Kemajuan teknologi informasi yang cepat memungkinkan masyarakat lebih mudah berbelanja tanpa harus bertatap muka dengan penjualnya. Banyak orang sudah terbiasa dimanjakan dengan fasilitas belanja daring yang menawarkan hampir semua jenis barang. Perdagangan daring ini semakin menarik hati konsumen, tak terkecuali mahasiswa.
Siapa yang tak pernah berselancar di dunia maya untuk melihat barang-barang keren, bagus, dan ditawarkan dengan harga murah? Pasti hampir semua mahasiswa pernah mengintip lapak jualan dalam jaringan (daring/online). Banyak yang melihat-lihat barang tanpa membeli, tetapi ada juga yang tergiur dengan gambar bagus dan harga murah sehingga mengeklik pilihan barang untuk dibeli. Apalagi, saat ini sudah banyak sekali situs jualan daring yang menarik.
Tak perlu repot-repot pergi ke toko untuk memenuhi kebutuhan, cukup berselancar di dunia maya. Bahkan, tak perlu mencari, banyak tawaran yang masuk lewat aplikasi di gawai kita. Misalnya, di aplikasi Blackberry Messenger yang dipasang di Android akan selalu muncul penawaran dari situs belanja daring. Selain itu, kita juga sering mendapat penawaran melalui layanan pesan singkat (SMS).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keinginan membeli barang bisa muncul ketika melihat gambar bagus, harga murah, masih ditambah gratis ongkos kirim. Belanja daring juga bisa membuat kecanduan untuk membeli lagi dan semakin banyak lagi.
Di Indonesia, pada 2013, nilai e-dagang mencapai Rp 96 triliun dan tahun ini diperkirakan nilainya Rp 120 triliun-Rp 140 triliun. Jumlah itu akan terus meningkat pada 2025 ketika kalangan menengah Indonesia terus bertambah.
Dari 74 juta orang pada 2013, kalangan menengah diperkirakan akan bertambah menjadi 141 juta orang pada lima hingga sepuluh tahun ke depan. Pertumbuhan kalangan menengah itu diperkirakan mampu meningkatkan nilai e-dagang hingga 40 persen (Kompas, 16/2/2015).
Menghemat waktu
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, Ayu R Simbolon, yang tak suka pergi ke toko untuk berbelanja, lebih memilih bertransaksi daring.
“Membeli secara online sangatlah praktis, baik dari segi waktu maupun tenaga. Dalam hitungan menit, kita bisa melihat tas, sepatu, baju, dan barang lainnya tanpa harus berpindah tempat berbelanja. Padatnya aktivitas kuliah tidak menghalangi saya untuk belanja. Tanpa harus menggantikan waktu belajar untuk pergi ke pasar atau mal, saya tetap bisa berbelanja,” ungkap Ayu.
Namun, Ayu mengakui, ia harus lebih hati-hati dan selektif memilih situs belanja serta tawaran yang menarik. “Biasanya, barang yang saya beli tidak perlu memikirkan ukuran, seperti tas yang tetap bisa dipakai tanpa harus repot memikirkan muat atau tidak untuk dikenakan,” tuturnya.
Di sisi lain, ada juga mahasiswa yang lebih senang berbelanja sambil jalan-jalan di tempat perbelanjaan. Mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Siska Apriliana, mengatakan belum pernah membeli barang secara daring karena lebih menyukai memilih dan melihat-lihat produk secara langsung. “Bagaimana pun, hakikat berdagang adalah proses bertemunya penjual dengan pembeli. Membeli secara langsung memiliki ‘rasa’ tersendiri untuk dilakukan,” ujarnya.
Semakin berkembang
Beberapa tahun terakhir ini, perdagangan elektronik berkembang pesat. Dari mulai bisnis jualan daring individu yang dipasarkan melalui media sosial sampai bisnis retail daring yang besar. Hampir semua kebutuhan bisa didapatkan dari perdagangan daring.
Perkembangan ini tentu saja menggembirakan kalangan menengah ke atas yang tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbelanja. Bukan hanya bagi pembeli, pelaku e-dagang pun semakin senang.
Pemilik dan pendiri sepatu lukis Slight, Andina Nabila Irvani, mengaku usahanya semakin berkembang dengan omzet penjualan yang semakin meningkat. Sejak tahun 2008, Andina-yang saat itu masih mahasiswa di Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Bina Nusantara-sudah memulai usaha sepatu lukis yang dijual lewat www.sepatulukis.com. Dengan bekal keahlian melukis, Dina bersama kakaknya, Nerissa Arviana, menawarkan karyanya ke teman-teman sampai kemudian dikenal masyarakat.
Berbagai penghargaan pun diraihnya, seperti pemenang Shell Young Entrepreneur Competition (Mei 2009), nomine Asia’s Best Young Entrepreneurs versi majalah Business Week (Oktober 2009), dan juara ketiga Wirausaha Muda Terbaik dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2011).
Dengan omzet ratusan juta rupiah, Dina terus mengembangkan usahanya. “Alhamdulillah semakin berkembang, omzet naik terus, reseller semakin banyak, dan kami sudah konsinyasi ke toko online besar. Sekarang juga bukan hanya sepatu lukis saja, kami membuat sepatu wanita high heels,” ungkap Dina.
Mengenai regulasi pemerintah, Dina berpendapat, rencana penyusunan regulasi e-dagang baik sekali karena ada sertifikasi resmi dari pemerintah untuk usaha daring yang sudah tepercaya sehingga dapat memberikan rasa aman dan kepercayaan kepada konsumen serta memudahkan konsumen untuk menyeleksi.
“Kami berharap agar usaha-usaha online dipermudah untuk melakukan pendaftaran identitas usaha, mulai dari cara mendaftar, proses seleksi, sampai biaya. Akan lebih baik pemerintah memberikan jaringan bisnis, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” tutur Dina.
Wakil Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Agus Tjandra mengatakan, e-dagang di Indonesia dari mulai tahun 2009 berkembang lima kali lipat. “Anggap saja tahun 2009 transaksi online mencapai 5 miliar dollar Amerika Serikat (Rp 63 triliun), akan berkembang sekitar 26 miliar dollar AS (Rp 336 triliun) di tahun 2016. Nah, bisa dibayangkan bagaimana pertumbuhannya yang sangat cepat,” kata Agus yang juga CEO lojai.com.
Perkembangan perdagangan elektronik ini juga bisa membuka kesempatan yang luas bagi generasi muda yang ingin membuka usaha. Salah satunya www.lojai.com yang menyediakan ruang bagi pengusaha muda untuk menawarkan barang dagangannya, baik berupa produk maupun jasa.
“Untuk membuka usaha di online, tidak perlu modal yang besar. Kami menyediakan fasilitas bagi mahasiswa, tinggal bikin karya yang bagus, tawarkan lewat lojai.com, enggak perlu memikirkan sistem pembayaran dan lain-lain. Tidak dipungut biaya juga,” papar Agus yang menggagas Sistem Cicilan Online Indonesia.
Perkembangan teknologi yang semakin maju memudahkan kita semua untuk bergerak di perdagangan elektronik. Kita bisa memilih menjadi pengusaha e-dagang yang sukses meraup untung atau menjadi konsumen yang jeli dan pintar berbelanja di dunia maya. (SIE)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Maret 2015, di halaman 34 dengan judul “Jeli Memanfaatkan Kemajuan Teknologi”