Sehari sebelum peluncuran satelit BRIsat pada Jumat (17/6) petang waktu Guyana-Perancis atau Sabtu (18/6) subuh waktu Jakarta, semua persiapan lancar. Roket Ariane 5 pembawa BRIsat menuju orbit berdiri tegak di landasan peluncuran, menunggu hitungan mundur.
Roket peluncur Ariane 5 yang membawa dua satelit, EchoStar XVIII dan BRIsat, Kamis (16/6) siang waktu Guyana-Perancis atau jelang tengah malam waktu Jakarta, seperti dilaporkan wartawan Kompas, M Zaid Wahyudi, telah dipindahkan dari hanggar perakitan akhir menuju landas peluncuran ELA 3 di Bandar Antariksa Guyana di Kourou, Guyana-Perancis. Jajaran direksi BRI dan rombongan menyaksikan pemindahan roket itu.
Roket berbobot 780 ton, termasuk muatan kedua satelit 10.731 kg, setinggi 54,8 meter itu dipindahkan dalam posisi tegak. Pemindahan Ariane 5 dari hanggar perakitan menuju landasan peluncuran yang berjarak 3 kilometer butuh waktu satu jam. Roket dipindah menggunakan kendaraan khusus melalui dua jalur rel terpisah sangat lebar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keberadaan roket Ariane 5 di landasan peluncuran adalah kemajuan bagi misi bernomor VA 230 itu. Sebelumnya, peluncuran dua kali ditunda, 8 Juni dan 16 Juni, karena gangguan teknik.
KOMPAS/M ZAID WAHYUDI–Roket peluncur Ariane 5 yang membawa satelit EchoStar XVIII dan BRIsat dibawa keluar dari hanggar perakitan akhir menuju landasan peluncur di Bandar Antariksa Guyana, Kourou, Guyana-Perancis, Kamis. Roket itu direncanakan akan membawa kedua satelit menuju orbit pada Jumat (17/6) petang waktu Guyana-Perancis atau Sabtu (18/6) subuh waktu Jakarta.
Hitung mundur peluncuran dimulai 11 jam 30 menit sebelum peluncuran atau Jumat pukul 06.00 waktu Guyana-Perancis. Sejak itu, seluruh sistem dicek lagi. Pengisian bahan bakar hidrogen dan oksigen cair dilakukan, juga pendinginan roket utama.
Namun, kemungkinan penundaan tetap ada. “Hingga tujuh detik sebelum target waktu roket meluncur, kemungkinan penundaan peluncuran tetap ada, baik alasan teknik maupun cuaca,” kata Direktur Operasional BRI Zulhelfi Abidin.
Faktor cuaca
Untuk cuaca, diwaspadai hujan dan awan tebal yang bisa memicu banyak petir. Kecepatan angin juga diperhatikan agar tak memengaruhi manuver roket.
“Dalam radius 10 kilometer dari lokasi peluncuran dan 6,5 kilometer dari permukaan Bumi di sekitar landasan peluncuran harus bebas dari awan berpotensi petir,” kata Direktur Proyek BRIsat BRI yang juga Senior Executive Vice President Strategi Teknologi Informasi dan Satelit BRI Hexana Tri Sasongko.
Hingga Kamis malam, semua sistem roket dinyatakan berfungsi baik. Kondisi cuaca pada hari peluncuran juga diprediksi bagus meski ada potensi petir.
Sepanjang Kamis kemarin, cuaca di Kourou diselimuti awan tebal dan hujan gerimis di siang hari. Kondisi itu dinilai tidak terlalu menimbulkan masalah yang bisa mengancam peluncuran.
Meski cuaca bisa mengancam, lanjut Hexana, tim Arianespace memiliki jendela waktu 70 menit untuk memastikan meluncurkan roket atau tidak sejak Jumat pukul 17.30 waktu Guyana-Perancis. Rentang waktu yang cukup lebar itu diharapkan membuka kesempatan lebih besar untuk meluncurkan roket meski ada potensi gangguan cuaca.
Peluncuran BRIsat akan menjadikan BRI sebagai bank pertama di dunia yang memiliki dan mengoperasikan satelit.
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Juni 2016, di halaman 14 dengan judul “BRIsat Sudah Siap Diluncurkan”.