Dua Jejak Tsunami di Selatan Bali Ditemukan

- Editor

Sabtu, 15 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lapisan Endapan Diperkirakan Berusia Ratusan Tahun
Tim peneliti gabungan Indonesia-Amerika Serikat menemukan dua lapisan yang diduga endapan tsunami tua di Banjar Manyar, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Dari temuan itu diperkirakan tsunami pernah terjadi dua kali di pesisir selatan Bali.

“Dua lapisan kandidat tsunami ini kami temukan dari pengeboran di sembilan titik sepanjang 3 kilometer. Jarak lokasi pengeboran dari pantai berkisar 100-200 meter,” kata Purna S Putra, peneliti paleotsunami dari Pusat Geoteknologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di Denpasar, Jumat (14/7).

Pengeboran dilakukan di persawahan berlumpur. Namun, di bawahnya tim peneliti menemukan dua lapisan pasir diduga terbawa saat tsunami di masa lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lapisan pertama yang diduga deposit tsunami itu berupa pasir halus sampai sedang dengan tebal rata-rata 5 sentimeter (cm) dan ditemukan di kedalaman 90 cm. Lapisan kedua berupa pasir kasar yang memiliki ketebalan 15 cm di kedalaman 170 cm.

“Melihat konsistensi distribusi pelapisan pasir dengan kedalaman hampir sama dalam rentang pengeboran 3 km ini, diduga kuat keduanya ialah deposit tsunami. Kalau endapan sungai atau banjir, tak akan seluas itu,” ujarnya.

Uji laboratorium
Endapan tsunami biasanya memiliki variasi butiran pasir tinggi atau tak homogen. “Untuk memastikannya, kami akan memeriksanya di laboratorium. Deposit tsunami biasanya memiliki kandungan karbonat tinggi dan material organiknya rendah. Selain itu, materialnya kaya kandungan kalsium (Ca), sulfur (S), natrium (Na), klorin (Cl), dan Bromin (Br) yang menunjukkan asalnya dari laut,” kata Purna.

Menurut Purna, secara ratarata proses endapan di pesisir memiliki kecepatan sekitar 2 milimeter (mm) per tahun. Dengan ditemukannya lapisan terduga deposit tsunami di kedalaman 90 cm dan 180 cm, umur endapan itu diperkirakan sekitar 450 tahun dan 850 tahun.

KOMPAS/AHMAD ARIF–Tim peneliti gabungan Indonesia-Amerika Serikat meneliti lapisan tanah untuk mencari jejak tsunami yang pernah terjadi di kawasan selatan Bali, Jumat (14/7). Pengambilan sampel di Banjar Manyar, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, menemukan dua lapis endapan sehingga diduga tsunami pernah dua kali terjadi di kawasan ini.

“Penelitian kami sebelumnya menemukan deposit tsunami di Pangandaran, Jawa Barat, dengan umur sekitar 400 tahun dan 700 tahun lalu,” ujarnya.

Profesor geologi dari Brigham Young University, Amerika Serikat, Ron Harris, memaparkan, temuan itu akan diuji di laboratorium untuk memastikan umurnya. Karena endapan tsunami yang ditemukan kali ini minim material organik, sulit dilakukan penanggalan memakai karbon (C). Karena itu, metode OSL (optically stimulated luminescence) akan digunakan, yakni pengukuran dari radiasi ion di dalam pasir kuarsa.

Jika ada kesesuaian waktu dengan kejadian tsunami di selatan Jawa, bisa dibayangkan besarnya tsunami yang terjadi di masa lalu. “Kekuatannya bisa setara tsunami Aceh 2004 atau tsunami Jepang 2011. Ini seperti yang kami modelkan sebelumnya. Secara teoretis, tsunami di selatan Jawa berpotensi terjadi bersamaan sampai selatan Sumba,” ujarnya.

Ingatan pendek
Pencarian jejak tsunami di masa lalu melalui kajian geologi ini jadi cara paling memungkinkan di tengah terbatasnya data sejarah. “Wajar jika masyarakat tak tahu karena tsunami di tempat sama bisa sampai ratusan, bahkan seribuan tahun. Seperti di Aceh, sampai sebelum 2004, warga tak sadar jika tinggal di atas deposit tsunami. Bisa juga saat tsunami dulu, area ini belum ada penduduknya,” kata Ron.

Waya Rawig (70), warga Banjar Manyar, yang melihat pengeboran untuk mencari deposit tsunami, menuturkan, sepanjang hidupnya tak pernah mendapat informasi kawasan Bali selatan pernah dilanda tsunami. Seperti dikisahkan turun-temurun, warga Banjar Manyar dulunya asal Jawa dan pindah ke selatan Bali di era Majapahit. “Kami turun-temurun tinggal di sini dan tak tahu kalau banjar kami rawan tsunami,” ujarnya.

Ron Harris berharap hasil kajian timnya nanti bisa jadi masukan bagi upaya mitigasi gempa dan tsunami, khususnya di selatan Bali. Selain pengetahuan warga tentang kerentanan tsunami di area itu minim, tantangan lain ialah daerah itu cenderung landai sehingga sulit mencari tempat evakuasi jika terjadi tsunami. (AIK)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Juli 2017, di halaman 14 dengan judul “Dua Jejak Tsunami di Selatan Bali Ditemukan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 14 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB