Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise meluncurkan desa perempuan inovatif di Universitas Negeri Jakarta, Rabu (27/5). Desa-desa tersebut melibatkan perempuan dalam menjaga kesinambungan alam, meningkatkan ekonomi, dan pendidikan.
Ada tiga desa perempuan inovatif yang diresmikan. Semuanya berada di Kepulauan Seribu, yaitu di Pulau Tidung, Pulau Pramuka, dan Pulau Harapan. Ketiga desa dipilih dari sekitar 50 desa bahari se-Indonesia yang menjadi lahan penelitian Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jakarta (UNJ) selama tiga tahun.
“Kami sengaja memilih Kepulauan Seribu karena masuk wilayah DKI Jakarta. Namun, kondisi masyarakatnya masih di bawah standar,” Kata Kepala Pusat Studi Wanita dan Perlindungan Anak UNJ Nurjannah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Fokus pemberdayaan perempuan di ketiga desa tersebut adalah dalam hal pelestarian lingkungan, pendidikan anak, pariwisata, dan ekonomi kreatif. Alasannya, Kepulauan Seribu merupakan daerah tujuan wisata yang potensial. Apabila tidak dipersiapkan dengan baik, masyarakat setempat berisiko mengalami perubahan drastis, bahkan bisa pula tersingkir dari tanah kelahiran mereka.
Salah satu upaya mempersiapkan Kepulauan Seribu sebagai tujuan wisata adalah memberdayakan perempuan dalam proses pelestarian hutan bakau, pengolahan budidaya laut, serta pengelolaan usaha mikro, kecil, dan menengah. “Metode pemberdayaan disesuaikan dengan keadaan dan adat istiadat setempat,” ujar Nurjannah.
Konkret
Nurjannah memaparkan, program desa perempuan inovatif merupakan langkah konkret dalam menerapkan hasil penelitian para dosen dan mahasiswa UNJ. Mereka tidak ingin hasil-hasil tersebut sekadar menjadi makalah ilmiah yang tersimpan di perpustakaan.
Dari kanan ke kiri, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, Kepala Pusat Studi Wanita dan Perlindungan Anak UNJ Nurjannah, Rektor UNJ Djaali, pendiri PT Martina Bertho Martha Tilaar, dan Kepala Pusat Penelitian UNJ Ucu Cahyana meluncurkan desa perempuan inovatif, di Jakarta, Rabu (27/5). Desa itu diharapkan bisa memberdayakan peranan perempuan dalam melestarikan lingkungan, meningkatkan pendidikan, dan ekonomi.–Kompas/Laraswati Ariadne Anwar
“Lembaga lain, seperti kementerian dan perusahaan, tidak akan mau membantu apabila konsep dan langkah penerapannya tidak jelas,” ujar Nurjannah. Oleh sebab itu, keberadaan desa perempuan inovatif juga berfungsi sebagai contoh program pemberdayaan perempuan yang nyata. Ketiga desa tersebut kini bermitra dengan PT Martina Berto Tbk.
Dalam prosesnya, pemberdayaan perempuan berlangsung tiga tahap. Pertama, memberi pemahaman cinta lingkungan dan kesadaran budaya. Kedua, memberi pelatihan ekonomi. Ketiga, melakukan pembinaan agar program-program yang ada terus berjalan meskipun para peneliti dari UNJ tidak lagi berada di sana. Untuk itu, diperlukan kerja sama dengan perusahaan swasta yang bisa bertindak sebagai mentor dan memanfaatkan potensi masyarakat setempat untuk bekerja sama secara profesional.
“Kemitraan tersebut penting karena bisa optimal dalam mendidik, melatih, dan meningkatkan daya saing perempuan di masyarakat,” kata Yohana Susana Yembise dalam sambutannya. Ia menambahkan, agar perempuan bisa mengembangkan potensi, diperlukan lingkungan yang kondusif agar bisa mendukung produktivitas mereka.
Laraswati Ariadne Anwar
Sumber: Kompas Siang | 27 Mei 2015