Airbus, perusahaan dirgantara Eropa, meyakini inovasi yang berasal dari ide-ide menjadi salah satu kunci memenangi persaingan bisnis penerbangan. Menguasai angkasa dunia tidak cukup dengan produk berkualitas dan pelayanan prima. Ide-ide cemerlang bukan sekadar lahir dari simulasi atau laboratorium, melainkan dari otak-otak manusia muda yang terbuka dan bebas.
Untuk itu, sejak 2008, Airbus yang berbasis di Toulouse, Perancis, meluncurkan program Fly Your Ideas yang notabene kompetisi antartim mahasiswa guna mencari teknologi dan atau model bisnis baru dunia penerbangan. Hampir satu dekade, kejuaraan dua tahunan ini telah diikuti lebih dari 20.000 mahasiswa dari 650 kampus di lebih dari 100 negara sekaligus melibatkan lebih dari 400 karyawan Airbus sebagai pendamping proyek.
Tahun ini menjadi spesial bagi Indonesia karena sukses menempatkan satu tim di final. Tim itu bernama PassEx dengan tawaran program aplikasi lewat telepon seluler dengan pemberitahuan terkini untuk mengatasi kemacetan penumpang di dalam pesawat sebelum lepas landas. Tim yang beranggotakan Raisa Ornella Rico, Mukhtar Amin, dan Dicky Adhitya Dwiantoro itu menamai program mereka Strategi Bagasi Ringkas (Compact Luggage Strategy Mobile Apps).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Aplikasi seluler itu bertujuan membantu maskapai mendistribusikan penumpang berdasarkan besar kecil ukuran bawaan ke kabin pesawat. Untuk mengaktifkan aplikasi, penumpang harus mengunduh di telepon seluler. Saat pendaftaran, penumpang patut mengisi data dimensi bawaan ke kabin sebagai bahan algoritma aplikasi guna penentuan posisi tempat duduk.
Penumpang diutamakan karena membayar khusus, penyandang disabilitas, ibu hamil, atau anak-anak tanpa pendampingan, masuk terlebih dahulu untuk duduk di tempat yang diinginkan atau diberikan maskapai. Menyusul kemudian, penumpang dengan bawaan besar atau banyak lalu duduk di barisan kursi samping jendela atau tengah. Yang terakhir masuk adalah penumpang dengan bawaan sedikit atau kecil lalu duduk di barisan kursi gang (aisle).
Dengan aplikasi ini, tidak akan terjadi antrean di dalam pesawat sebab penumpang sudah mendapat tempat duduk sekaligus jaminan tempat menaruh bawaan di bagasi atas. Barang bawaan yang berlebih pun tidak akan ditaruh di bagian kosong yang jauh dari tempat duduk.
Berbeda dengan kondisi saat ini. Penumpang masuk berdasarkan nomor tempat duduk. Biasanya yang masuk terlebih dahulu yang nomor besar karena duduk di bagian belakang. Penumpang dengan bawaan berlebih akan memaksa kru mencarikan tempat kosong dan bisa jadi jauh dari tempat duduk si penumpang. Karena itu, ketika ada penumpang yang datang mepet waktu dan membawa barang tak sedikit, kehabisan tempat di bagasi atas bisa terjadi.
Berbagai kondisi itu mengakibatkan lalu lalang orang di dalam pesawat menjadi lama, bahkan sampai memundurkan jadwal keberangkatan. Dalam bisnis, waktu parkir dan bergerak di bandara berbiaya. Setiap menit yang dihabiskan berarti penambahan ongkos maskapai akibat kesemrawutan lalu lalang dalam pesawat.
“Untuk itu, berdasarkan pengalaman kami dan keluhan kalangan penumpang, dibuatlah aplikasi ini,” kata Raisa, mahasiswa Pascasarjana Manajemen Institut d’Administration des Entreprises (IAE) Toulouse, saat ditemui di Kompleks Airbus, Toulouse, sedang membuat simulasi, Selasa (16/5).
FOTO-FOTO: KOMPAS/AMBROSIUS HARTO–Deretan pesawat Airbus A380 di pusat fasilitas perakitan di Toulouse, Perancis, Selasa (16/5). A380 merupakan pesawat komersial berbadan besar yang terbaru yang diproduksi oleh Airbus. Dari 317 pesanan, sebanyak 210 pesawat A380 telah dikirim dan dioperasikan di 18 maskapai terkemuka dunia.
