Gagal Menahan Sebaran Covid-19

- Editor

Selasa, 14 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pembatasan sosial berskala besar dinilai belum cukup efektif menekan laju penularan penyakit Covid-19. Kebijakan itu semestinya diterapkan secara nasional mengingat wabah telah menyebar ke 34 provinsi di Indonesia,

KOMPAS/PRIYOMBODO–Warga mengenakan masker saat berbelanja masker di kawasan Pecinan, Jalan Pancoran, Glodok, Jakarta Barat, Senin (13/4/2020). Warga bersiasat dengan menggunakan perlindungan diri untuk mengantisipasi virus korona baru yang memicu penyakit Covid-19 saat berada di luar rumah.

Wabah Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona baru tersebar di 34 provinsi di Indonesia dengan jumlah korban jiwa terus meningkat. Pembatasan sosial berskala besar seharusnya diterapkan dalam skala nasional guna mencegah penyebaran wabah semakin meluas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, di Jakarta, mengatakan, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia hingga Senin (13/4/2020) bertambah 316 kasus dibandingkan dengan sehari sebelumnya sehingga jumlahnya menjadi 4.557 kasus. Total orang yang sembuh 380 orang dan meninggal sebanyak 399 orang.

Dengan data ini, angka kematian rata-rata untuk sementara masih di kisaran 8,76 persen, jauh lebih tinggi dari angka global sebesar 6,24 persen. Angka kematian di Indonesia ini yang tertinggi di Asia, dan nomor empat di dunia.

Tingginya angka kematian di Indonesia ini bisa disebabkan masih terbatasnya pemeriksaan korona dibandingkan dengan besaran populasi yang diduga telah terinfeksi. Data ini juga menunjukkan, banyak pasien yang terlambat ditangani dan terbatasnya daya dukung layanan kesehatan.

Meski menurut Yuri saat ini sudah ada 70 laboratorium yang diaktifkan, tetapi tidak ada penambahan hasil pemeriksaan yang signifikan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, baru 27.391 spesimen yang diperiksa atau 99 orang per 1 juta populasi. Indonesia memeriksa rata-rata spesimen 1.000 per hari, bahkan pada Sabtu (11/4), spesimen yang diperiksa hanya 500.

Angka ini tergolong paling rendah. Sebagai perbandingan, Korea Selatan telah memeriksa 10.038 spesimen per 1 juta populasi dan Malaysia 2.525 per 1 juta populasi.

Pembatasan sosial
Ahli epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono meragukan efektivitas pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam menurunkan laju kenaikan infeksi Covid-19 di Indonesia. Menurut dia, birokrasi dalam PSBB terlalu rumit, di antaranya daerah harus mengusulkan rencana PSBB untuk kemudian disetujui oleh Kemenkes.

Sejumlah daerah yang mengusulkan PSBB juga ditolak, di antaranya Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Dalam Surat Menteri Kesehatan Nomor SR.01.07/Menkes/243/2020, Terawan Agus Putranto menyatakan belum bisa menerima usulan Pemkot Palangkaraya karena jumlah kasus dan atau jumlah kematian akibat Covid-19 belum meningkat dan menyebar secara signifikan.

”PSBB harusnya diterapkan dalam lingkup nasional dan intensitasnya bisa direncanakan dan didiskusikan bersama daerah,” kata Pandu. Selain terlambat dalam penerapan PSBB, sebaran Covid-19 dikhawatirkan meluas jika pemerintah tidak tegas melarang mudik Lebaran mendatang.

Kajian yang dilakukan para peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), yakni Iwan Ariawan, Pandu Riono, Muhammad N Farid, dan Hafizah Jusril, menyebutkan, penambahan kasus per hari di Pulau Jawa, selain Jakarta, pada periode 26 Maret sampai 10 April mencapai dua kali lipat dibandingkan periode 17-26 Maret.

”Kalau mudik tetap dilakukan pada musim Lebaran mendatang, akan terjadi kenaikan kasus signifikan yang perlu perawatan di rumah sakit,” kata Pandu. Berdasarkan data tahun 2019, jumlah pemudik dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi (Jabodetabek) sebanyak 14,9 juta orang atau 44,1 persen populasi di kawasan ini.

Dengan asumsi 20 persen saja penduduk Jabodetabek yang akan mudik pada tahun ini, pasien Covid-19 yang butuh perawatan di rumah sakit (RS) di seluruh Jawa akan menjadi 1 juta orang pada Juli mendatang. Jika ada larangan total untuk mudik, pasien yang butuh perawatan rumah sakit sekitar 800.000 orang.

KOMPAS/ADITYA DIVERANTA–Kepadatan penumpang kereta di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (13/4/2020). Di tengah masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sebagian warga masih belum menerapkan praktik berjaga jarak dalam mencegah penularan Covid-19.

Sementara itu, jika mudik tetap dilakukan, jumlah kasus Covid-19 per hari di Pulau Jawa diperkirakan akan mencapai 40.000 pasien pada 25 Mei 2020 dan jika tidak ada mudik sebesar 30.000 kasus per hari. Kenaikan signifikan kasus yang perlu perawatan RS akan mulai terjadi ada minggu ke-2 bulan puasa dengan puncak saat Lebaran.

Pemerintah baru melarang mudik bagi aparatur sipil negara, tetapi untuk masyarakat belum ada larangan. Padahal, survei oleh Panel Sosial untuk Kebencanaan yang terdiri dari para peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan lembaga lain menemukan, banyak warga berencana mudik pada libur Lebaran ini. Dari 3.853 responden, sebanyak 69,06 persen merencanakan mudik saat Idul Fitri mendatang.

Oleh: AHMAD ARIF

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 13 April 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB