Panda raksasa dikenal hidup hanya di lereng gunung-gunung di barat daya China, tempat mereka hanya makan bambu. Namun, penelitian terbaru di China menunjukkan, spesies panda purba yang telah punah kemungkinan besar makan makanan yang lebih bervariasi dan kompleks. Panda zaman dahulu diduga makan daging juga.
SRI REJEKI–Panda sedang makan pucuk-pucuk bambu di Macao Giant Panda Pavilion, 8 Desember 2017.
Penelitian berjudul ”Evolusi Pola Makan dan Kontraksi Habitat Panda Raksasa melalui Analisis Isotop Stabil” itu dimuat dalam jurnal Current Biology yang juga dipublikasikan Sciencedaily.com pada 31 Januari 2019. Penelitian dilakukan tim ilmuwan Akademi Sains China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk mendukung diet bambu yang keras dan berserat, panda memiliki karakteristik gigi, tengkorak, dan otot yang khas bersama dengan ibu jari semu, semakin baik untuk memegang dan memegang batang bambu, daun, dan pucuk.
”Telah diterima secara luas bahwa panda raksasa telah secara eksklusif makan bambu selama dua juta tahun terakhir. Tetapi hasil (penelitian) kami menunjukkan sebaliknya,” kata Fuwen Wei, peneliti dari Akademi Sains China.
Para peneliti memperoleh petunjuk dengan menganalisis komposisi isotop stabil, yaitu bentuk berbeda dari elemen yang sama yang mengandung jumlah proton yang sama tetapi jumlah neutron yang berbeda. Analisis komposisi isotop stabil itu dilakukan pada gigi, rambut, dan tulang hewan, termasuk sisa-sisa fosil.
REUTERS–Bayi-bayi panda di Schuan, China, 24 Oktober 2015.
Para peneliti pertama-tama menganalisis kolagen tulang panda modern (1970-2000) dan mamalia lain dari pegunungan yang sama. Komposisi isotop karbon dan nitrogen dari panda modern dan sampel tulang mamalia modern lainnya menunjukkan tiga kelompok yang jelas: karnivora, herbivora, dan panda raksasa. Panda raksasa itu jelas unik karena kebiasaan mereka makan bambu.
Selanjutnya, tim Wei mengukur isotop kolagen tulang dari 12 panda purba yang dikumpulkan dari tujuh situs arkeologi di China selatan dan barat daya dan membandingkannya dengan pola yang mereka amati dalam panda raksasa modern.
Perbandingan data menunjukkan bahwa panda purba dan modern secara isotopik berbeda satu sama lain. Hal itu menunjukkan perbedaan dalam kebiasaan diet mereka. Ada juga lebih banyak variasi di antara spesies panda kuno. Hal itu menunjukkan bahwa ceruk yang mereka tempati sekitar tiga kali lebih luas daripada panda modern. Artinya, panda purba kemungkinan besar memiliki makanan yang bervariasi, mirip dengan spesies mamalia lain yang hidup di samping mereka. Peneliti China itu berpendapat, mungkin panda kuno bukan pemakan eksklusif bambu.
Para peneliti berpendapat bahwa kebiasaan makan panda telah berkembang dalam dua fase. Pertama, panda berubah dari menjadi pemakan daging atau omnivora menjadi pemakan tumbuhan yang berdedikasi. Baru kemudian mereka mengkhususkan diri pada bambu.
Para peneliti mencari tahu kapan tepatnya panda bergeser ke makanan khusus yang mereka miliki saat ini. Untuk mengetahuinya, mereka berencana untuk mengumpulkan dan mempelajari lebih banyak sampel panda dari masa sejarah yang berbeda selama 5.000 tahun terakhir.
Panda raksasa itu juga ada di Indonesia. Seperti dilaporkan harian Kompas 28 September 2017, panda raksasa jantan Cai Tao dan panda betina Hu Chun dikirim dari Wolong Panda Base, Kabupaten Wenchuan, Provinsi Sichuan, China, ke Jakarta, Rabu (27/9/2017). Saat dikirimkan mereka berusia 7 tahun. Pengiriman dua panda raksasa dari China ke Indonesia ini merupakan bagian program Diplomasi Panda China. Kedua panda itu dijadwalkan tiba di Jakarta pada Kamis (28/9/2017) pagi. Sesampai di Indonesia, kedua panda itu langsung dibawa ke tempat perawatan di Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Kedua panda itu akhirnya berdomisili di Istana Panda, TSI.
KOMPAS/RATIH P SUDARSONO–Cai Tao, panda jantan, tengah menikmati bambu di Istana Panda, Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Ada 15 negara yang mendapat pinjaman satwa panda. Indonesia menjadi negara ke-16 yang mendapatkan kesempatan ”dipinjami” sepasang panda ini selama sepuluh tahun. Ini membanggakan. Apalagi, panda merupakan satwa berstatus rawan punah atau masuk dalam CITES Appendix I.
Dua bulan setelah kedatangannya ke Indonesia, wartawati harian Kompas di Bogor, Ratih P Sudarsono, melaporkan perkembangan mereka, seperti dimuat di harian Kompas pada 2 Desember 2017.
Menurut Ratih, pasangan Cai Tao dan Hu Chun tampaknya betah di Bogor. Buktinya, dua bulan tinggal di sana, mereka sudah bertambah gemuk. Ini mungkin karena bambu Indonesia sangat lezat buat kudapan Cai Tao dan Hu Chun. Iya, karena bambu adalah kudapan favorit pasangan panda bertubuh tambun itu.
”Berat Cai Tao 130 kilogram, sementara Hu Chun 128 kilogram. Naik sekitar 10 kilogram dari pertama datang. Cai Tao karena jantan, bolehlah naik jadi 130 kilogram, tapi enggak boleh gemuk lagi. Kalau Hu Chun harus kurangi berat badan, setidaknya 3 kilogram,” tutur Direktur TSI Jansen Manansang di Istana Panda, Rabu (29/11/2017).
TSI menanam 11 jenis pohon bambu yang tumbuh di Indonesia. Tiga jenis di antaranya, menurut Jansen, ternyata disukai Cai Tao dan Hu Chun. Hanya satu bulan pertama, makanan keduanya ada campuran bambu dari Chengdu, Provinsi Sichuan, China, kampung halaman keduanya. ”Sekarang, semuanya bambu asli sini. Cake, makanan tambahannya, juga kami buat sendiri di sini,” kata Jansen.
Oleh SUBUR TJAHJONO
Sumber: Kompas, 1 Februari 2019