, Indonesia merupakan negara pertama di ASEAN dalam penguasaan teknologi semikonduktor atau chipset. “Saingannya hanya negara maju seperti Prancis, Jepang, AS. China pun masih di bawah kita,” kata Eko.
Eko yang sebelumnya berjaya di sebuah perusahaan semikonduktor Sony LSI di Jepang pulang ke Tanah Air dan memulai usahanya di bawah logo Versatile Silicon Technology, perusahaan desain IC pertama di Indonesia bersama beberapa temannya dari ITB.
Pada 2008, ia bergabung dengan Xirka, perusahaan satu-satunya di Asia Tenggara yang mendesain cip untuk Wimax. Dia menyatakan yakin bahwa 5-10 tahun lagi Indonesia akan mampu memproduksi chipset sendiri secara massal di Indonesia. “Untuk saat ini, kami masih memproduksinya di Jepang, dan dipasarkan di Jepang dan beberapa negara lain,” katanya.
Eko yang memperoleh penghargaan dalam bentuk cek Rp 25 juta itu selain mendesain cip untuk Wimax, juga mendesain cip untuk server, untuk sinyal, untuk processing, dan untuk scanner.
Penghargaan diberikan kepada perseorangan atau badan yang dinilai sangat aktif dan berjasa besar dalam menemukan, mengembangkan, dan menyebarluaskan berbagai kegiatan iptek. (Indra)
Sumber: Suara Karya, Rabu, 29 September 2010
Keterangan Foto: BJ HABIBIE TECHNOLOGY AWARD 2010 — Mantan Presiden BJ Habibie berfoto bersama dengan Menristek Suharna Surapranata (ketiga dari kiri), Kepala BPPT Marzan Azis Iskandar (kanan) yang didampingi istri, Any Aryani Marzan (kedua dari kanan), dan penerima BJ Habibie Technology Award 2010, Eko Fajar Nur Prasetyo (kiri), yang didampingi istri, Safitri Eko Nur Prasetyo (kedua dari kiri), usai pemberian penghargaan BJ Habibie Technology Award 2010, di Jakarta, Selasa (28/9) malam. (Suara Karya/Hedi Suryono)