Faktor Emisi Ubah Posisi Indonesia

- Editor

Selasa, 14 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hasil riset terkini kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tahun 2015 menunjukkan, faktor emisi pada gas metana dan karbon dioksida sebagai dasar riset belum tepat. Pengukuran di lapangan menunjukkan, faktor emisi dua senyawa polutan itu lebih rendah sehingga memengaruhi perhitungan emisi total Indonesia dari kebakaran hutan dan lahan.

Menurut pakar kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Institut Pertanian Bogor, Bambang Hero Saharjo, Senin (13/6), di Jakarta, panel pakar internasional bagi perubahan iklim (IPCC) memberi nilai faktor emisi karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4) di Indonesia, 1703 dan 20,8. “Menurut pengukuran di lapangan, faktor emisi 1546 (+- 77) dan 9,51 (+- 4,74),” ucapnya.

Pengukuran itu dilakukan Institut Pertanian Bogor, South Dakota State University, University of Montana, University of Iowa, University of California-Irvine, serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palangkaraya di lahan gambut di Kalimantan Tengah saat kebakaran 2015. Mereka memakai seperangkat FTIR (fourier transform infrared spectroscopy) Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang dibawa ke Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Emisi lebih rendah
Alat itu mengukur emisi gambut terbakar di berbagai jenis lahan. Hasilnya, faktor emisi lebih rendah. “Itu bisa merevisi emisi total Indonesia dari karhutla yang menempatkan Indonesia sebagai negara emiter ketiga terbesar dunia,” kata Bambang Hero, koordinator riset itu.

Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Emma Rachmawaty mengatakan, pengukuran ini bisa jadi masukan dalam IPCC jika dimuat di jurnal riset internasional. Proses itu diperkirakan panjang.

Menurut Bambang Hero, manuskrip riset itu dikaji untuk diterbitkan di jurnal riset internasional. “Baru sebagian yang kami publikasikan. Nanti lengkap ada di jurnal,” ucapnya.

Hal itu bisa merevisi total emisi Indonesia dari karhutla 2015 sebesar 1,1 juta-1,7 juta metrik ton setara CO2. World Resources Institute menyebut, emisi harian kebakaran di Indonesia sejak September 2015 melampaui emisi harian aktivitas ekonomi AS selama 26 hari. Padahal, perekonomian AS 20 kali lebih besar daripada Indonesia. (ICH)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Juni 2016, di halaman 13 dengan judul “Faktor Emisi Ubah Posisi Indonesia”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB