Iin (17) dan Euis (17), siswa kelas XII SMA Negeri di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, terdiam sejenak ketika ditanya ingin melanjutkan ke universitas mana dan jurusan apa setelah lulus nanti. “Mau ambil jurusan ini, tetapi nanti kerja apa, ya? Orangtua ingin jurusan yang itu. Belum tahu nih, bingung,” ujar Euis di sela-sela Festival Pelajar Jawa Barat di Gedung Sabuga, Kota Bandung, Minggu (15/1) silam.
Berangkat dari keinginan untuk membantu siswa mengatasi problem semacam itu, Robbani Alfan (25) membuat situs www.melekjurusan.com. “Banyak siswa SMA bingung. Salah satu penyebabnya adalah minimnya informasi. Akhirnya, mereka salah jurusan. Perkuliahan lantas terasa menyiksa sehingga mereka hanya mengejar sekadar lulus. Akibatnya, kita tidak memiliki tenaga kerja berkualitas,” ujar Alfan saat ditemui di depan stan www.melekjurusan.com di sela-sela Festival Pelajar Jawa Barat.
Situs www.melekjurusan.com membantu siswa SMA dan orangtua berkonsultasi dengan mahasiswa mengenai perkuliahan. Siswa dan orangtua akan diberikan nomor telepon 100 mahasiswa dari puluhan perguruan tinggi negeri dan swasta dari berbagai jurusan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Alfan mengatakan, mahasiswa yang disiapkan memberikan konsultasi telah terseleksi berdasarkan riwayat hidup dan indeks prestasi. Mereka dijamin merespons pertanyaan siswa dalam waktu paling lambat 1 x 24 jam.
Diluncurkan pada November 2016, situs ini telah melayani 138 siswa. Pada pertengahan tahun ini, akan diluncurkan aplikasi ponsel melekjurusan.com.
Memandu
Situs youthmanual.com juga didirikan untuk membantu remaja merencanakan masa depan. Founder dan CEO youthmanual.com Rizky Muhammad mengatakan, situs itu bertujuan memandu siswa SMA/SMK dan mahasiswa agar tidak salah memilih jurusan. Bagi yang sudah kuliah, mereka dibantu menyiapkan beberapa kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja.
Menurut Rizky, informasi jurusan, perguruan tinggi, dan profesi dapat diakses secara gratis. Bahkan, ada modul yang memandu siswa untuk mengenali diri dengan menelusuri minat, potensi, kepribadian, gaya belajar, dan preferensi diri.
Menurut Rizky, pengembangan youthmanual.com terus dilakukan. Dalam waktu dekat, ada akses berbayar yang terjangkau kantong siswa dan mahasiswa untuk membantu mereka mengukur kemampuan dalam perencanaan karier.
Diluncurkan pada Mei 2016, youthmanual.com sudah diakses lebih dari 108.000 orang. “Sekitar 70 persen diakses anak-anak muda dari daerah. Mereka merasa gembira karena bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan, yang selama ini sulit diperoleh secara langsung di daerah,” ujar Rizky.
Pasangan suami-istri Budi Prasetyo dan Ina Liem juga gelisah karena menilai banyak kaum muda yang terjebak memilih jurusan yang itu-itu saja. Maka, mereka bekerja untuk menyediakan informasi dan konsultasi mengenai jurusan kuliah beserta peta karier dan tren karier masa depan pada situs jurusanku.com.
“Pilihan karier anak muda kita itu-itu saja, jadi dokter atau akuntan. Padahal, ada banyak peluang karier,” ujar Ina.
Pilihan kuliah di bidang kelautan dan pertanian yang selama ini kurang populer, misalnya, ternyata bisa menarik minat kaum muda setelah mereka mendapatkan paparan mengenai peta kariernya.
Maritim
Ina mengatakan, Indonesia bisa menjadi negara maritim yang maju. Syaratnya, generasi muda Indonesia tertarik dengan laut sehingga bidang studi yang dipilih mengarah pada karier atau bisnis di industri kelautan.
Profesi terkait laut, menurut Ina, tak melulu sebagai penangkap ikan atau pelaut. Dalam talkshow yang digelarnya beberapa waktu lalu, Ina mencontohkan videografer bawah laut yang cukup berhasil, yakni Cahyo Alkantana. Karya Cahyo dinikmati pemirsa televisi di seluruh dunia.
Menurut Ina, industri kelautan juga memunculkan Yudhi W Basuki, produsen makanan olahan dari hasil perikanan. “Jika mengetahui peta karier, siswa akan mendapatkan inspirasi. Setelah lulus kuliah di pertanian, misalnya, orang tak mesti menjadi petani yang mencangkul. Saat memilih jurusan Matematika, orang juga tidak harus hanya jadi guru atau dosen,” ujarnya.
Dosen Bimbingan Konseling Universitas Negeri Jakarta, Susi Fitri, mengatakan, pemilihan jurusan idealnya dilakukan sesuai minat, bakat, dan kemampuan siswa. Namun, ada faktor-faktor lain yang memengaruhi pemilihan jurusan, seperti potensi lapangan kerja dan pengaruh orangtua.
Ia mencontohkan, anak yang berminat dengan Ilmu Sejarah terpaksa tidak mengambil jurusan itu karena lapangan kerja yang tersedia dinilai kurang menjanjikan. Kondisi ini merupakan tantangan bagi pemerintah agar mengembangkan lapangan kerja yang lebih luas.
Pengaruh orangtua juga besar. Menurut Susi, banyak orangtua yang memaksakan jurusan tertentu kepada anak.(B KRISNA YOGATAMA/ESTER LINCE NAPITUPULU)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Januari 2017, di halaman 5 dengan judul “Di Antara Begitu Banyak Jurusan”.