Penularan virus human immunodeficiency virus (HIV) di Nusa Tenggara Timur kian mengkhawatirkan. Dari 3.014 kasus teridentifikasi, penularan virus itu menyebar di semua kabupaten di provinsi tersebut dan menyentuh beragam kelompok usia dan profesi, seperti dokter dan ibu rumah tangga.
”Penularan HIV/AIDS meluas di NTT. Namun, pemerintah setempat, terutama tingkat kabupaten, belum memberi perhatian serius dalam upaya penanggulangan virus itu,” kata Ketua Komisi Penanggulangan AIDS NTT Husen Pancratius, Rabu (14/1), di Kupang, NTT.
Jumlah pengidap HIV/AIDS di NTT dari tahun ke tahun terus meningkat. Hingga akhir 2014, pengidap teridentifikasi 3.014 kasus dan 105 orang di antaranya adalah bayi. Kota Kupang mempunyai jumlah kasus HIV tertinggi (650 kasus), menyusul Kabupaten Belu (471), Sikka (356), Flores Timur (220), dan Timor Tengah Selatan (165).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Husen Pancratius yang mantan Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kupang memperkirakan, jumlah orang dengan HIV lebih banyak dari yang teridentifikasi. Itu karena masyarakat enggan menjalani tes HIV. Selain itu, fasilitas konseling dan tes sukarela (voluntary counseling and testing/VCT) untuk HIV kebanyakan hanya ada di pusat kota.
Bahkan di Manggarai Raya, yang meliputi tiga kabupaten (Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur), fasilitas VCT hanya di Ruteng, Manggarai. Padahal, fasilitas VCT hanya terdiri dari ruang pemeriksaan dan kelengkapan fasilitas sekitar Rp 21 juta per paket.
Kondisi itu menjadi bukti rendahnya perhatian instansi terkait tingkat kabupaten atas upaya penanggulangan HIV di NTT. ”Fasilitas VCT idealnya tersedia di semua puskesmas di tiap kecamatan. Kami sudah melatih banyak dokter dan perawat agar siap mendeteksi warga terkait HIV,” katanya.
Sementara itu, pemerhati masalah HIV/AIDS NTT, Yos G Lema, di Kupang, kemarin petang, mengingatkan, upaya penanggulangan HIV/AIDS di NTT butuh perhatian serius pemerintah setempat. Yos juga mengakui bahwa penyebaran HIV/AIDS di NTT masuk kategori membahayakan. Alasannya, HIV/AIDS telah menjangkiti ibu rumah tangga, anak-anak, petani dan kaum muda yang belum menikah.
”Penyebaran virus HIV merata mengikuti industri hiburan dan seks yang sampai pelosok, seperti praktik pijat tradisional plus dan warung remang-remang,” kata Yos. Instansi terkait diharapkan giat melaksanakan sosialisasi penggunaan kondom kepada populasi berisiko tertular HIV dan memberi informasi bahaya HIV di sekolah. (ANS)
Sumber: Kompas, 15 Desember 2015