Dunia Kian Butuh Kaum Muda yang Gandrungi Eksakta

- Editor

Kamis, 28 Juni 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dunia kian membutuhkan generasi yang berkarier di bidang sains, teknologi, engineering/teknik, dan matematika demi terwujudnya kehidupan di bumi yang lebih baik. Untuk itu, generasi muda perlu diberi inspirasi dan diajarkan dengan baik untuk menguasai fondasi bidang STEM masa depan.

Para guru berperan penting menginspirasi para siswa di kelas dan sekolah agar menyenangi ilmu matematika, sains, dan teknologi sebagai fondasi dasar berkarier di bidang STEM yang semakin terbuka luas.

”Penguasaan sains dan teknologi akan menolong untuk perubahan dunia yang lebih baik dan berbeda. Tantangan kehidupan dan pekerjaan di masa depan semakin membutuhkan peran dari pekerja di bidang STEM yang masih kurang,” kata Direktur Global Corporte Citizenship Honeywell Kerry Kennedy pada acara kelulusan para guru yang ikut dalam program Honeywell Educators at Space Academy (HESA) di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat, Senin (25/6/2018) malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Guru sains dan mayematika dari berbagai negara menyelesaikan program Honeywell Educators at Space Academy di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat. Program ini untuk membantu para guru mampu menginspirasi siswa berminat di bidang sains, teknologi, engineering/teknik, dan matematika.

Program HESA yang digelar atas kerja sama dengan United States Space Rocket and Center (USCCR)—Pusat Penerbangan Luar Angkasa NASA Marshall— memberikan beasiswa pengembangan profesionalisme guru selama 45 jam dalam lima hari. Tahun ini, sebanyak 224 guru dari 45 negara bagian Amerika Serikat dan 35 negara ikut dalam program Space Camp untuk ditempa menjadi pengajar STEM.

Menurut Kerry, saat ini para guru memiliki tugas yang berat untuk dapat menarik perhatian siswa dalam belajar karena berkompetisi dengan banyak hal, termasuk internet. ”Para guru harus memiliki kemampuan mengembangkan beragam aktivitas yang membuat siswa tertarik belajar. Belajar matematika dan sains masih dianggap sulit,” ujar Kerry.

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Guru asal Indonesia, Darum Budianto (pertama dari kiri) dan Nur Fitriana ( ketiga dari kiri) berhasil lulus dalam pelatihan guru STEM dalam program Honeywell Educators at Space Academy (HESA) di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat, Senin (25/6/2018) malam. Tahun ini 10 guru dari Indonesia mendapatkan beasiswa dari lembaga tersebut.

Sementara itu, Wakil Presiden Bidang Connected Aircraft and Connectivity dari Honeywell Aerospace Kristin Slyker mengatakan, kebutuhan tenaga kerja di bidang penerbangan sangat tinggi. Minat di bidang sains dibutuhkan sebagai modal untuk terjun dalam bisnis penerbangan yang kian pesat. Banyak ragam engineer (teknisi) yang dibutuhkan dalam bisnis aerospace untuk memastikan layanan penerbangan yang aman dan terhubung ke seluruh dunia.

”Dunia kerja di bidang ini butuh banyak anak yang berminat di STEM. Nah, para guru dapat membantu dalam meningkatkan minat sains di kalangan siswa,” kata Kristin.

CEO dan Direktur Eksekutif USSRC Deborah E Barnhart menjelaskan, program Space Camp menjadi salah satu cara untuk menginspirasi generasi muda agar memahami potensi bidang STEM.

“Dengan pendekatan ruang angkasa dan simulasi dalam pengembangan misi manusia ke luar angkasa, ketertarikan itu bisa dibangkitkan. Pengalaman melihat dan merasakan teknologi ruang angkasa secara riil jadi inspirasi generasi muda bahwa menguasai sains dan matematika itu berguna untuk menyelamatkan bumi dan melihat potensi di luar angkasa,” kata Deborah.

Menurut Deborah, untuk melaksanakan satu misi ke luar angkasa dibutuhkan sekitar 40.000 orang dalam berbagai bidang pekerjaan. Untuk mengirim misi ke luar angkasa, bukan hanya butuh astronot. Ada peluang ahli biologi, teknisi, dokter, spesialis lingkungan, ahli cuaca, dan ahli komunikasi.

Percaya diri
Deborah menekankan, sangat penting untuk membuat guru percaya diri bahwa mereka memiliki keterampilan dan informasi yang baik dalam mendukung pekerjaan mereka di ruang kelas. Pengalaman merasakan langsung melalui beragam aktivitas terkait misi luar angkasa akan menginspirasi guru agar menjadi kuat keinginannya dalam mendidik dan mengembangkan metode belajar STEM yang merangsang siswa menekuni bidang ini.

”Para siswa jadi antusias mengatasi tantangan dalam belajar STEM,” ujar Deborah.

Dari survei alumni Space Camp 2017 yang memiliki sekitar 800.000 peserta dari Amerika Serikat dan negara lain, terungkap bahwa sekitar 96 persen peserta yang lulus mengatakan pengalaman mengikuti pelatihan meningkatkan minat pada topik STEM.

Guru asal Indonesia
Ada sekitar 50 persen peserta yang terinspirasi masuk dalam bidang STEM. Guru SMPN 5 Cilacap, Jawa Tengah, Warsono, yang menjadi satu dari 10 guru Indonesia, mengatakan, dirinya mendapat inspirasi dari beragam kegiatan dan tukar pengalaman dari guru lain untuk membuat praktik belajar yang aktif dalam bidang matematika.

”Saya sudah punya ide untuk mengajarkan matematika yang lebih menyenangkan. Misalnya, saat belajar statistik, para siswa diajak ke luar kelas dan mengumpulkan data dari warga sekitar lalu menganalisisnya dengan teknologi komputer,” kata Warsono.

Sementara itu, Beth Lyan Heimeri, guru sains dari Amerika Serikat, menyatakan dirinya antusias untuk mengembangkan klub sains di sekolah dengan beragam aktivitas yang lebih menantang minat siswa. ”Berada lima hari di program HESA membuat saya sadar bahwa dunia ini tidak ada batasnya. Saya bersama guru-guru dari negara lain punya peran yang sama untuk menyiapkan generasi yang mampu membuat kehidupan dunia lebih baik lewat penguasaan STEM,” kata Beth.

(Ester Lince Napitupulu dari Amerika Serikat).–ESTER LINCE NAPITUPULU

Sumber: Kompas, 27 Juni 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB