Untuk pertama kali di dunia, jantung tiga dimensi (3D) berhasil ”dicetak” dengan menggunakan sel milik pasien dan beberapa materi biologi. Keberhasilan para periset dari Tel Aviv Universtity (TAU) ini dituangkan dalam jurnal ilmiah Advanced Science pada Senin (15/4/2019). Bidang pengobatan regeneratif, yang merupakan ilmu pada wilayah persimpangan ilmu biologi dan teknologi, selama ini hanya bisa mencetak jaringan sederhana tanpa pembuluh darah dan jaringan lainnya.
KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN–Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Ade Meidian Ambari (kiri), dan Ketua Harian Komite Nasional Pengendalian Tembakau Laksmiati Hanafiah (tengah) menjadi pembicara saat jumpa pers dan sebinar memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Jakarta, Selasa (5/6/2018).
”Jantung ini dibuat dari sel-sel dan materi biologis dari pasien. Dalam prosesnya, materi-materi tersebut berfungsi sebagai tinta biologis, substansi lainnya terbuat dari gula dan protein yang kemudian bisa digunakan untuk cetak 3D model jaringan yang kompleks,” ujar Tal Dvir dari School of Molecular Cell Biology and Biotechnology, Department of Materials Science and Engineering, Center for Nanoscience and Nanotechnology and Sagol Center for Regenerative Biotechnology di TAU, yang memimpin riset ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seperti dilaporkan di sciencedaily.com, ini merupakan pertama kali rekayasa dan cetak keseluruhan jantung yang lengkap dengan sel-selnya, pembuluh darah, dan bilik serta serambi jantung. Kesesuaian materi hasil rekayasa ini penting untuk mengurangi risiko penolakan organ buatan tersebut oleh tubuh.
Langkah mencetak jantung diawali dengan biopsi jaringan lemak pasien. Sel dan materi sel dari jaringan dipisahkan. Sementara itu sel-sel tersebut diprogram ulang untuk dijadikan sel punca dengan potensi-plural (pluripotent stem cells), matriks ekstra-selular (ECM), sebuah jaringan tiga dimensi dari ekstra-seluler molekul-makro, seperti kolagen dan glycoprotein, diproses menjadi gel hidro yang berfungsi sebagai tinta,” ujar Dvir.
Setelah dicampur dengan gel hidro, sel-sel tersebut secara efisien membentuk sel-sel jantung atau endotelial, membentuk bagian-bagian jantung dengan sistem imun yang sesuai dengan pasien, pembuluh darah yang lengkap, dan akhirnya terbentuklah jantung secara keseluruhan.
Menurut Dvir, ”Idealnya, materi biologi memiliki kimia-biologi, model mekanis dan topografi yang sama dengan jaringan organ pasien. Jika itu terpenuhi, kita bisa mendapat ketebalan jaringan, pembuluh, dan jaringan jantung yang amat mirip yang semuanya sesuai dengan sifat-sifat imun, sel-sel, biokimia, dan anatomi pasien,” ujar Dvir.
Hasil cetakan jantung 3D tersebut masih seukuran jantung kelinci dan akan ditransplantasikan ke hewan model. Penelitian dilanjutkan dengan proses kultur jantung di laboratorium guna ”mengajarkan perilaku” jantung.
”Kami harus mengembangkan kemampuan memompa. Saat ini jantung itu sudah bisa kontraksi, tetapi mereka harus bekerja sama. Mungkin dalam 10 tahun akan ada alat cetak organ di rumah sakit-rumah sakit yang maju di seluruh dunia sehingga prosedur ini bisa dilakukan secara rutin,” kata Dvir. Dalam penelitian ini, Dvir dibantu Assaf Shapira dan Nadav Moor.
Oleh BRIGITTA ISWORO LAKSMI
Sumber: Kompas, 19 April 2019