Kentongan berbunyi tanpa henti saat gempa mengguncang Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (15/12) malam. Pengeras suara dari masjid tak berfungsi karena listrik padam tak lama setelah gempa terasa. Perintah satu, tinggalkan rumah dan pergi ke area lebih tinggi.
Laut hanya sepelemparan batu dari rumah warga. Mereka panik. Kabarnya, gempa berkekuatan Magnitudo 6,9 itu bakal disusul tsunami. Tahun 2006 dan 2009, Cikalong pernah dilanda gempa dan banyak warga yang menjadi korban.
Mahdan (62), warga setempat, menuturkan, saat bumi bergetar, ia keluar rumah dan berkumpul dengan tetangganya di pinggir jalan. Melihat orang-orang berlarian menjauhi pantai, pedagang bahan bangunan ini segera mengeluarkan mobil dan bergerak ke daerah lebih tinggi sejauh 7 kilometer (km).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
REPRO/EARTHQUAKE.USGS.GOV–Pusat gempa dan dampaknya
Banyak warga dari sejumlah desa di tepi pantai Cikalong berlari menjauhi pantai. Warga yang memiliki kendaraan menjauhi pantai beberapa km. Di tengah gelap gulita, mereka menapaki jalur evakuasi yang dipetakan sebelumnya. Di atas bukit, warga kian panik karena mendapat informasi dari internet ada potensi tsunami setelah gempa. Banyak kabar bohong berseliweran, antara lain tsunami setinggi 6 meter melanda Tasikmalaya. ”Saya baru pulang pukul 03.00 karena tak tahan lapar,” kata Mahdan.
Banyak kabar bohong berseliweran, antara lain tsunami setinggi 6 meter melanda Tasikmalaya.
Kepanikan juga melanda warga kaki Gunung Cikuray. Hingga Sabtu sore, Sukmayasari (56), warga Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Jabar, belum berani masuk ke rumahnya. Ruang tamu dan keluarga rata dengan tanah, menyisakan satu kamar tidur. Saat gempa, ia bersama anak dan dua cucu berada di kamar itu.
Selain di pesisir dan pegunungan, di perkotaan pun gempa menyisakan trauma. Mila Maulida (7), warga Tamansari, Kota Tasikmalaya, hingga Sabtu malam takut dengan bunyi retakan. Saat gempa, tubuhnya tertimpa reruntuhan rumahnya.
Belum yang terkuat
Gempa berkekuatan M 6,9 dan berpusat di daratan Tasikmalaya, Jumat pukul 23.47 WIB, itu berdampak sampai wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tiga orang tewas, tujuh orang terluka, dan ratusan bangunan rusak.
Padahal, gempa pemicu gelombang pengungsian dan kepanikan ini belum yang terkuat dari yang berpotensi melanda area ini. ”Ini bukan gempa yang kami khawatirkan, tetapi dampaknya merusak dan jauh dari sumber gempa,” kata Irwan Meilano, ahli gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Irwan adalah Ketua Kelompok Kerja Geodesi Tim Revisi Peta Gempa Bumi Nasional 2017.
Kerusakan bangunan terbanyak di Tasikmalaya, Ciamis, dan Pangandaran karena terdekat dengan pusat gempa. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, episenter gempa ada di darat, 42 km barat daya Kawalu, Tasikmalaya. Sumber gempa berada di kedalaman 107 km.
”Kerusakan bangunan dan korban jiwa di lokasi jauh dari pusat gempa akibat sumber gempa dalam,” jelas Irwan. Kerusakan akibat gempa tersebut terasa di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Kerentanan Jawa
Dalam peta gempa termutakhir diidentifikasi sumber gempa baru di Jawa. Jika pada peta gempa nasional 2010 jumlah sesar di Jawa hanya 4, kini jadi 34. Sesar baru antara lain sesar Kendeng memanjang di kawasan utara Jawa Timur sampai Jateng. Di Jabar, dipastikan keaktifan sesar Lembang dan Baribis. ”Kami paling khawatir gempa dari zona subduksi di Samudra Hindia selatan Jawa berkekuatan bisa lebih dari M 8,7. Ini berpotensi tsunami,” kata Irwan.
Kajian peneliti ITB, Rahma Hanifa, menyebut, jika segmen gempa di selatan Jawa runtuh bersamaan seperti Aceh 2004, potensi gempa M 9,2. Sumber gempa di Jawa dan bawah laut di selatan pulau ini jadi ancaman serius yang harus dimitigasi.
Jika segmen gempa di selatan Jawa runtuh bersamaan seperti Aceh 2004, potensi gempa M 9,2. Sumber gempa di Jawa dan bawah laut di selatan pulau ini jadi ancaman serius yang harus dimitigasi.
Tahun 2016, Irwan dan tim memublikasikan temuannya di jurnal internasional tentang dampak gempa M 7,8 yang memicu tsunami di Pangandaran tahun 2006 mengubah tatanan tektonik di selatan Jawa. ”Setelah gempa Pangandaran, ada serangkaian gempa, termasuk di Tasikmalaya pada 2009. Kini gempa kembali di Tasikmalaya. Ini diduga satu rangkaian. Kita belum tahu ujungnya, semoga tak jadi penanda awal akan terjadi gempa lebih besar,” ujarnya.
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono memaparkan, menurut catatan sejarah, di zona gempa selatan Jabar terjadi beberapa kali gempa kuat, merusak, dan memicu tsunami. Contohnya, gempa Banten M 8,1 pada 27 Februari 1903 dan gempa Tasikmalaya M 7 pada 2 September 2009. ”Pusat gempa kali ini berjarak 50 km utara dari pusat gempa pada 2009,” katanya. Hingga Sabtu pagi, gempa susulan terjadi 13 kali berkekuatan kurang dari M 5. Magnitudo gempa susulan yang mengecil menunjukkan tektonik di zona gempa kian stabil.
Sejauh ini, gempa belum bisa diprediksi waktu dan kekuatannya secara presisi. Karena itu, harus ada mitigasi. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, gempa kali ini jadi pelajaran untuk menghadapi ancaman yang lebih besar. (SEM/BKY/DMU/AIK)
Sumber: Kompas, 17 Desember 2017