Gempa berkekuatan M 6,3 terjadi di Laut Jawa dan dirasakan hingga Padang, Sumatera Barat, Rabu (19/10) pukul 07.25. Sumber gempa dengan kedalaman 625 meter di bawah permukaan laut ini tergolong amat langka dan memberi informasi baru tentang kegempaan di Indonesia.
“Meski gempa bumi ini termasuk klasifikasi kuat, sumber hiposenternya dalam (deep focus earthquake) sehingga tak berpotensi merusak dan tak berpotensi tsunami,” kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Tsunami Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono.
Pusat gempa berada pada koordinat 4,98 LS dan 108,15 BT. Gempa dirasakan di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Padang, rata-rata dalam skala intensitas II skala informasi gempa (SIG) BMKG atau skala III modified mercalli intensity (MMI).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut ahli gempa dari Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano, gempa itu jarang terjadi dan belum dipetakan. Gempa dalam itu menambah perspektif baru kalangan ilmuwan dan dipertimbangkan masuk revisi peta gempa nasional. “Pada peta gempa nasional tahun 2012, kedalaman sumber gempa maksimum hanya 300 km,” ucapnya.
Sesar turun
Jika ditinjau kedalaman hiposenter gempa dan mekanisme sumbernya berupa sesar turun (deep normal), menurut Daryono, aktivitas amat mungkin dipengaruhi gaya tarikan lengan lempeng dari zona subduksi.
Rabu (19/10) pagi, gempa bumi berkekuatan 6,5 skala richter melanda Kabupaten Subang, Jawa Barat. Dari informasi yang kami lansir di Tribun Jabar, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan gempa berpusat di 120 kilometer sebelah Timur Laut Subang, dengan kedalaman 654 km.
“Gaya tarikan lempeng ke bawah (slabpull) lebih dominan. Sebab, di kedalaman Zona Transisi Mantel bawah ada ketidakseimbangan gaya dipengaruhi gaya apung lempeng (slab bouyancy) dan dominasi pada gaya menarik lempeng ke bawah,” ujarnya.
Aktifnya gempa dalam di Laut Jawa itu menunjukkan proses subduksi lempeng dalam di utara Pulau Jawa masih berlangsung.
Peneliti tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Widjo Kongko, menambahkan, dari data katalog tsunami yang dimilikinya, kawasan utara Jawa pernah dilanda tujuh kali tsunami, yakni pada tahun 1722, 1757, 1823, 1861, 1862, 1863, dan 1889. “Tsunami dipicu gempa yang sebagian sumbernya di utara Jawa,” ucapnya.
Belajar dari gempa kali ini, perlu kajian potensi sumber gempa atau tsunami di Jawa Utara. Selain itu, perlu kajian potensi dampaknya pada infrastruktur dan permukiman di area itu.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sejumlah wilayah di utara Banten, Jawa Barat, dan Jakarta ada guncangan hingga 8 detik. Guncangan sebenarnya lemah, tetapi terasa kuat di gedung bertingkat karena efek mengayun. Jadi, para penghuni apartemen perlu disiapkan menghadapi gempa.(AIK/YUN)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Oktober 2016, di halaman 14 dengan judul “Gempa Langka Terjadi di Utara Jawa”.