Karang ”Leptoseris” yang hidup di kedalaman minim cahaya mampu berfotosintesis secara efisien dengan memanfaatkan struktur tubuhnya. Ini membuat tingkat pertumbuhannya menyamai karang tak bercabang di perairan dangkal.
Penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Coral Reefs mengungkapkan tingkat pertumbuhan yang tinggi untuk karang yang berfotosintesis di perairan dalam. Penelitian yang dipimpin oleh Samuel Kahng dari fakultas pascasarjana afiliasi di University of Hawaii at Manoa, School of Ocean and Earth Science and Technology (SOEST), mengubah asumsi selama ini bahwa karang di laut dalam yang hidup dalam suasana kegelapan tumbuh sangat lambat.
Leptoseris adalah sekelompok spesies karang zooxanthellate yang mendominasi komunitas karang di batas jangkauan sinar matahari terdalam di seluruh Indo-Pasifik. Mikroalga simbiotik (zooxanthellae) hidup di dalam jaringan transparan dan memberikan warna utama pada karang serta menyediakan mesin untuk proses fotosintesis yang menghasilkan energi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih dalam di lautan, maka lebih sedikit cahaya yang tersedia. Pada batas bawah lokasi kedalamannya, sinar matahari yang tersedia untuk spesies Leptoseris tersebut hanya kurang dari 0,2 persen dibandingkan dengan tingkat cahaya permukaan. Kekurangan sinar matahari seperti ini biasanya menentukan tren pertumbuhan yang lebih lambat di antara spesies yang bergantung pada cahaya untuk fotosintesis.
KOMPAS/YOLA SASTRA—Ketua Kelompok Sadar Wisata Andespin David Hidayat sedang mengukur terumbu karang yang mengalami proses pemutihan di Pantai Manjuto, Nagari Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Senin (21/10/2019).
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa karang yang berfotosintesis di bagian batas bawah lapisan yang dapat digapai sinar matahari tumbuh sangat lambat, sekitar 0,04 inci per tahun untuk satu spesies Leptoseris. Sampai baru-baru ini, ada sangat sedikit data tentang tingkat pertumbuhan karang pada kedalaman lebih dari 225 kaki (sekitar 70 meter) karena kendala teknis penelitian melakukan pengukuran pertumbuhan deret waktu pada kedalaman ini.
Kahng, yang juga seorang profesor di Hawai’i Pasific University, berkolaborasi dengan Laboratorium Penelitian Bawah Laut Hawai’i SOEST (HURL), the Waikiki Aquarium, National Taiwan University, dan Hokaido University untuk mengumpulkan koloni Leptoseris di kedalaman antara 70 dan 110 meter di Au’au Channel, Hawaii, menggunakan kapal selam tipe HURL’s Pisces IV/V. Tim peneliti menggunakan penanggalan radiometrik uranium-thorium agar secara akurat menentukan usia kerangka karang di berbagai titik di sepanjang sumbu pertumbuhan radialnya (seperti menentukan usia cincin pohon melalui lingkaran kambium di dalam batang pohon).
”Mempertimbangkan lingkungan rendah cahaya, asumsi sebelumnya adalah bahwa karang besar di kedalaman ekstrem ini harus sangat tua karena tingkat pertumbuhan yang sangat lambat,” kata Kahng dalam Science Daily, 15 Juni 2020.
Peneliti dikejutkan bahwa pertumbuhan karang tersebut relatif sebanding dengan pertumbuhan jenis-jenis karang tak bercabang di perairan dangkal. Tingkat pertumbuhan karang tersebut hampir 1 inci (2,54 sentimeter) per tahun pada kedalaman 225 kaki (70 meter) dan 0,3 inci (0,762 sentimeter) per tahun pada kedalaman 360 kaki (110 meter).
Tim peneliti menemukan bahwa spesialis perairan dalam ini menggunakan strategi yang menarik untuk mendominasi habitat pilihan mereka. Kerangka mereka tipis dan berbentuk seperti pelat. Struktur ini memungkinkan penggunaan kalsium karbonat yang efisien untuk memaksimalkan luas permukaan guna penyerapan cahaya sambil menggunakan sumber daya minimal untuk membentuk kerangka mereka.
Karang-karang tipis ini hanya tumbuh secara radial ke arah luar, bukan ke atas, dan tidak menebal seiring waktu seperti jenis karang masif. ”Selain itu, geometri optik kerangka mereka yang tipis, datar, dan putih membentuk punggungan paralel halus yang tumbuh keluar dari pusatnya,” kata Kahng.
Dalam beberapa kasus, punggungan bagian karang ini membentuk ruang cembung di antara mereka yang secara efektif menjebak cahaya di ruang reflektif. Morfologi ini menyebabkan cahaya melewati berulang-ulang melalui jaringan karang sampai diserap oleh mesin fotosintesis.
Efisiensi strategis Leptoseris memungkinkan tingkat pertumbuhan yang kuat dalam cahaya rendah memiliki implikasi penting bagi kemampuannya guna bersaing untuk ruang dan organisme yang tumbuh lebih lambat.”Ini juga menggambarkan fleksibilitas karang pembangun terumbu dan menunjukkan bahwa komunitas karang tersebut mungkin dapat mengembangkan dan pulih dari peristiwa kematian jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya,” kata Kahng.
Oleh ICHWAN SUSANTO
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 16 Juni 2020