Dampak Kecerdasan Buatan bagi Indonesia

- Editor

Jumat, 19 Oktober 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dalam pidato di Sidang Tahunan MPR 2018 pada 6 Agustus 2018, Presiden Joko Widodo berulang kali menyebut pentingnya terobosan teknologi, termasuk di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan internet of things.

Masih ingatkah Anda ketika robot berbentuk manusia bernama Sophia mampu berbicara dan mengungkapkan perasaan pada konferensi Future Investment Initiative di Arab Saudi, 2017, telah membuat dunia tercengang? Sadarkah para pejabat dan pemilik perusahaan akan istilah dan dampak positif sistem big data (mahadata) dan big data analytics. Jika dimanfaatkan secara optimal, akan meningkatkan efisiensi perusahaan? Sudahkah masyarakat sadar dan memiliki gambaran tepat akan dampak kecerdasan buatan bagi kehidupan anak dan cucu kita nanti?

Memahami kecerdasan buatan dan mahadata
Kecerdasan buatan atau sering disebut AI saat ini menghadirkan berbagai peranti dan sistem komersial di kehidupan kita. Penerapan teknologi kecerdasan buatan antara lain pada peranti lunak (software) games, robot cerdas, kesehatan, industri perakitan mobil, dan pendidikan. Kecerdasan buatan hadir sebagai cabang ilmu dari ilmu komputer (computer science) yang menjanjikan banyak manfaat dalam menjawab kebutuhan manusia di masa depan. CEO Google Sundar Pichai pernah berkata bahwa AI memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan beberapa penemuan penting lainnya di dalam sejarah hidup umat manusia. Karena itu, hendaknya memahami dan mengantisipasi dampak kecerdasan buatan dan memanfaatkannya sedari dini adalah mutlak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Teknologi kecerdasan buatan dapat berjalan dengan baik dan semakin cerdas jika terpenuhinya kebutuhan data, dalam hal ini data tersebut dikenal dengan istilah big data (mahadata). Mahadata menggambarkan sekumpulan data berukuran besar dari berbagai sumber data (misalnya: sensor, peranti komputer, jaringan, log files, audio/video, dan media sosial) dengan karakteristik high volume, high velocity, dan high variety yang ada saat ini. Jika dianalisis menggunakan big data analytics, ia akan menghasilkan informasi bernilai untuk pengambilan keputusan yang akurat dan penting pagi perusahaan dan institusi yang membutuhkan.

KOMPAS/RIZA FATHONI (RZF) 07-09-2018–Dosen Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB), Eko Mursito Budi, memainkan klungbot, robot buatan tim mahasiswa ITB di bawah bimbingannya, Jumat (7/9). Eko telah membuat empat paten untuk angklung robot dan analisis akustik angklung.

Sebagai contoh, Amerika sudah menggunakan teknologi mahadata bernama CompStat untuk mengamati perilaku tindak kejahatan lintas negara sejak 1994 sehingga tingkat kejahatan turun drastis pada 20 tahun belakangan ini. Perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan dan pendukungnya telah menghasilkan sistem yang efisien sehingga dalam beberapa area pekerjaan tidak dibutuhkan manusia lagi untuk mengerjakan tugas tersebut. Inilah yang ditakutkan sebagian analis sebagai malapetaka kecerdasan buatan di masa depan.

Oleh karena itu, para pendidik dan pelajar di Indonesia yang akan memasuki dunia kerja harus memahami bahwa memiliki kemampuan soft skill dan kemampuan menciptakan peluang kerja baru sangatlah penting. Mahasiswa harus sadar bahwa kecerdasan buatan akan terus ada dan digunakan di segala lini kehidupan. Tanpa kemampuan inovasi dan keahlian spesifik yang memadai untuk bekerja, maka akan sulit bagi mahasiswa untuk memperoleh pekerjaan.

Masyarakat Indonesia tentu sudah menikmati teknologi kecerdasan buatan, tetapi yang menjadi masalah adalah apakah masyarakat sudah siap terhadap berbagai dampak yang ditimbulkan di tahun-tahun mendatang. Tidak dapat dimungkiri, perlahan tetapi pasti terjadi pengurangan tenaga kerja yang dapat digantikan dengan peranti lunak dan robot cerdas.

