Salah satu tujuan perjalanan kami ke Friesland, awal Juli ini, ialah Dairy Campus: pusat inovasi, penelitian, pendidikan, dan pelatihan peternakan bergengsi di Belanda. Friesland atau Frisia merupakan salah satu kantong peternakan Belanda.
KOMPAS/PASCAL SB SAJU–Office Manager Dairy Campus Eke Folkers memberikan penjelasan tentang pemerahan sapi dengan cara modern di Leeuwarden, ibu kota Provinsi Friesland (Frisia), Belanda Utara, Rabu (3/7/2019).
Dairy Campus terletak di pinggiran Leeuwarden, ibu kota Provinsi Friesland. Lembaga ini berfokus pada pengembangan pengetahuan baru yang bisa diterapkan pada produk dan proses inovatif di seluruh rantai produk susu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kota Leeuwarden ditempuh dalam waktu dua jam dari kota Amersfoort di Provinsi Utrecht, tempat kami menginap selama tiga malam. Perjalanan ke sana melintasi jalan raya yang membelah area pertanian dan peternakan yang luas.
Perjalanan dilakukan atas undangan Frisian Flag Indonesia (FFI) untuk melihat dari dekat empat peternak sapi perah Indonesia yang sedang magang dan studi banding di peternakan sukses Belanda. Para peternak itu adalah Nenih dan Apid dari Jawa Barat serta Yanto dan Mita Kopiah dari Jawa Timur.
Begitu tiba di Dairy Campus, kami disambut Office Manager Eke Folkers. Menurut Eke Folkers, Dairy Campus adalah pusat rujukan nasional bagi semua pemangku kepentingan, baik pemerintah, swasta, individu, maupun kelompok.
Setiap bulan, ribuan pengunjung datang dari dalam dan luar negeri. Para pengunjung itu baik pelajar, pendidik, peneliti, pejabat pemerintah, produsen, distributor, peternak, maupun siapa saja yang berkepentingan dalam rantai produk susu.
Ekspor susu
Rantai produk susu Belanda dihasilkan oleh 18.000 lebih usaha peternakan sapi perah dengan 1,6 juta ekor sapi, yang bisa menghasilkan 12,7 miliar kilogram susu per tahun. Kebutuhan susu nasional Belanda telah terpenuhi sehingga negara itu mengekspornya. Pada 2017, ekspor susu Belanda senilai 8,9 miliar dollar euro atau setara Rp 141 triliun.
KOMPAS/PASCAL S BIN SAJU–Eke Folkers (membelakangi kamera) adalah Office Manager Dairy Campus di Leeuwarden, Friesland, Belanda utara. Dia sedang memberikan penjelan tentang peran lembaganya dalam penelitian di sektor peternakan di negaranya kepada empat peternak yang sedang mengikuti pelatihan peternakan sapi perah di Friesland. Foto diambil pada 3 Juli 2019.
Bandingkan dengan Indonesia, menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian pada Desember 2016, yang pada 2017-2020 akan mengalami defisit susu berkisar 71.000-103.000 ton. Produksi susu sapi lokal hanya mampu memenuhi 18-20 persen dari permintaan susu nasional.
Tantangan terbesar Belanda saat ini bukan lagi soal pemenuhan kebutuhan susu nasional, melainkan bagaimana mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di sektor peternakan sambil secara bersamaan meningkatkan dan memperluas posisinya di pasar global. Eke Folkers mengatakan, Dairy Campus berperan menjawab berbagai tantangan itu.
Segala pengetahuan baru tentang peternakan harus diproduksi dari sebuah rangkaian penelitian panjang Dairy Campus. Misalnya, dari penelitian tentang jenis rumput atau alga berprotein tinggi, pembenihan, sistem penggembalaan, sistem kandang, pemerahan, purifikasi dan penyimpanan susu, hingga akhirnya sampai ke tangan konsumen.
Fungsi penelitian
Untuk menjalankan fungsi penelitian itu, Dairy Campus memelihara 550 ekor sapi perah, enam rumah susu (dairy house), sebuah unit kerja, dan lebih dari 300 hektar lahan serta fasilitas pelatihan atau magang dan pertemuan. Ke- 550 ekor sapi itu ditampung di enam kandang (cow shed) yang masing-masing untuk fungsi penelitian berbeda.
Hari itu, Eke Folkers mengajak kami untuk melihat beberapa kandang, termasuk kandang pakan (feeding house). Di sana terdapat 128 ekor sapi perah. Sapi-sapi itu diberikan pakan, umumnya berupa silase dengan takaran yang berbeda.
Sapi-sapi tersebut dibagi dalam dua kelompok. Ada 64 bak pakan dengan sistem penimbangan (satu bak untuk setiap dua sapi) dan dispenser untuk empat jenis konsentrat. Setelah pakan, baru diberikan konsentrat. Pemberian pakan dan konsentrat yang efisien serta bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan dan produksi susu sapi diteliti di sini.
Dari sana, kami diajak ke kandang khusus untuk meneliti dampak lingkungan. Di situ, emisi gas dari kotoran sapi diteliti. Ada 90 ekor sapi yang diteliti dalam penelitian jenis ini. Sapi-sapi itu dibagi enam kluster yang masing-masing diisi 15 ekor. Terdapat empat kluster yang dilengkapi bilik dan berbagai jenis lantai. Dua bagian lainnya adalah free stall (sapi tidak diikat), dengan lantai mirip padang rumput sintetis serta dilengkapi drainase urine.
Ada ruangan lain untuk pemerahan dengan platform pemerahan rotari eksternal 40 stall. Di sana, berkisar 120-150 ekor sapi dapat diperah per jam hanya oleh satu orang karena semuanya terkomputerisasi dengan menggunakan robot. Kualitas susu dipantau secara elektronik dan fasilitas pengambilan sampel sangat memadai.
DOK. DAIRY CAMPUS–Ruang pemerahan sapi dengan platform pemerahan rotari eksternal yang menampung 40 ekor sapi sekali perah. Satu sapi bisa diperah dua kali sehari. Susu hasil pemerahannya diuji dilaboratorium untuk kepentingan penelitian. Foto diambil di Dairy Campus, Leeuwarden, Friesland, Belanda.
Aman dan berkualitas
Semua sapi itu bisa diperah dua kali sehari, yang memungkinkan efek perlakuan penelitian atas produksi susu diukur lebih akurat. Susu itu segera didinginkan hingga suhu 3 derajat celsius, setelah itu disalurkan ke tangki penyimpanan susu. Penelitian dilakukan untuk memastikan agar produk susu yang sampai ke gelas konsumen aman dan berkualitas.
Hanya pakan berupa rumput berprotein tinggi yang boleh dikonsumsi oleh sapi-sapi perah tersebut agar bisa memproduksi susu berkualitas (better cow for better life). Pengetahuan baru dihasilkan oleh para peneliti di Dairy Campus untuk mendorong inovasi dalam rantai produk susu. Eke Folkers mengatakan, dengan cara ini, sains dan praktik berjalan beriringan.
Penelitian di Dairy Campus untuk menghasilkan pengetahuan baru (inspire to create), yang pada gilirannya akan berkontribusi pada masa depan yang berkelanjutan di mana tersedia susu yang cukup, sehat, dan aman diproduksi atau dikonsumsi. Semuanya itu untuk menghormati manusia.–PASCAL B SAJU
Sumber: Kompas, 2 September 2019