Perkembangan teknologi video saat ini mengalir deras, terutama pada resolusi video yang memaksa kita menuju ke resolusi tinggi. Belum leluasa menikmati resolusi 4K, kini telah hadir resolusi 8K.
Berbagai macam file format pendukung resolusi tinggi dan kompresi data codec saat ini beragam adanya. Belum ada kata sepakat untuk standardisasi secara jelas dari para produsen kamera dan peranti lunak dalam bidang videografi menjadi penyebab file tumbuh beragam format.
Video atau gambar bergerak memiliki dua kombinasi antara audio dan visual memang agak sedikit ribet dibandingkan dengan dunia fotografi. Standardisasi metadata fotografi yang sudah menjadi standar internasional dirangkum dalam organisasi IPTC (The International Press Telecommunications Council), metadata foto dapat dibaca oleh semua pendukung aplikasi fotografi secara global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam perkembangan codec, saat ini masih populer dengan kompresi H 264. Namun, di penghujung tahun 2017, codec H.264 mulai digantikan dengan generasi penerusnya dengan codec H.265 mendukung untuk resolusi tinggi 4K hingga 8K dengan tidak banyak memakai ruang data penyimpanan tetapi memberikan kemampuan gambar lebih baik.
KOMPAS/EDDY HASBY–Foto ini diambil dengan pesawat tanpa awak DJI Phantom 4 Pro Obsidian dengan data teknis pemotretan lensa 24 mm, kecepatan rana 1/60 detik, f 2.8, ISO 500, Sabtu (25/11).
Codec H.265 menawarkan rasio kompresi data dua kali lipat pada tingkat kualitas video yang sama, kualitas video yang ditingkatkan secara substansial pada bit rate yang sama.
Tampaknya produsen kamera video mulai melirik kompresi codec H.265 sebagai solusi, kompresi data codec baru ini dianggap high efficiency video coding (HEVC). Kamera fotografi dan videografi yang sudah mendapat dukungan kompresi H.265 salah satunya pada DJI Phantom 4 Pro Obsidian.
DJI Phantom 4 Pro Obsidian merupakan UAV (unmanned aerial vehicle) pesawat tanpa awak atau drone yang kini banyak digunakan fotografer dan videografer di seluruh dunia. Kemampuan kamera Phantom 4 Pro Obsidian memiliki sensor berukuran 1 inci didukung 20 MP sensor CMOS.
Pada kamera ini terdapat fasiltas rekam gambar video resolusi 4K dengan 30 fps (frame per detik) dengan kompresi codec H.265. Nampaknya DJI sudah mendahului kebutuhan pasar ke depan dengan menanam kompresi codec H.265 pada kameranya.
Ke depannya, H.265 ini mungkin akan menjadi solusi komperasi codec untuk resolusi tinggi dengan data file yang ringan yang tidak makan ruang penyimpanan besar.
Lensa kamera 24 mm dengan 2x digital zoom f 2.8-f 11, tingkat sensitivitas sensor cahaya atau ISO untuk foto kepekaan 100 hingga 12.800, sedangkan untuk video 100-6.400. Kamera dilengkapi pula dengan kecepatan shutter mekanik 8-1/2.000 per detik dan kecepatan shutter elektronik 8-1/8.000 per detik. Untuk video format tersedia MP4, MOV ( AVC/H 264 dan HEVC H.265).
Kompas berkesempatan menerbangkan Phantom 4 Pro Obsidian tubuhnya berwarna hitam ini di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, untuk mencoba kemampuan kamera yang ditawarkan DJI ini.
Seperti produk DJI lainnya pada generasi Phantom memiliki bentuk badan pesawat yang legendaris sejak generasi pertamanya, kamera terletak di bagian bawah badan pesawat. Kamera dilengkapi gimbal 3 motor mekanik atau 3 Axis untuk penjaga kestabilan gambar pada saat rekaman video ataupun foto.
Ada dua pilihan profil warna dasar sinema LUT (lookup table) pada kamera ini, D-log dan D-Cinelike. Dua jenis pilihan profil warna sinema ini ditanam hampir di semua produk DJI.
Kami menggunakan profil warna D-log dengan kostum komposisi tingkat ketajaman 1, kontras -1 dan saturasi -1, pengaturan pada resolusi tinggi 4K dengan video format MOV, codec H.265 (HEVC) dengan tingkat kepekaan cahaya (ISO) 500.
Meski cuaca di penghujung bulan November tidak bersahabat dengan tiupan angin yang kencang dan sering berubah arah, kami paksakan untuk terbang dicuaca buruk seperti itu dengan terbang diketinggian 37 meter di atas Jalan Jenderal Sudirman dengan harapan mendapatkan klip video dan foto yang terbaik.
Hasil klip rekaman dengan video format MOV dan codec H.265 (HEVC) awalnya tak bisa dibaca oleh aplikasi yang ada di komputer. Setelah sistem operasi ditingkatkan ke macOS High Sieera pada komputer produk Apple, codec H.265 (HEVC) lancar dibaca dan hasilnya dapat ditinjau ulang di layar komputer.
Dengan menggunakan aplikasi Davinci Resolve 14.1.1 yang bisa diunduh secara gratis, codec H.265 format MOV dapat dibaca. Warna dasar sinema D-Log diolah sesuai dengan karakter warna yang dibutuhkan. Contoh cukilan dari video menggunakan codec H.265 (HEVC) yang sudah dikoreksi warnanya dapat dinikmati.
Ke depannya, H.265 ini mungkin akan menjadi solusi komperasi codec untuk resolusi tinggi dengan data file yang ringan yang tidak makan ruang penyimpanan besar dan akan ditanamkan pada semua produk videografi dan fotografi di dunia.–EDDY HASBY
Sumber: Kompas, 12 Desember 2017