Mesin pencari (search engine) Geevv besutan mahasiswi Indonesia, Azka A Silmi, hadir dalam versi beta sejak 26 September. Mesin Pencari yang bisa diakses di laman geevv.com ini berkomitmen menyumbangkan 80 persen pendapatannya untuk beragam program donasi. Pemberdayaan pendidikan, sejumlah bidang yang disasar manajemen Geevv dalam sejumlah program terkait. Program-program itu bakal langsung digarap Geevv karena mereka tidak ingin menjadikannya sekadar kampanye. Hal itu dilaksanakan oleh sebuah tim khusus yang mengurusi pelaksanaan sejumlah proyek sosial.
”Bentuknya pemberdayaan masyarakat karena filosofi kami dalam membantu adalah memberikan kailnya, bukan ikannya,” ujar Azka. Salah satug yang sudah dijalankan adalah program pemulihan trauma bagi korban banjir bandang di Garut Jawa Barat, akhir September 2016.
Pada tahap awal atau sekitar tiga bulan setelah Geevv diperkenalkan, donasi tersebut bakal sepenuhnya berasal dari investasi modal. Sebagian besar di antaranya berasal dari RnB, investor yang fokus pada perusahaan teknologi digital yang memiliki fundamental kuat dan beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Donasi dari investasi itu dalam kaitannya untuk menggaet pengguna dan meningkatkan jumlahnya, dijalankan dengan skema ”cari untuk donasi”. Skema itu berupa praktik akumulasi catatan donasi sebesar Rp 10 dari setiap kata yang diketikkan pengguna di kolom pencarian.
Artinya, jika seorang pengguna melakukan sepuluh kali pencarian, secara otomatis ia dianggap telah menyumbangkan uang sebesar Rp 100 dan begitu seterusnya. Hingga Senin (28/11) siang, akumulasi donasi dari skema tersebut telah menghasilkan angka sumbangan sekitar Rp 2,9 juta. Hal itu berarti sekitar 291.000 orang telah menggunakan Geevv sebagai mesin pencari untuk menemukan beragam informasi di belantara intemet sejak layanan tersebut mulai diperkenalkan pada publik lewat sejumlah kanal media pada 31 Oktober lalu. Jumlah ini dianggap masih berada dalam batas toleransi karena target awalnya sekitar 250.000 pengguna dalam satu bulan.
Para pengguna fungsi pencarian Geevv itu berada dalam rentang usia 15 tahun hingga 34 tahun dengan 60-70 persen adalah laki-laki. Lokasi keberadaan mereka menyebar, termasuk pencarian yang dilakukan dari Kanada, Jepang, dan Amerika Serikat.
Adapun besaran donasi Rp 10 untuk setiap kata yang diketikkan pengguna berasal dari perhitungan potensi jumlah ikIan atau pendapatan dan potensi jumlah pengguna yang dibagi. Setelah itu, hasilnya dikurangi dengan prayeksi biaya operasionai sebelum akhirnya Rp 10 ditetapkan sebagai dasar donasi yang diakumulasikan.
Selanjutnya, setelah masa uji coba dianggap selesai, skema donasi yang sebelumnya berasal dari investasi modal bakal diambilkan dari pendapatan perusahaan. Sebagian besar pendapatan itu nantinya bakal berasal dari iklan, baik dengan metode pay per click, yakni pengguna mesti membuka tautan hasil pencarian maupun pay per view yang dihitung berdasarkan impresi pengguna saat laman dibuka.
Diferensiasi
Azka yang saat ini masih tercatat sebagai mahasiswi semester IX Program Studi Administrasi Fiskal Universitas Indonesia mengawali kisah Geevv dari pergumulannya dengan sejumlah aktivitas sosial saat ia bergabung dalam Komunitas Ciliwung Depok pada awal 2016. Itu ditambah dengan sejumlah diskusi bersama rekan-rekannya tentang ketiadaan mesin pericari lokal dan dialektikanya dengan gagasan Blue Ocean Strategi (Chan Kim & Mauborgne, 2005).
