Pandemi Covid-19 telah memangkas lebih dari delapan persen emisi karbon global, Berkurangnya emisi ini terjadi karena penduduk di berbagai negara telah mengurangi mobilitasnya.
Pandemi Covid-19 telah memangkas lebih dari delapan persen emisi karbon global, yang merupakan penurunan tertinggi sejak Perang Dunia Kedua. Berkurangnya emisi ini terjadi karena penduduk di berbagai negara telah mengurangi mobilitasnya untuk mengurangi penularan virus.
Penyusutan emisi ini dihitung berdasarkan pengamatan berbasis satelit dan data lalu lintas yang dikumpulkan dari sistem navigasi kendaraan di berbagai negara. Hasil kajian itu dilaporkan secara terpisah dua tim peneliti internasional, yaitu Corinner Le Quérédari dari School of Environmental Sciences, University of East Anglia, Norwich, Inggris dan tim di jurnal Nature Climate Change dan Zu Liu dari Department of Earth System Science, Tsinghua University, Beijing dan timnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meskipun mereka berbeda dalam rincian tertentu, analisis kedua tim sampai pada kesimpulan yang sama: emisi karbon turun lebih dari satu miliar ton dalam empat bulan pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama pada 2019.
Covid-19 telah memaksa banyak negara menutup perbatasan internasional dan mengarantina penduduk di rumah mereka, sehingga mengurangi transportasi dan mengubah pola konsumsi. Corinner dan tim kemudian mengumpulkan data kebijakan dan kegiatan pemerintah untuk memperkirakan penurunan emisi karbon dioksida atau CO2 selama masa karantina ini.
Hasilnya, emisi CO2 global setiap hari turun rata-rata 17 persen atau dalam kisaran 11 hingga 25 persen pada awal April 2020 dibandingkan tingkat rata-rata 2019. Sebanyak setengah dari penurunan emisi ini disumbangkan dari transportasi darat. Pada puncaknya, emisi di masing-masing negara rata-rata menurun 26 persen.
Ahli iklim, Corinne dalam wawancara dengan Nature pada Rabu (20/5/2020) menyebutkan, dengan data ini, mereka memodelkan emisi global kumulatif untuk tahun 2020 dapat turun 4-7 persen, yang akan mewakili penurunan terbesar sejak Perang Dunia Kedua. “Kami belum pernah melihat yang seperti ini,” kata Le Quéré.
Bahkan, skala pengurangan emisi tahun ini bisa setara dengan pengurangan emisi tahunan yang diperlukan untuk memenuhi tujuan dari perjanjian iklim Paris 2015, yang berupaya membatasi pemanasan global hingga 1,5 hingga 2 derajat celcius di atas tingkat pra-industri. Namun, jika resesi ekonomi 2008 merupakan panduan, emisi dapat pulih dengan cepat.
—-China memimpin penurunan emisi global setelah diberlakukannya lockdown sejak Januari 2020 lalu. Sumber: Nature
Masalahnya, apakah masyarakat akan berubah seterusnya, dan apakah pemerintah akan menjadikan agenda pembangunan rendah karbon saat berusaha untuk merangsang ekonomi pascapandemi? Ini yang menjadi pertanyaan dari penelitian Ziu Liu dan tim, yang draft hasil kajian mereka di publikasikan di platform arxiv.org.
Mereka saat ini membangun sistem pemantauan prototipe yang beroperasi pada rentang waktu dari hari ke minggu. Mereka menganalisis data energi dari lebih dari 400 kota dan 130 negara serta data cuaca di seluruh dunia untuk menghasilkan perkiraan emisi karbon harian untuk tahun 2019 dan 2020.
Menurut perkiraan awal mereka, emisi global mulai menyimpang secara signifikan dari tahun lalu di bulan Maret, ketika negara-negara di seluruh dunia mulai menutup bisnis dan menegakkan langkah-langkah pembatasan sosial.
ALEX WONG/GETTY IMAGES/AFP—WASHINGTON, DC – APRIL 08: Resident Carole Feldman mengeluarkan pesanannya dari robot pengiriman Starship Technologies ketika para tetangga melihat pada 8 April 2020 di lingkungan Chevy Chase Washington, DC. Pasar Cabang Luas setempat bekerja sama dengan Starship untuk menyediakan layanan pengiriman bahan makanan dan makanan siap saji oleh robot otonom ke daerah tetangga di tengah pandemi Covid-19.
Disebutkan, China memimpin penurunan emisi, angka-angka dari produsen gas rumah kaca terbesar di dunia mulai turun tajam pada bulan Januari, tetapi banyak dari penurunan itu bertepatan dengan pengurangan tahunan dalam konsumsi energi pada awal Tahun Baru China.
Penutupan atau lockdown di China membantu mempertahankan tingkat emisi yang lebih rendah di negara itu, yang merupakan pengurangan 10 persen hingga akhir Maret dibandingkan tahun lalu. Ketika kegiatan ekonomi di China mulai meningkat, negara-negara lain masuk ke lockdown sehingga menekan emisi global sepanjang April.
Oleh AHMAD ARIF
Editor EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 23 Mei 2020