WHO sedang mengkaji masukan sejumlah peneliti yang menyebutkan virus SARs-CoV-2, penyebab pandemi Covid-19, bisa menular melalui udara. Apabila benar, hal ini akan mengubah strategi dan protokol penanganan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui virus korona baru pemicu Covid-19 dapat disebarkan oleh partikel-partikel kecil yang melayang di udara. Namun, mereka masih akan mengumpulkan bukti lebih lanjut sebelum mengubah panduan penanganan Covid-19.
Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Supolo Sudoyo, di Jakarta, Rabu (8/7/2020), mengatakan agar Indonesia harus bersiap mengubah protokol penanganan. Ini apabila WHO pada akhirnya mengakui bahwa Covid-19 bisa ditularkan secara airborne, atau bisa ditularkan melalui udara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Pada akhirnya ini memang seperti avian flu yang juga airborne walaupun tetap dari tetesan dan aerosol. Yang membedakan dengan flu, Covid-19 kematiannya lebih tinggi,” katanya.
Risiko penularan Covid-19 melalui airborne ini bisa lebih tinggi bagi tenaga kesehatan dan laboran atau petugas laboratorium yang menganalisis spesimen. Menurut Herawati, sebagai langkah antisipatif, Eijkman sudah jauh hari menerapkan kehati-hatian dalam pemeriksaan spesimen SARS-CoV-2.
”SOP kami sudah untuk virus airborne. Karena itu, analisis spesimen dilakukan di ruang isolasi BSL3,” katanya.
Bukti penularan
Benedetta Allegranzi, Ketua Teknis untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi WHO, dalam konferensi pers pada Selasa (7/7/2020), di Geneva, mengakui adanya bukti-bukti penularan virus korona baru ini melalui udara. ”Kemungkinan penularan melalui udara dalam pengaturan publik, terutama dalam kondisi yang sangat spesifik, padat, tertutup, pengaturan berventilasi buruk tidak dapat dikesampingkan,” katanya.
Lebih lanjut, ia menyatakan, bukti perlu dikumpulkan dan ditafsirkan. ”Kami terus mendukung ini,” katanya.
Van Kerkhove, Ketua Tim Teknis Penanganan Pandemi Covid-19 WHO, mengatakan akan memublikasikan ringkasan ilmiah yang merangkum tingkat pengetahuan tentang cara penularan virus dalam beberapa hari mendatang. ”Paket intervensi yang komprehensif diperlukan untuk menghentikan transmisi,” katanya.
Sebelumnya, WHO bersikeras bahwa Covid-19 hanya ditularkan melalui tetesan yang dikeluarkan ketika orang batuk atau bersin. Karena tetesan dianggap tidak bertahan lama di udara dan akan jatuh ke permukaan, maka mencuci tangan telah menjadi langkah utama pencegahan yang dianjurkan.
Meskipun demikian, 239 ilmuwan dari 32 negara menentang hal ini. Mereka mengajukan bukti-bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2— penyebab penyakit Covid-19—juga bersifat airborne atau dapat menyebar di udara. Ketika orang berbicara atau bernapas, virus ini dapat ikut keluar dan mengapung berjam-jam di udara.
Pendapat para ahli ini ditulis dalam sebuah surat terbuka kepada WHO dan diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases pada Senin (6/7/2020). Dalam artikel disebutkan, studi virus lain sebelum pandemi telah ”menunjukkan tanpa keraguan” bahwa tetesan yang dikeluarkan oleh orang yang sakit dapat ”tetap tinggal di udara dan menimbulkan risiko pajanan pada jarak lebih dari 1 hingga 2 meter dari orang yang terinfeksi”.
Penelitian yang lebih baru juga menunjukkan bahwa hal yang sama berlaku untuk SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19. Dalam beberapa kasus yang dilaporkan, orang sakit setelah berada di ruangan yang sama dengan orang yang terinfeksi, bahkan jika mereka tidak memiliki kontak yang dekat atau berkelanjutan. Berdasarkan data ini, para ilmuwan ini mendesak WHO memperbarui panduannya.
Oleh AHMAD ARIF
Sumber: Kompas, 8 Juli 2020