Di masa pandemi Covid-19, orangtua terlebih dahulu harus menyadari bahwa saat ini adalah situasi bencana yang tidak biasa. Tanggung jawab yang harus dijalankan pun menjadi lebih besar.
KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ—Dua anak belajar melukis untuk mengisi waktu luang selama sekolah dari rumah di Kelurahan Sarua Indah, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (27/3/2020).
Sebagian besar orangtua dituntut bisa segera beradaptasi dalam menghadapi pandemi. Selain tanggung jawab rumah tangga, orangtua harus mampu menyelesaikan pekerjaan kantor serta tugas belajar anaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski begitu, orangtua harus paham, tuntutan adaptasi tersebut juga dialami oleh anak. Hal inilah yang menjadi dasar pentingnya membuka komunikasi dengan anak agar bisa saling memahami dan membantu melewati kondisi saat ini.
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati, saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (25/4/2020), mengatakan, orangtua terlebih dahulu harus menyadari bahwa saat ini adalah situasi bencana yang tidak biasa. Tanggung jawab yang harus dijalankan pun menjadi lebih besar.
”Orangtua juga harus paham bahwa anak juga beradaptasi dengan situasi sulit ini. Anak tidak bertemu dengan teman, harus di rumah saja, belajar pun harus bersama orangtua yang terkadang tidak membantu. Proses di rumah saja seperti ini juga menjadi proses belajar anak dalam kondisi bencana,” tuturnya.
Dalam situasi seperti ini, ujar Rita, komunikasi terbuka antara orangtua dan anak menjadi sangat penting. Dengan begitu, anak bisa lebih paham pada kondisi orangtua. Keterbukaan ini juga bisa mewujudkan kerja sama yang baik di rumah.
Menurut dia, tanpa ada kerja sama dan dukungan bersama, berbagai risiko buruk di rumah tangga bisa terjadi. Salah satunya, risiko terjadinya kekerasan di rumah tangga, baik dari orangtua kepada anak maupun dari bapak kepada ibu atau sebaliknya. Kekerasan ini bisa berupa kekerasan fisik ataupun psikologis.
Bangun komunikasi
Psikolog Seto Mulyadi menambahkan, sejumlah laporan menunjukkan anak mengalami stres dan tekanan di saat harus tetap bertahan di rumah selama masa pandemi. Banyak anak rindu kembali ke sekolah untuk bertemu bapak dan ibu guru karena merasa orangtuanya tidak bisa menemani belajar dengan baik di rumah.
Hal ini wajar terjadi karena orangtua memang tidak biasa memberikan pengajaran pada anak seperti di sekolah. Untuk itu, komunikasi orangtua dengan guru di sekolah harus tetap lebih masif agar orangtua bisa lebih paham mengenai materi pembelajaran yang diajarkan kepada anaknya.
Kewaspadaan lain yang juga harus diperhatikan saat masa pandemi ini adalah kesehatan anak. Ini terutama pada orangtua perokok. Ketika segala aktivitas terbatas dilakukan di rumah, kebiasaan merokok orangtua pun jadi lebih intensif dilakukan di rumah. Tingkat paparan asap rokok pada anak pun menjadi sangat tinggi.
”Mohon agar orangtua memperhatikan dampak dari merokok di rumah. Paparan nikotin dan zat berbahaya lain dari rokok bisa tersebar di rumah dan mengenai anak, bahkan mungkin anak balita dan bayi. Jadi, ini mohon diperhatikan dan dihindari,” ucap Seto.
Oleh DEONISIA ARLINTA
Editor ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Sumber: Kompas, 25 April 2020