Kebutuhan energi di masa depan diprediksi melonjak seiring tren urbanisasi, digitalisasi, dan industrialisasi. Itu harus diantisipasi demi menjamin ketersediaan energi bagi semua penduduk melalui efisiensi konsumsi dan pemanfaatan energi terbarukan.
Demikian benang merah Schneider Electric Life is On Innovation Summit, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Didit Putra Erlangga Rahardjo, di Paris, Jumat (1/4). Jumlah warga kota diperkirakan bertambah 2,5 miliar orang pada 2050, sebanyak 50 miliar perangkat terhubung internet pada 2020, dan kenaikan konsumsi energi 50 persen oleh industri pada 2050.
Tantangan yang dihadapi 40 tahun ke depan ialah menjadi tiga kali lebih efisien dan memudahkan akses 30 persen populasi yang tak terjangkau listrik. “Cara terbaik lebih efisien adalah tekan konsumsi,” kata CEO Schneider Electric Jean Pascal Tricoire.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pemborosan energi kini terjadi di industri, infrastruktur, dan bangunan. Industri lebih baik karena efisiensi energi menekan biaya produksi. Baru 18 persen bangunan yang ada optimal hemat energi. Pemakaian perangkat atau desain ramah listrik menekan biaya rutin energi meski menambah biaya pembangunan.
Pemasangan sensor
Efisiensi energi bangunan meliputi pemasangan sensor dan perangkat berdesain khusus agar tahu pola konsumsi supaya lebih hemat. Pemasangan 3.000 sensor dan 173 pemantau listrik di gedung Le Hive, Paris, menekan konsumsi listrik 74 kilowatt per jam per meter persegi.
Rana Yusuf Nasir, pendiri Green Building Council Indonesia, mengatakan, pembangunan gedung ramah lingkungan lewat standar hijau di Indonesia sebatas prestise pengelola. Tahun ini, 100 gedung mengajukan sertifikasi dan 32 gedung sudah mendapat label gedung hijau.
Isu lain yang mengemuka adalah desentralisasi distribusi listrik. Selama ini listrik dari pembangkit disalurkan kepada warga untuk dikonsumsi. Kini, pengguna bisa jadi produsen demi memenuhi kebutuhan sendiri dan memasok listrik bagi jaringan sekitar, terutama memakai panel surya.
Dengan demikian, dua hal bisa dicapai, yakni efisiensi energi dan menekan emisi karbon dari pembangkit berbasis energi fosil. Apalagi harga jual panel surya dan baterai penyimpan turun. Biaya pembangkit surya turun dari 8-10 dollar AS per watt jadi 2 dollar AS per watt.
Green Mountain, pengelola pusat data penampung server di Norwegia, misalnya, bekerja dengan nol emisi. Menurut CEO Green Mountain Knut Molaug, konsumsi listrik bisa ditekan dengan memakai air laut. Menurut Wakil Presiden Eksekutif Energy Business Global Operations Schneider Electric Frederic Abbal, desentralisasi memperbaiki stabilitas pasokan listrik.
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 April 2016, di halaman 13 dengan judul “Efisiensi Menjadi Tren Masa Depan”.