Blue Ocean Strategy ini terutama terkait konsep bahwa kompetisi tidaklah relevan karena tingkat permintaan diciptakan, alih-alih diperebutkan. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan besarnya potensi pasar yang belum ditemukan dengan inovasi nilai (value innovation) sebagai kata kunci. Pilihan kepada mesin pencari dijatuhkan setelah mempertimbangkan masih nihilnya keberadaan mesin pencari lokal setelah sejumlah pelantar serupa tumbang oleh dominasi mesin pencari raksasa. Namun, Azka menegaskan, Geevv bukanlah mesin pencari lokal, melainkan mesin pencari sosial dengan konsep awal dan tujuan untuk mengumpulkan donasi dan menyalurkannya lewat beragam program.
Konsep tersebut bertemu dengan Visi RnB Fund, sebagai investor Geevv, yang punya visi memperkuat perusahaan rintisan (Startup) teknologi dengan dampak sosial. Menunit Azka pteanjian investasi mereka bersifat jangka panjang tanpa komitmen ketat untuk pengembalian keuntungan berdasarkan jangka waktu tertentu.
”Mereka (investor) adalah pengusaha yang butuh orang-orang muda sebagai penerus, mereka juga mengatakan kepada kami bahwa ini uang (investasi) untuk kalian belajar,” kata Azka.
Sejumlah orang lantas direkrut ke dalam tim untuk manggarap proyek tersebut. Selain sekitar sembilan orang tenaga TI (teknologi informasi) yang dipekerjakan secara alih daya, Geevv juga dikelola manajemen inti.
Selain Azka sebagai pendiri dan CEO serta AndikaDeni Prasetya sebagai cofounder, Geevv diperkuat sejumlah pengelola inti. Mereka adalah Mugi Silih Mulyadi (social project Management), Hana B Adiningsih (blog writer), Janu Prasetya (social media & content manager), dan M Ichlas (administrator).
Secara teknologi, Geevv menggunakan basis data (database) yang berasal dari antarmuka pemrograman aplikasi (application programming interface API) Bing, serta algoritma program yang dirancang tim Geevv untuk merayapi jejaring internet (crawling) untuk tujuan pengindeksan web (web spidering). Adapun server Geevv pada saat ini berada di Singapura, atas alasan kualitas rekam jejak penggunaan sebelumnya oleh programer Geevv.
Pengembangan
Pengembangan selanjutnya, yang bakal dilakukan adalah pemutakhiran server dan perlindungan keamanan menyusul sejumlah serangan virtual yang sempat terjadi. Mereka juga tengah berkampanye agar para pengelola website atau laman di dunia maya melakukan proses pendaftaran URL (uniform resource locator) yang merupakan format alamat di ranah internet ke dalam indeks Geevv.
Oleh karena sejak awal Geevv memang tidak diposisikan untuk bertarung dengan raksasa mesin pencari, sejumlah strategi menggarap ceruk pasar khusus (niche) yang fokus pada donasi dan program sosial terus dilakukan. Strategi tersebut dinilai tepat karena sejumlah pemain mesin pencari cenderung hanya beroleh pangsa pasar dibawah 10 persen dibandingkan dengan dominasi pasar oleh raksasa mesin pencari.
Adapun dominasi mesin pencari lokal di sejumlah negara, seperti di Tiongkok, cenderung hanya terjadi menyusul keberpihakan pemerintah. Fokus untuk bermain di ceruk pasar khusus ini diwakili dengan ilustrasi untuk setidaknya meraih 1 persen saja dari total jumlah pengguna internet di Indonesia. Donasi sebesar jutaan rupiah bisa dihasilkan setelah dilakukan konversi nilai.
Jumlah pengguna internet itu, berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2016 tercatat sebanyak 132,7 juta orang dari 256,2 juta pendnduk Indonesia.
Besarnya jumlah, penduduk dan besaran angka pengguna internet yang diperkirakan akan terus bertambah itu bakal menjadi sumber kekuatan Geevv. Tentu saja itu masih ditambah keinginan untuk berbagi serta melakukan donasi yang menjadi hakikat kebahagiaan orang-orang. (INGKI RINALDI)
Sumber: Kompas, 29 November 2016