Mukhtar, mahasiswa Pascasarjana Teknik Penerbangan Institut Superieur de l’Aeronatique et de l’Espace (ISAE) Toulouse, menambahkan, aplikasi yang mereka tawarkan dapat cepat diaplikasikan oleh maskapai. “Tidak perlu mengubah apa pun di pesawat, apalagi bandara. Bahkan, aplikasi sudah siap kami luncurkan untuk maskapai yang ingin menerapkannya,” katanya.
Dicky, mahasiswa Pascasarjana Navigasi Satelit Global Ecole Nationale de l’Aviation Civile (ENAC) Toulouse, menambahkan, jika aplikasi itu diterapkan, maskapai cuma membutuhkan investasi baru berupa penambahan server untuk lalu lintas data dan penyimpanan informasi untuk dipakai di masa mendatang.
Perhimpunan
Jauh sebelum ide itu lahir, mereka seakan dipertemukan oleh nasib. Sebagai mahasiswa perantau di “Negeri Heksagonal”, amat lazim jika mereka bertemu melalui Perhimpunan Pelajar Indonesia Perancis Wilayah Toulouse. Di “Kota Bata” itu mereka berkenalan, berkomunikasi, mengetahui bersama-sama, dan mendaftar ke kompetisi oleh Airbus tersebut.
Tiga mahasiswa ini termasuk dalam 5.499 pelajar yang mendaftar untuk Fly Your Ideas 2017. Mereka kemudian membentuk tim, membuat proposal satu halaman, dan lolos ke putaran 1. Yang lolos ke putaran 1 sebanyak 1.477 pelajar yang berasal dari 89 kewarganegaraan dan terbagi dalam 356 tim.
Langkah PassEx belum berhenti dengan lolos ke putaran 2. Bahkan, selain PassEx, ada juga 17 pelajar asal Indonesia yang lolos ke putaran 2. Tiga tim bahkan berbasis di Indonesia, yakni Garuda Ganesha dan Pocket Rocket (Institut Teknologi Bandung) dan Swing (Universitas Diponegoro). Tim lainnya, seperti PassEx yang semua atau sebagian beranggotakan pelajar Indonesia tetapi tidak berbasis di Nusantara, adalah Sky Divers (Delft University of Technology di Belanda) dan Eagles of The Straits (Embry-Riddle Aeronautical University Asia di Singapura).
Namun, dari 6 tim asal Indonesia itu, cuma PassEx yang sampai tembus ke final. Untuk mematangkan dan mewujudkan program yang ditawarkan guna presentasi di depan dewan juri, setiap tim mendapat pendampingan dari dosen kampus dan teknisi Airbus. “Saya senang mendampingi mereka (PassEx) dan ide mereka sederhana tetapi bisa membawa dampak besar,” kata Stefan Schweiger, teknisi Airbus pendamping PassEx.
Terhenti
Namun, perjuangan PassEx berakhir di final. Di fase puncak, mereka harus mengakui keunggulan tim DAELead dari Universitas Hongkong yang menjadi pemenang kompetisi berhadiah 30.000 euro itu. Urutan kedua dan berhak atas hadiah 15.000 euro adalah tim Aquarius dari Royal Melbourne Institute of Technology, Australia.
DAELead menjadi pemenang dengan proyek kompartemen penyimpanan pribadi di bawah kaki penumpang. Kompartemen ini menggunakan ruang antara lantai kabin dan langit-langit kargo. Menurut tim, ide tersebut lahir dari kondisi sosial kehidupan di Hongkong, yaitu warga harus memanfaatkan setiap milimeter ruang guna mendukung kehidupan, misalnya menyimpan barang, menata tempat tidur, furnitur, dan perkakas dapur.
Aquarius di urutan kedua dengan proyek platform pemadam kebakaran dari udara pada pesawat A400M. Ide dasar program ini adalah sistem modular dari deretan kontainer yang berisi cairan pemadam yang dapat cepat bongkar pasang pada palet-palet dalam pesawat A400M. Dengan demikian, pesawat bisa berulang kali lepas landas untuk pemadaman dengan cepat. Model ini amat cocok bagi Australia, Amerika Serikat, Amerika Selatan, Indonesia, atau negara-negara lain yang menghadapi masalah kebakaran hutan dan lahan sesuai standar Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB).
Charles Champions, Executive Vice President Engineering, Patron of Fly Your Ideas, mengatakan, perlu beberapa tahun lagi untuk mengimplementasikan ide-ide dari kompetisi ini. Beberapa ide cemerlang mungkin saja bisa segera diaplikasikan jika menjadi kebutuhan mendesak maskapai. “Ide-ide ini yang membuat industri penerbangan akan tetap tumbuh,” katanya.(AMBROSIUS HARTO)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Mei 2017, di halaman 26 dengan judul “Menerbangkan Ide Menguasai Angkasa”.