Gelombang Panas Kembali Melanda Eropa

- Editor

Sabtu, 27 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari satu bulan, Eropa mengalami gelombang panas yang meluas dan intens. Suhu di sejumlah wilayah tercatat mengalami rekor tertinggi dan telah mengancam pada kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari satu bulan, Eropa mengalami gelombang panas yang meluas dan intens. Suhu di sejumlah wilayah tercatat mengalami rekor tertinggi dan telah mengancam pada kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Laporan Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) pada Jumat (26/7/2019) menyebutkan, Belgia, Jerman, dan Belanda mengalami rekor suhu nasional tertinggi dengan rata-rata di atas 40 derajat celsius. Kota Paris di Prancis mengalami rekor terpanas 42,6 derajat celsius, yang merupakan suhu tertinggi sejak dilakukan pencatatan pada 1630.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

–Suhu permukaan yang terekam satelit menandai gelombang panas yang kini mendera Eropa. Sumber: WMO, 2019

Gelombang panas pada Juli ini mengikuti kejadian serupa pada Juni, yang sebelumnya juga mencatat rekor suhu baru di Eropa dengan suhu rata-rata 2 derajat celsius di atas normal. Pada Juni juga merupakan bulan Juni terpanas di dunia.

Meteorologi Perancis (Météo France) mengumumkan, ”Kita semua terancam, bahkan orang sehat. Bahaya lebih besar bagi manula, orang-orang dengan penyakit kronis atau masalah kesehatan mental, orang-orang yang minum obat teratur dan orang-orang yang terisolasi.”

Mereka yang bekerja di luar diminta untuk berhati-hati dan waspada terhadap tanda-tanda stroke panas. Météo-Prancis juga mengeluarkan peringatan bahwa gelombang panas akan meningkatkan risiko kekeringan. Sementara layanan meteorologi nasional Spanyol, AEMET, juga memperkirakan suhu telah mencapai di atas 40 derajat celsius.

Mereka telah mengeluarkan peringatan risiko kebakaran ekstrem karena kombinasi panas, angin, dan petir. Bahkan, di Portugal, kebakaran lahan telah terjadi pada awal minggu.

–Suhu di Perancis saat telah mencapai rekor tertinggi. Sumber: WMO

Di Jerman, Deutscher Wetter (Metorologi Jerman) menyebutkan, rekor suhu nasional baru terjadi di Lingen (perbatasan Belanda) dengan suhu 41,5 derajat celsius pada 24 Juli. Sebelumnya rekor suhu nasional adalah 40,3 derajat celsius (5 Juli, 2015).

Suhu di Gilze Rijen, Belanda, pada 24 Juli 38,8 derajat celsius, memecahkan rekor panas berusia 75 tahun di negara itu. Belgia juga menetapkan rekor nasional baru di Angleur sebesar 40,2 derajat celsius. Sementara suhu di Inggris mencapai 38,1 derajat celsius.

Perubahan iklim
”Gelombang panas yang int dan menyebar saat ini menjadi bukti tentang perubahan iklim akibat ulah manusia. Ini konsisten dengan temuan ilmiah sebelumnya yang menunjukkan bahwa gelombang panas bakal terjadi lebih sering dan meluas ketika konsentrasi gas rumah kaca semakin meningkat sehingga memicu kenaikan suhu global,” kata Johannes Cullmann, Direktur Departemen Iklim dan Air, WMO.

Banyak penelitian ilmiah telah dilakukan membuktikan adanya hubungan antara perubahan iklim dan gelombang panas. Misalnya, laporan studi para ilmuwan dari World Weather Attribution tentang kontribusi manusia terhadap gelombang panas Juni 2019 yang memecahkan rekor di Perancis menyimpulkan, ”Setiap gelombang panas yang terjadi di Eropa saat ini lebih intens akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.”

Studi ini juga menyebutkan, gelombang panas yang intens terjadi saat ini setidaknya 10 kali lebih sering hari ini daripada seabad yang lalu. Gelombang panas diperkirakan terjadi tiap tahun jika suhu global naik 2 derajat celsius di atas suhu era pra-industri atau sebelum 1600-an. Jika pemanasan global 1,5 derajat celsius, peristiwa itu diperkirakan terjadi tiap dua dari tiga tahun.

Padahal, kajian oleh Thorsten Mauritsen dari Stockholm University diterbitkan di jurnal Nature, 1 Juli 2019, menyebutkan, berdasarkan emisi karbon dan tren pembangunan pembangkit listrik tenaga uap, kenaikan suhu 1,5 derajat celsius diperkirakan terjadi pada 2033. Aktivitas manusia mendorong suhu global 1 derajat celsius dibandingkan dengan tahun 1900-an.

Oleh AHMAD ARIF

Sumber: Kompas, 26 Juli 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB