Perusahaan penghasil air minum dalam kemasan, Danone-Aqua, menerapkan ekonomi sirkular dalam bentuk produksi botol plastik daur ulang. Hingga kini, seluruh botol air mineral produksi mereka mengandung material daur ulang sebesar 25 persen.
Presiden Direktur Danone-Aqua Corine Tap di Jakarta, Rabu (7/8/2019), berencana meningkatkan proporsi material daur ulang pada botol menjadi 50 persen pada 2025. Hal ini dinilai sebagai kontribusi industri terhadap isu lingkungan sekaligus menjadi praktik ekonomi sirkular.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI–Perusahaan penghasil air minum dalam kemasan, Danone-Aqua, turut berupaya mengurangi sampah plastik di Jakarta, Rabu (7/8/2019). Hingga kini, ada 12.000 ton plastik yang telah mereka kumpulkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini bisa menjadi bisnis berkelanjutan yang juga memerhatikan kesehatan masyarakat dan bumi. Kami juga membuat gerakan #BijakBerplastik yang terdiri dari tiga pilar, yaitu pengumpulan (sampah plastik), inovasi, dan edukasi,” kata Tap.
Ekonomi sirkular merupakan model pembangunan ekonomi berkelanjutan yang mengedepankan lingkungan dan sosial. Fokus ekonomi sirkular antara lain mencakup daur ulang produk, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, perpanjangan masa pakai produk, kesejahteraan warga, dan pengurangan sampah (Kompas, 23/10/2018).
Tap kemudian memperkenalkan produk air mineral dalam kemasan terbaru produksi Aqua ke publik. Air mineral itu menggunakan botol yang terbuat dari 100 persen plastik daur ulang. Botol ini pertama kali dikenalkan dan dijual secara luas di Bali pada Februari 2019.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI–Konferensi pers soal langkah perusahaan penghasil air mineral dalam kemasan, Danone-AQUA, dalam mengurangi sampah plastik dilakukan di Jakarta, Rabu (7/8/2019). Hingga kini, ada 12.000 ton plastik yang telah mereka kumpulkan.
Manajer Pemasaran Danone-Aqua Jeffri Ricardo memastikan produknya aman untuk dikonsumsi. Botol daur ulang telah diuji oleh tim peneliti internal dan telah mendapat sertifikat aman dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Standar Nasional Indonesia (SNI), dan sertifikat halal Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Kami pastikan air mineral dalam botol daur ulang ini aman dan telah memenuhi standar serta telah disertifikasi oleh (lembaga) pemerintah,” kata Jeffri.
Sementara itu, Sustainable Development Director Danone-Aqua Karyanto Wibowo mengatakan, botol plastik terbuat dari plastik-plastik yang dikumpulkan, antara lain, pemulung sampah, bank sampah, hotel, restoran, dan kafe. Plastik ini diolah di 6 bisnis unit sesuai standar keamanan pangan.
Karyanto mengatakan, plastik yang terkumpul harus memenuhi sejumlah persyaratan sebelum diolah menjadi botol plastik. “Kami memilih plastik yang tidak mengandung kontaminan, misalnya PVC,” kata Karyanto.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara mendukung industri yang beroperasi dengan basis lingkungan. Kini Kemenperin tengah menyusun tata cara produksi barang daur ulang bagi pelaku sektor industri.
“Kami akan minta pendapat semua pihak terkait agar saat berlangsung (pengolahan bahan daur ulangnya), semua pihak tahu tata caranya. Sementara itu, pelaku industri kecil yang masing menggunakan plastik akan terus kami edukasi,” kata Ngakan.
Kurangi plastik
Menurut Karyanto, perusahaannya telah mengumpulkan 12.000 ton plastik dari sejumlah lokasi di Indonesia, salah satunya Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, dan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Menurutnya, ini merupakan salah satu cara industri berpartisipasi dalam agenda pemerintah untuk mengurangi 70 persen sampah plastik di laut pada 2025.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN–Sampah plastik daur ulang siap dikirim dari Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Timur, NTT ke Denpasar, Bali dan Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat (19/7/2019). Pengiriman sampah itu atas kerjasama Pemkab Manggarai Barat, Kementarian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Danone-Aqua Indonesia.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia menghasilkan 65 juta ton sampah pada 2018. Sebanyak 15 persen di antaranya merupakan sampah plastik.
Sementara itu, hasil riset Sustainable Waste Indonesia pada 2018 menyatakan, Indonesia menghasilkan lebih dari 45,3 juta ton sampah per tahun. Dari angka tersebut, 15,6 juta ton tidak tertangani dan mencemari daratan serta perairan. Sebanyak 1,3 juta ton sampah yang mencemari alam merupakan sampah plastik (Kompas, 25/4/2018).–SEKAR GANDHAWANGI
Editor HAMZIRWAN HAM
Sumber: Kompas, 7 Agustus 2019