Secara umum, kecerdasan buatan sangat berdampak bagi masyarakat kita. Sebagai negara yang masyarakatnya cukup aktif dan senang dengan teknologi dan internet, serta memiliki penduduk produktif yang bekerja di industri manufaktur dan perbankan, para pekerja akan memperoleh dampak, antara lain, efisiensi yang dilakukan perusahaan menggunakan kecerdasan buatan. Efisiensi menggunakan perangkat cerdas jelas sangat diperlukan perusahaan karena harus kompetitif dengan perusahaan lainnya agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin.

Tak dapat dimungkiri juga, kecerdasan buatan memiliki dampak positif luar biasa. Misal pada teknologi di bidang kesehatan untuk penyembuhan berbagai penyakit serta pertanian yang mampu meningkatkan produksi dan efisiensi proses panen.

Pendidikan akan memperoleh dampak positif dari kecerdasan buatan. Gambaran pendidikan masa depan, seperti pembelajaran secara daring (online learning), di mana pendidikan dan proses pembelajaran dapat lebih fleksibel dilakukan di mana saja dengan biaya lebih murah. Hal itu sudah terwujud saat ini, seperti di kampus penulis, siapa saja dapat kuliah daring dengan blended learning pada jurusan komputer.

Ancaman spesifik dan solusinya
Perlu diakui dan disadari, terdapat risiko penyalahgunaan kecerdasan buatan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Misalnya ancaman peretasan otomatis dan keamanan siber, pencurian data, serta penyalahgunaan persenjataan tingkat tinggi.

Oleh karena itu, prinsip keberhati-hatian dan keamanan di dalam membangun jaringan komputer skala besar, sistem basis data kependudukan dan instalasi kemiliteran pemerintah harus ditingkatkan. Drone yang banyak digunakan saat ini juga dapat menjadi ancaman bagi instalasi militer dan obyek penting lainnya di Indonesia. Oleh karena itu pula, militer kita juga harus dilengkapi dengan perangkat sistem anti-drone untuk melumpuhkan drone yang mampu menjadi senjata masa depan.

Membentuk masyarakat yang sadar dampak kecerdasan buatan merupakan hal mendesak yang harus dilakukan pemerintah, sekolah, perguruan tinggi, dan keterlibatan masyarakat. Mengacu pada paparan Kementerian Perindustrian pada tahun 2018 mengenai kesiapan Indonesia menghadapi Revolusi Industri 4.0, terdapat lima sektor penting, yaitu makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, kimia, elektronika, dan transportasi.

Hendaknya pemerintah dan lembaga terkait memprioritaskan infrastruktur dan sarana dengan fokus pada lima sektor tersebut. Riset dan pengembangan hendaknya terfokus dan tidak diecer-ecer dan harus bermanfaat. Jangan sampai berdana cukup besar (Rp 24,9 triliun) tetapi minim hasil, seperti sentilan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, 9 April 2018.

Terdapat delapan bidang riset pada Rencana Induk Riset Nasional 2017-2045, sesuai Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2018, hendaknya dapat dilaksanakan dengan optimal dan pengawasan yang ketat. Pemerintah berkewajiban dan harus menyiapkan segala kebutuhan bagi perguruan tinggi dan industri terkait untuk mewujudkannya.

Berbagai terobosan untuk meningkatkan daya saing industri agar mampu menandingi produk luar negeri mutlak diwujudkan secara sungguh-sungguh, misalnya pengurangan pajak pada komponen-komponen elektronika serta insentif bagi industri yang mampu menghasilkan produk inovatif. Kita sering kalah saing dari sisi harga produk dan daya saing para pengembang dibandingkan luar negeri sehingga sulit untuk menghasilkan produk yang siap dikomersialisasikan. Pemerintah juga harus memastikan keamanan jaringan komputer di seluruh aset vital yang dimiliki.

Orangtua harus peduli dan membimbing anak bahwa kemampuan kewirausahaan dibutuhkan agar nantinya dapat memperoleh atau menciptakan pekerjaan yang baik di masa depan. Setidaknya, kita diuntungkan dengan tipe anak milenial yang cenderung senang dengan teknologi dan gawai dan ingin memperoleh informasi yang cepat melalui browsing internet.

Teknologi kecerdasan buatan jika digunakan dengan baik adalah teknologi yang memudahkan umat manusia, bukan menghancurkan. Oleh karena itu, saya yakin bangsa Indonesia yang memiliki tanar air yang subur, sampai kapan pun akan selalu menjadi bangsa kuat yang mampu menciptakan dan mengendalikan mesin cerdas untuk kemakmuran bangsa.

Widodo Budiharto Guru Besar School of Computer Science Binus University, Jakarta

Sumber: Kompas, 19 Oktober 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB