Dua Arus Besar Migrasi Leluhur ke Nusantara

- Editor

Rabu, 6 Agustus 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Austro-asiatik dan Austronesia Awalnya Satu Rumpun Bahasa
Para peneliti semakin memantapkan dugaan adanya dua arus migrasi besar ke Nusantara yang menjadi cikal bakal leluhur langsung bangsa Indonesia. Pertama, penutur Austro-asiatik yang tiba pada 4.300-4.100 tahun lalu dan, kedua, penutur Austronesia yang datang pada kisaran 4.000 tahun lalu.

Arkeolog prasejarah dari Pusat Arkeologi Nasional, Harry Truman Simanjuntak, mengatakan, Austro-asiatik dan Austronesia awalnya berasal dari satu rumpun bahasa yang sama, yaitu bahasa Austrik. Bahasa itu dimanfaatkan masyarakat Yunan, Tiongkok selatan. Bahasa Austrik akhirnya pecah menjadi dua, yaitu Austro-asiatik dan Austronesia yang kemudian menjadi penyebutan nama kelompok berdasarkan penggolongan bahasa.

”Dulu, keduanya berasal dari satu bahasa Austrik, tetapi kemudian pecah. Bahasa Austro-asiatik digunakan di sekitar Asia Tenggara Daratan, sedangkan Austronesia digunakan di sekitar wilayah kepulauan, seperti Taiwan, Filipina, Pasifik, Madagaskar, hingga Pulau Paskah,” tutur dia, Selasa (5/8), di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada 4.300-4.100 tahun lalu, para penutur Austro-asiatik mulai bermigrasi ke Vietnam dan Kamboja melewati Malaysia hingga ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Salah satu penandanya ialah temuan tembikar berhias tali di kawasan itu yang bentuknya sama dengan tembikar serupa di selatan Tiongkok hingga Taiwan.

Kemudian, pada 4.000-an tahun lalu, muncul arus migrasi penutur Austronesia lewat sisi timur Indonesia, mulai dari Sulawesi, Kalimantan, dan sebagian ke selatan, seperti Nusa Tenggara, menuju Jawa dan Sumatera. Arus migrasi itu ditandai dengan penemuan tembikar-tembikar berslip merah di Indonesia timur juga di Taiwan, Filipina, dan Kepulauan Pasifik. Usia tembikar itu relatif lebih muda dibandingkan dengan tembikar berhias tali.

”Arus migrasi terjadi setelah pertanian di sekitar Tiongkok selatan (asal kedua rumpun itu) berkembang pesat hingga terjadi ledakan jumlah penduduk yang memaksa mereka bermigrasi. Ketika penutur Austronesia tiba ke Nusantara, rupanya mereka lebih bisa memengaruhi penutur Austro-asiatik sehingga seluruh masyarakat akhirnya berbahasa Austronesia,” papar Truman.

Leluhur langsung
Di Indonesia, kedua ras mongoloid yang menggunakan bahasa berbeda ini akhirnya bertemu di sekitar Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Truman menegaskan, penutur Austro-asiatik dan Austronesia merupakan leluhur masyarakat Indonesia langsung tanpa ada keterputusan biologis.

Meski demikian, sebelum keduanya tiba, di Indonesia sudah tinggal suku bangsa lain, yaitu Australomelanesoid, yang hingga sekarang hidup di wilayah Indonesia timur, seperti Papua.

”Manusia pertama yang masuk Indonesia sekitar 60.000 tahun lalu. Setelah zaman es, terbentuk kehidupan dengan budaya yang berkembang dengan ciri-ciri khas masyarakat Nusantara, salah satunya ras Australomelanesoid. Ras Australomelanesoid, sampai 4.000-an tahun lalu, menghuni kepulauan hingga datang dua penutur Austro-asiatik dan Austronesia,” ungkap dia.

Bulan lalu, para peneliti Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta menemukan jejak penutur Austronesia di Desa Tanjungan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah. Mereka menemukan dua kerangka manusia serta perkakas kebutuhan sehari-hari, seperti bandul jala, paku, dan tembikar.

”Pantura menjadi semacam tempat berlabuhnya migrasi penutur Austronesia pada masa paleometalik sekitar 500 tahun sebelum Masehi, sekitar 2.500 tahun lalu,” kata Ketua Tim Peneliti Situs Tanjungan dari Balar Yogyakarta Gunadi Kasnowiharjo. (ABK)

Sumber: Kompas, 6 Agustus 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 32 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB